Opini
Hilangnya Fungsi Ayah, Buah Penerapan Kapitalisme
Oleh: Alfaqir Nuuihya
(Ibu Pemerhati Sosial)
TanahRibathMedia.Com—Betapa pentingnya sosok ayah sebagai qawam (pemimpin) di dalam keluarga. Dengan definisi sebagai pemimpin yang harus mampu mempertanggungjawabkan seluruh anggota keluarganya kelak.
Memang, hadis begitu masyhur menggambarkan sosok ibu, sehingga kewajiban berbakti terhadap ibu diulang sampai tiga kali. Tidak seperti terhadap ayah yang hanya satu kali, itu pun disebutkan di akhir setelah penyebutan ibu. Namun, di dalam Al-Qur’an, percakapan antara ayah dan anak tertuang sebanyak 14 kali dan percakapan ibu dan anak hanya sekali.
Ini membuktikan, bahwa kedudukan ayah sebagai qawwam sangatlah penting. Posisi pemimpin yang harus mampu memberikan perlindungan terhadap seluruh anggota keluarga, memberikan rasa aman dan nyaman, di samping memenuhi kebutuhan lainnya seperti sandang, pangan, dan papan seperti pendidikan, kesehatan, dsb.
Namun apa jadinya, jika sosok ayah yang seharusnya menjadi pemimpin bagi anggota keluarga justru menjelma menjadi orang yang menghancurkan kehidupan anaknya. Seperti kejadian yang menimpa seorang anak di Padang Pariaman, Sumatra Barat.
Seperti dikutip dari Detiksumut.com, 17-07-2024 bahwa seorang ayah yang berinisial AA (50), di Padang Pariaman, Sumatra Barat tega melakukan pemerkosaan terhadap darah dagingnya sendiri. Hal yang lebih membuat miris, kejadian ini telah berlangsung sangat lama, sekitar empat tahun, semenjak anaknya berusia 12 tahun, yaitu pada tahun 2020 dan baru terbongkar pada tahun 2024. Kejadian ini terus berulang hingga puluhan kali.
Kasus ini mencuat ke publik baru-baru ini setelah ibunya melaporkan perbuatan bejat tersebut terhadap pihak berwajib. Ketika anaknya melahirkan anak dari hasil kelakuan bejat ayah kandungnya tersebut. Selama ini, korban memilih bungkam atas kejadian yang menimpanya karena pemerkosaan yang berulang ini terjadi di bawah tekanan dan ancaman pelaku. Di samping merasa takut karena kerap memperlihatkan sikap temperamental pelaku terhadap ibunya sendiri.
Kasus ini bermula saat tersangka meminta putrinya untuk memijat dan pada akhirnya pelaku untuk pertama kali memaksa korban untuk melayani hawa nafsunya. Ujar Kapolsek Padang Pariaman AKBP Ahmad Faisol Amir (detiksumut.com, 17-7-2024).
Sosok ayah, seharusnya menjadi pribadi yang memiliki akidah yang kuat karena posisinya paling strategis dalam keluarga. Apalagi dengan tanggung jawab yang dipikulnya seharusnya mampu memberikan teladan yang baik di dalam rumah.
Seorang ayah seharusnya tidak ada perasaan tertarik terhadap darah dagingnya sendiri. Seharusnya, pemenuhan gharizah nau' cukup dilakukan oleh pasangan halal. Namun saat ini didukung oleh tontonan yang tidak ada batas, seperti video porno yang banyak beredar tanpa ada filter. Maka, suatu hal yang wajar jika penyimpangan ini banyak terjadi.
Kasus pencabulan oleh orang terdekat anak sebenarnya sudah banyak terjadi, terus berulang tanpa ada penyelesaian yang pasti dan menimbulkan efek jera. Penegak hukum, hanya memberikan mereka hukuman penjara sekian tahun atau denda sekian rupiah, tetapi ketika hukuman itu telah usai, sering kali pelaku kembali berulah.
Bahkan dari awal 2024 sampai Juli 2024, menurut RRI.CO.ID (28-7-2024), tercatat telah terjadi delapan kasus pencabulan yang tengah ditangani, dengan rata-rata pelakunya adalah orang terdekat korban. Data ini hanyalah sebagian kecil karena kebanyakan kasus yang terjadi, korban enggan melaporkan dengan alasan malu.
Apabila kita menilik kejadian pencabulan ini, yang terjadi begitu lama, sungguh suatu hal yang sangat tidak masuk akal, padahal ada ibu kandungnya. Mengapa sampai baru terbongkar setelah terjadi berulang empat tahun lamanya? Sungguh menyesakkan dada. Begitu pun masyarakat di sekitar. Sering kali masyarakat menjadi pribadi yang individualis sehingga tidak memedulikan kejadian di sekitar.
Ketika masyarakat berusaha membantu akan dikatakan pribadi yang ikut campur urusan orang lain, atau bahkan berasumsi bahwa setiap yang terjadi di masyarakat bukan urusannya selama tidak menimpa keluarga terdekatnya sendiri. Sehingga peran masyarakat sebagai pengontrol sangat mustahil terjadi di tengah orang-orang yang memiliki sifat individualis.
Bahkan institusi besar setingkat negara, seakan-akan malah menjadi jembatan kerusakan di tengah-tengah masyarakat bahkan di dalam keluarga itu sendiri. Negara yang memiliki basis sekuler kapitalisme, seolah-olah enggan untuk menutup situs porno yang bertebaran bebas di tengah masyarakat karena memiliki manfaat bagi negara, yaitu pemasukan dari situs-situs tersebut. Na’udzubillah.
Di dalam Islam, seorang kepala keluarga akan dididik menjadi pribadi yang memiliki kepribadian Islam dan mampu mempertanggungjawabkan setiap anggota keluarganya. Di samping mampu memberikan keamanan dan kenyamanan. Masyarakat di dalam Islam akan dibentuk menjadi masyarakat yang mampu menjadi pengontrol melalui proses "tolong-menolong dalam kebaikan dan tidak tolong-menolong dalam keburukan."
Begitu pun institusi negara, harus mampu memberikan jaminan keamanan bagi seluruh penduduknya. Salah satunya adalah dengan menjamin ketakwaan para individu sehingga tidak akan ada kejadian yang menyimpang bahkan melanggar syariat. Juga dipastikan harus mampu memilah setiap konten yang masuk sehingga kerusakan masyarakat akan sangat mampu diminimalkan.
Namun kembali lagi, di dalam sistem sekuler kapitalis sangat sulit mewujudkan keamanan bahkan di lingkungan sekecil rumah. Di dalam kapitalisme, negara tidak akan pernah bisa menjadi lembaga yang mampu mempertanggungjawabkan setiap pelanggaran hukum.
Sejatinya, hanya di dalam Islamlah keamanan dalam setiap lapisan masyarakat akan terwujud. Konten yang merusak dipastikan akan diblokir dan negara mampu melakukan tugasnya besarnya sebagai payung masyarakat sesuai dengan syariat Islam. Semoga masyarakat segera menyadari buruknya penerapan kapitalisme dan menginginkan diterapkan Islam dalam kehidupan. Wallahualam bissawab
Via
Opini
Posting Komentar