Opini
Miris, Indonesia 'di' Banjir(i) Produk Cina
Oleh: Ratna Sari, SE
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Produk dari Cina makin menjamur dan menggempur pasar dunia, terutama pasar Indonesia. Aneka produk Cina memang sudah lama masuk ke Indonesia, seperti kendaraan listrik, mainan, aksesori, alas kaki, mebel, keramik, dan berbagai alat elektronik (CNBCIndonesia.com, 26-07-2024).
Produk Cina memang memiliki keunggulan dari segi harga serta dalam berinovasi yang menyesuaikan dengan keinginan pasar. Produksi besar-besaran yang dilakukan Cina mendapat dukungan kebijakan dari pemerintahnya, sehingga produk Cina yang masuk ke Indonesia dijual dengan harga yang sangat murah. Tujuan Cina untuk memperluas bisnisnya ini didukung dengan adanya rancangan peraturan untuk mendorong pembangunan gudang di luar negeri bahkan di seluruh negara serta dengan menjalankan bisnis e-commerce lintas batas.
Menurut Kementerian Perdagangan Cina, industri e-commerce merupakan kekuatan yang penting bagi sektor perdagangan luar negeri. Strategi ini sudah berjalan sukses di pasar indonesia. E-commerce Cina sudah menjadi andalan masyarakat Indonesia untuk belanja.
Tingkat produksi Cina sangat besar, sedangkan daya beli masyarakatnya menurun. Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, Cina akan terus melakukan produksi, walaupun akhirnya Cina menjual produknya ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia dengan harga yang murah. Sehingga, terjadilah banjir produk Cina ke seluruh penjuru dunia.
Indonesia mengalami banjir produk Cina, di mana pemerintah justru santai saat mengetahui kondisi industri Cina yang over kapasitas. Bahkan bisa dikatakan pemerintah tidak cekatan untuk melakukan proteksi pada industri dalam negeri. Banyak perusahaan yang melakukan pengurangan karyawan dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bahkan tidak sedikit perusahaan tumbang dan gulung tikar (CNBCIndonesia.com Senin, 15-07-2024).
Mirisnya, sampai saat ini solusi pemerintah, hanya sebatas manis di bibir. Pemerintah tengah berencana mengenakan bea masuk tambahan atas barang impor, termasuk barang dari Cina. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, mengatakan pemerintah akan menggunakan beberapa mekanisme untuk mengatur bea pada barang impor, Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) dan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) (Liputan6.com 05-07-2024).
Kebijakan pemerintah ini, terlambat dan sudah tidak efektif. Seharusnya, pemerintah sudah bisa membaca masalah ini dari tahun-tahun sebelumnya.
Situasi hari ini disebabkan terjeratnya kebijakan perdagangan luar negeri oleh ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Kebijakan ACFTA ini berdampak buruk pada produk dalam negeri karena produk Cina masuk ke pasar Indonesia dengan harga yang lebih murah. Rakyat Indonesia dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dan literasi finansial yang rendah akhirnya memilih untuk membeli produk yang murah daripada produk dalam negeri. Akhirnya, kondisi ini juga memberikan dampak buruk pada beberapa industri yang tumbang dan berujung pada masyarakat kehilangan pekerjaan, bertambah pula pengangguran dan kemiskinan.
Negara Islam menjalin hubungan luar negeri dengan teliti dan mengutamakan kepentingan rakyat dan negara. Jika ada hubungan perdagangan luar negeri, negara tetap akan mengutamakan perlindungan pada industri dalam negeri atau pada usaha rakyat.
Negara akan memberikan jaminan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif dan aman untuk rakyat. Selain itu, negara juga akan membuat kebijakan yang menjamin kesejahteraan rakyat, sehingga memiliki daya beli yang tinggi dan memberikan edukasi pada rakyat untuk bijak dalam konsumsi. Wallahualam bissawab
Via
Opini
Posting Komentar