Opini
Minuman Berpemanis Ancam Kesehatan Anak Hingga Kritis
Oleh: Erlike Handayani, S.H.I.
(Pemerhati Remaja)
TanahRibathMedia.Com—Gagal ginjal merupakan penyakit yang sangat menakutkan di kalangan masyarakat. Penyakit yang membahayakan salah satu organ tubuh ini akan menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.
Setiap orang berusaha menjaga agar penyakit ini tidak hinggap di tubuh mereka. Sebab efek yang dihasilkan sungguh membuat penderitanya mengalami susah buang air kecil, gagal ginjal, cuci darah, bahkan bisa sampai pada kematian. Bayangkan jika penyakit ini justru menimpa anak-anak di bawah umur.
Pola makan yang tidak terkontrol serta jajan sembarangan bisa menjadi pemicu penyakit tersebut. Makanan yang dijual menggunakan pemanis buatan jelas sangat membahayakan kesehatan siapapun, terutama anak-anak. Apalagi ramainya isu anak-anak di bawah umur melakukan cuci darah sontak membuat geger masyarakat.
Meski tak ada lonjakan anak penderita gagal ginjal yang berujung cuci darah, keberadaan kasus ini perlu menjadi perhatian. Sebagian kasus erat kaitannya dengan pola konsumsi yang salah atau tidak sehat. Inilah yang mendominasi faktor penyebab gagal ginjal.
Konsultan nefrologi anak dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) ketika meluruskan isu viral banyak anak menjalani cuci darah di RSCM. Ia menegaskan meski memang ada anak yang menjalani hemodialisis di RSCM, kasus gagal ginjal tidak mengalami lonjakan.
Pola hidup tidak sehat mendominasi faktor penyebab gagal ginjal. Penyakit ini terkadang juga disebabkan karena kelainan bawaan, bahkan ada juga karena bentuk ginjal yang tidak normal (detikHealth.com, 27-7-2024).
Ia juga mengungkapkan salah satu penyebab terjadinya kerusakan ginjal adalah kebiasaan konsumsi makanan dan minuman kemasan yang tinggi gula (CNN Indonesia, 26-7-2024).
Hal ini berbanding lurus dengan realita kehidupan hari ini. Banyak produk berpemanis yang merupakan produk industri makanan minuman di Indonesia. Sayangnya produk tersebut mengandung gula yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan dalam angka kecukupan gizi. Sehingga minuman berpemanis mengancam kesehatan anak hingga kritis.
Kehidupan negara yang diatur oleh sistem kapitalisme, menjadikan uang tujuan utama dari proses produksi. Kapitalisme menghasilkan racun pada makanan hingga berwujud penyakit degeneratif. Akibatnya aspek kesehatan dan keamanan pangan untuk anak terabaikan. Sehingga tidak sesuai dengan konsep makanan halal dan thayyib.
Negara lalai dalam menentukan standar keamanan pangan dan jaminan keberadaan makanan. Padahal Allah memerintahkan dalam firman-Nya,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوۡا مِمَّا فِى الۡاَرۡضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ الشَّيۡطٰنِؕ اِنَّهٗ لَـكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ
Artinya: "Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS Al Baqarah: 168)
Selain itu, negara juga harus membatasi impor gula dan cukai minuman berpemanis yang menjadi dalang kesehatan anak-anak. Karena sejatinya minuman berpemanis sangat diminati kalangan anak-anak.
Islam memerintahkan untuk makan makanan dan minuman yang halal dan thayyib. Tentunya perintah ini tidak hanya terfokus pada individu dan masyarakat saja. Peranan negara dalam kendali aturan juga sangat penting sebagai bentuk penjagaan selain penjagaan dari Allah Swt..
Negara harus mengurusi secara sistematis dalam menjaga kualitas kesehatan generasi yang kuat. Kehadiran sistem yang benar dalam kehidupan Islam menjadi akar determinan sosial kesehatan Islam yang akan mengakhiri faktor pemicu kerusakan kesehatan, termasuk kesehatan ginjal pada anak. Wallahu 'alam alam Bissowwab
Via
Opini
Posting Komentar