Opini
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batam Semakin Meningkat, Bagaimana Islam Memandang?
Oleh: Sunaini
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Batam adalah kota yang memiliki keunggulan dari sisi geostrategis dan geoekonomi. Kekayaan lautnya melimpah dan terdiri dari pulau-pulau yang menarik investor untuk menanamkan modalnya. Batam juga berada di zona perdagangan internasional. Hal ini dikarenakan berbatasan langsung negara Singapura dan Malaysia. Melihat keunggulan geoekonomi dan geostrategis tersebut, pemerintah membentuk dua kawasan berfasilitas, yaitu Kawasan Bebas dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Mengutip dari laman beacukai.go.id (27-06-2024), kawasan bebas di wilayah Batam meliputi Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru. Di kawasan tersebut, berbagai sektor mengalami perkembangan yang pesat, seperti industri manufaktur, elektronik, galangan kapal, pariwisata, dan logistik. Berdasarkan data transaksi kepabeanan, kegiatan pada kawasan bebas Batam didominasi oleh industri elektronik dan industri perkapalan, seperti galangan kapal, reparasi, dan sebagainya.
Lantas benarkah KEK dapat memberikan keuntungan untuk semua lapisan masyarakat?
Kawasan Ekonomi Khusus, adalah bentuk penjajahan negeri. Perlu disadari bahwa kawasan ekonomi khusus digadang-gadangkan dapat meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi daerah. Asas yang ditanamkan adalah keuntungan pertumbuhan ekonomi dalam perhitungan kapitalis. Jelas prinsip kapitalisme menjadikan investor sebagai penyokong utamanya.
Prinsip investasi uang yang digelontorkan kepada penguasa daerah, bekerjasama dengan pengusaha. Ini jelas yang mendapatkan keuntungan adalah mereka yang bekerjasama. Sedangkan rakyat sedikit sekali mendapatkan manfaatnya, malah kerugian.
Ketika kawasan ekonomi khusus diperluas, yang terjadi adalah pengambilan lahan atau tanah warga. Mungkin dengan ganti rugi atau tanpa kompensasi. Dampak kerugian yang paling parah adalah adanya penjajahan sistematis yaitu masuknya gaya hidup bebas dan hedonisme.
Jelas kawasan ekonomi khusus bukanlah solusi untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi. Islam telah memberikan aturan bahwa prinsip pertumbuhan ekonomi itu dinilai dari tidak adanya umat yang kelaparan. Kebutuhan dasar kehidupan terpenuhi, seperti sandang, pangan, dan papan terpenuhi. Selama ada umat yang terzalimi kebutuhan dasarnya maka belum bisa dikatakan sebuah pertumbuhan.
Islam adalah aturan yang sempurna dan sesuai dengan fitrah manusia. Mengambil aturan selain yang diturunkan Allah dan telah dicontohkan Rasulullah pasti membawa kepada keburukan. Tidak ada solusi selain kembali kepada Islam kaffah yaitu meyakini bahwa semua yang dibutuhkan manusia dalam mengurus kehidupan sudah ada dalam Islam. Wallahu 'alam bisshawab
Via
Opini
Posting Komentar