Opini
Naluri Ibu terkikis dalam Sistem yang Kian Miris
Oleh: Elis Herawati
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Satreskrim Polrestabes Medan meringkus empat perempuan yang terlibat jual dan beli bayi seharga Rp20 juta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan Ajun Komisaris Madya Yustadi mengatakan, terungkapnya kasus berawal dari informasi masyarakat bahwa ada rencana transaksi bayi yang baru dilahirkan di sebuah rumah sakit di Kecamatan Percut Seituan pada 6 Agustus 2024 (metro.tempo.co, 16-08-2024)
Seorang ibu seharusnya menjadi sosok yang penuh cinta dan perhatian terhadap anaknya, mengingat proses kehamilan yang berlangsung selama sembilan bulan. Selama waktu itu, tidak hanya tubuh ibu yang beradaptasi untuk mendukung perkembangan janin, tetapi juga terjadi pembentukan ikatan emosional yang mendalam. Setiap detik selama kehamilan adalah waktu berharga yang memperkuat hubungan antara ibu dan anak, membentuk dasar dari ikatan yang akan terus berkembang setelah kelahiran. Rasa cinta dan kasih sayang ini biasanya menciptakan hubungan yang sangat kuat dan mendalam, yang menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter dan kesejahteraan anak.
Namun, semuanya menjadi terkikis, bahkan hilang ketika tingginya beban hidup hadir dan tidak ada penyelesaiannya. Faktor ekonomi yang menghimpit menghilangkan akal sehat dan mematikan naluri seorang ibu, faktor keimanan pun mengambil peran dalam membuat lemahnya iman, sehingga para ibu tidak dapat berpikir jernih dan gelap mata.
Begitu juga, ketahanan keluarga idealnya memainkan peran krusial dalam mendukung ibu agar dapat menjalankan fungsi utamanya dengan baik. Dalam konteks yang sehat, dukungan dari keluarga seharusnya membantu ibu untuk fokus pada peran pengasuhan dan pemeliharaan anak, serta memastikan kesejahteraan emosional dan fisik keduanya. Namun, dalam kenyataannya, banyak ibu yang terpaksa menghadapi tantangan ekonomi yang berat.
Desakan finansial sering kali memaksa mereka untuk turut berperan aktif dalam mencari nafkah, mengalihkan perhatian dari peran pengasuhan mereka. Hal ini menyebabkan kehadiran anak tidak lagi dipandang sebagai anugerah, melainkan sebagai beban tambahan yang harus dipikul. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan tekanan ekonomi yang meningkat dapat mempengaruhi kualitas pengasuhan dan kesejahteraan anak, menciptakan siklus di mana anak menjadi sumber stres, bukannya kebahagiaan. Idealnya, keluarga yang kuat dan mendukung dapat meringankan beban ini dan memungkinkan ibu untuk menjalankan perannya dengan penuh cinta dan perhatian.
Inilah bukti abainya negara mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, Pada dasarnya, negara bertanggung jawab sebagai penjaga utama bagi para ibu dan mampu menumbuhkan keyakinan yang teguh dalam diri mereka agar tidak mudah putus asa ketika dihadapkan pada berbagai cobaan dan tidak hilang harapan kepada Allah. Negara juga seyogianya memiliki sistem yang efektif untuk memastikan kesejahteraan warga, termasuk para ibu. Negara harus membuat langkah-langkah strategis dalam hal perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan warga.
Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa nyatanya negara sering kali gagal menjalankan perannya sebagai pelindung. Dalam kerangka demokrasi kapitalis, negara tidak berfungsi sebagai pelindung rakyat, melainkan cenderung melayani kepentingan kelompok oligarki kapitalis. Namun hal ini tidak akan terjadi di tengah sistem ekonomi saat ini.
Sedangkan dalam Islam, menetapkan peran negara sebagai raa’in, kesejahteraan menjadi kewajiban negara untuk mewujudkannya. Islam memiliki sistem ekonomi yang mampu mennyejahterakan rakyat melalui berbagai mekanisme, termasuk banyaknya lapangan pekerjaan. Islam juga memiliki sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian Islam. Media juga berperan mendukung terbentuknya keimanan. Penerapan Islam kafah akan mewujudkan optimalnya fungsi keluarga. Hanya pemimpin yang menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai dasar nilai dan hukum yang akan mampu menjunjung tinggi kehormatan wanita, memberikan keselamatan dan perlindungan yang layak. Wallahu a’lam bishawab
Via
Opini
Posting Komentar