Opini
Makanan Berbahaya Banyak Beradar, BPOM Apa Fungsinya?
Oleh: Siti Maimunah
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Kasus gagal ginjal yang terjadi pada anak-anak sedang viral di media sosial saat ini. Kasus gangguan gagal ginjal pada anak hingga harus menjalani tindakan cuci darah banyak di temukan di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta). Sebelum di vonis gangguan ginjal, kebanyakan dari anak-anak yang di rawat di rumah sakit rujukan nasional ini banyak mengkonsumsi makanan dan minuman berpemanis dalam kemasan.
Dilansir dari laman kompas.com (25-07-2024) saat ini ada sekitar 60 anak yang menjalani terapi pengganti ginjal di RSCM. Sebanyak 30 di antaranya menjalani hemodialisis rutin sementara yang lainnya datang sebulan sekali. Jumlah tersebut cukup banyak bagi sebuah rumah sakit terlebih kondisi ini juga tidak banyak dijumpai di tempat lain sehingga jumlahnya cukup banyak.
Salah satu dokter di RSCM mengungkapkan penyebab gangguan ginjal pada anak di RSCM paling banyak disebabkan oleh kelainan fungsi ginjal sejak lahir. Selain itu, ada pula anak yang menyintas dari kasus cemaran obat pada tahun 2022 lalu, dan tidak sedikit pula mengalami gangguan ginjal karena gaya hidup buruk. Gaya hidup buruk itu berpengaruhnya ke obisitas yang merupakan risiko untuk terjadi penurunan fungsi ginjal tentu tidak secara langsung. Saat ini banyak makanan dan minuman gulanya tinggi dan garamnya tinggi.
Buat apa BPOM kalau ternyata masih beredar makanan berbahaya untuk dikonsumsi? Seharusnya Badan POM sebagai gerbang keluar masuknya produk pangan di Indonesia, lebih teliti terhadap produk yang akan di pasarkan. Bagaimana bisa minuman dan makanan kemasan yang dapat menimbulkan efek gagal ginjal beredar luas di pasaran tanpa sepengetahuan BPOM? Padahal pasarnya adalah anak-anak.
Meski tidak ada lonjakan anak penderita gagal ginjal yang berujung cuci darah, keberadaan kasus ini perlu menjadi perhatian karena sebagian kasus erat kaitannya dengan pola konsumsi yang salah atau tidak sehat. Realita hari ini banyak produk berpemanis yang merupakan produk industri makanan dan minuman di Indonesia mau pun dari luar negeri. Sayangnya produk tersebut mengandung gula yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan dalam angka kecukupan gizi.
Hal ini wajar dalam kehidupan yang diatur oleh sistem kapitalisme. Di mana uang menjadi tujuan utama dari proses produksi akibatnya abai dengan aspek kesehatan dan keamanan pangan untuk anak.
Sebagaimana anak adalah penerus generasi bangsa, sudah seharusnya dijaga sedemikian rupa agar bisa melanjutkan tongkat estafet generasi. Hal ini merupakan potret lemahnya kontrol pemerintah dalam hal penerapan aturan pengelolaan pangan tetutama makanan dan minuman anak. Hal ini dapat dilihat Indonesia belum tuntas dengan permasalahan anak stunting, efek cemaran obat pada tahun 2022 silam, dan berbagai kasus anak lainnya. (Muslimvox, 25-07-2024).
Hal ini merupakan hal wajar terjadi di negeri yang menganut asas kapitalisme, di mana yang punya modal yang berkuasa terpenting mendapat laba yang melimpah dibanding dengan kemaslahatan umat.
Berbeda dengan Islam, konsep Islam mewajibkan negara menjamin pemenuhan bahan pangan yang halal dan thayyib sesuai dengan perintah syariat. Negara juga akan mengontrol industri dan memberi sanksi bagi industri makanan yang nakal. Selain itu negara juga memberikan pelayanan edukasi dan sarana pada masyarakat tentang konsep makanan halal dan thayyib.
Via
Opini
Posting Komentar