Opini
Kompetensi Tidak Terserap Industri, Gen Z Salah Ambil Jurusan Salah Siapa?
Oleh: Siti Maemunah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa terdapat 9,9 Juta Gen Z menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET) jika diperinci anak muda yang paling banyak masuk dalam kategori NEET ini ada di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,7 Juta berada di perdesaan (Muslimahnews.com, 18-08-2024).
Di lansir dari CNBC Indonesia.com (24-05-2024), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappernas) menyebutkan ada sejumlah faktor yang membuat banyak anak muda alias Gen Z menganggur, salah satu faktor nya adalah salah jurusan sehingga kompetensinya tidak terserap industri.
Menurut Maliki selaku kepala Bappernas menjelaskan bahwa salah jurusan yang dimaksud ada beberapa kategori, namun dia mengatakan yang paling umum adalah salah jurusan, dan ketika jurusan dipilih ternyata tidak banyak dibutuhkan di lapangan pekerjaan. Namun dia mengatakan salah satu cara pemerintah untuk mengatasi hal ini yakni melakukan perbaikan, dengan memperbaiki kurikulum serta harus disusun sedemikian rupa agar para siswa dapat mengetahui tentang apa yang ingin mereka lakukan jelasnya.
Dapat dipahami bahwa kompetensi merupakan kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang di tetapkan.
Dari permasalahan di atas terlihat bahwa tidak adanya singkronisasi antara permasalahan yang di alami Gen Z dan solusi yang di berikan pemerintah untuk mengatasi masalah kurang kompetensinya Gen Z ini.
Dapat dilihat dari faktanya bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diharapkan memiliki skill lebih untuk menunjang kebutuhan industri, nyatanya sedikit sekali diserap oleh industri. Hal ini dikarenakan adanya ketidak seimbangan hubungan antara materi atau pembelajaran skill di dunia pendidikan dengan kebutuhan industri.
Terlebih lagi kemajuan teknologi industri dan teknologi informasi yang terus berkembang, belum bisa disesuaikan oleh dunia pendidikan, serta robotisasi peralatan industri yang meminimalisir keterlibatan manusia sebagai bagian dari proses indutri atau usaha tersebut. Bukan hanya itu kekuatan orang dalam menjadi salah satu faktor mengapa banyak gen Z yang tidak bekerja.
Seharusnya pemerintah memfasilitasi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan industri jadi dapat dipastikan tidak ada nama nya salah memilih jurusan, kemudian seharusnya pemerintah menyediakan pendidikan yang berkualitas dan merata untuk anak bangsa ini , jadi tidak ada lagi anak yang kaya saja yang mampu bersekolah di sekolah yang bagus, tidak ada lagi anak yang kaya saja yang memiliki kompetensi dan bisa bekerja di industri, oleh karena itu dengan adanya pemerataan pendidikan yang di berikan negara kepada para generasi bangsa membuat anak muda atau gen Z baik dari kalangan kaya atau miskin mampu menunjukkan kompetensi mereka dan bersaing secara sehat.
Negara abai dalam menciptakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya dan hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi saja. Ini membuktikan kegagalan negara dalam menjamin kesempatan kerja bagi warganya. Asal tahu saja terciptanya lapangan pekerjaan adalah salah satu mekanisme dalam terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Untuk itu betapa sulitnya berharap sejahtera dalam sistem hari ini yang tidak pernah bisa menyelesaikan persoalan pengangguran.
Solusi Islam
Beberapa solusi untuk mengatasi persoalan pengangguran adalah:
Pertama, Islam menjadikan negara sebagai pihak sentral dalam menyelesaikan seluruh persoalan rakyat termasuk persoalan pengangguran. Penyediaan lapangan pekerjaan seluas-luasnya merupakan tanggung jawab negara. Bedasarkan hadis Rasulullah saw.
"Seorang imam (kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakuatnya." (HR Bukhari, 844)
Kedua, Islam memiliki regulasi kepemilikan yang khas, menjadikan SDAE dikelola negara dan mengharamkan swasta/asing untuk mengelolanya. Jika sektor tersebut dikelola sendiri maka pembukaan lapangan kerja untuk rakyat bisa di optimalkan.
Ketiga, negara menyediakan fasilitas pendidikan yang berkualitas dan merata. Dengan begitu kurangnya skill atau ijazah yang rendah akan mudah terselesaikan. Dan juga pembangun sekolah yang nerkualitas dan menjangkau semua kalangan baik kaya ataupun miskin juga di desa dan di kota sangat niscaya terwujud dengan pembiayayaan berbasis Baitulmal.
Keempat, pendidikan dalam Islam mengarah pada terbentuknya kepribadian Islam yang kuat, sekaligus memiliki keterampilan untuk berkarya. Hal ini akan melahirkan generasi yang kuat, kuat secara mental dan fisik. Bukan hanya materi semata yang diimpikan melainkan berkontribusi dalam memajukan pradaban.
Kelima, jaminan kesejahteraan dalam Islam berupa tersedianya lapangan pekerjaan adalah salah satu mekanisme Islam dan mensejahterakan rakyatnya secara ekonomi.
Via
Opini
Posting Komentar