Opini
Para Remaja, Serius Kita Sudah Merdeka?
Oleh: Yulida Hasanah
(Pembina Komunitas Smart Moslem Generation Brebes)
TanahRibathMedia.Com—Merdeka! Memasuki bulan Agustus, di mana-mana lagi pada rame merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-79 tahun. Seakan semua sedang bergembira dan antusias mengikuti acara-acara yang memeriahkan hari kemerdekaan. Pemerintah adalah pihak pertama yang begitu sibuk menyiapkan perayaannya. Namun, sungguh sangat disayangkan, keseriuasan pemerintah dalam menyiapkan upacara dan serba-serbi perayaan tak berbanding lurus dengan keseriusan mereka saat mengurus rakyatnya wabilkhusus generasi muda negeri ini. Loh kok gitu?
Bukannya mau menjudge, faktanya sejak hari Rabu lalu (14-08-2024) viral berita bersliweran terkait BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) yang bikin aturan semena-mena terhadap 18 remaja putri yang tergabung di tim Paskibraka untuk melepas hijab alias kerudung mereka. Menurut pengakuan Irwan Indra, Seorang Pembina Paskibraka Nasional 2021, kewajiban lepas hijab itu merupakan aturan BPIP, bukan Kemenpora (Kementerian Pemuda dan Olah Raga) seperti tahun-tahun sebelumnya, yang tidak ada pemaksaan lepas hijab (republika.co.id, 14-08-2024).
Ternyata setelah dikonfirmasi, BPIP membenarkan pencopotan hijab Paskibraka putri saat pengukuhan Paskibraka oleh Presiden Jokowi dan saat pengibaran bendera 17 Agustus 2024 nanti di IKN. Prof. Yudian Wahyudi selaku Kepala BPIP beralasan bahwa pencopotan hijab itu dilakukan demi persatuan dan kebhinekaan. Duh Gusti...! memangnya apa hubungannya lepas kerudung dengan persatuan dan kebhinekaan? Sungguh alasan yang begitu lucu dan dipaksakan. Dan pemerintah gak urusan loh terhadap pemaksaan yang dilakukan oleh BPIP ini.
Selain masalah pemaksaan copot hijab bagi Paskibraka putri, ada masalah yang juga sungguh mencerminkan ‘ketidakseriusan’ pemerintah dalam menjaga gerenasi kita yang notabene masih mayoritas muslim. Beberapa pekan lalu rakyat negeri ini dibuat marah oleh terbitnya Peraturan Pemerintah no. 28 Tahun 2024 terkait penyediaan alat kontrasepsi bagi pelajar. Jika ingin menyelamatkan generasi dari pergaulan bebas atau menjaga kesehatan reproduksi kalangan pelajar jelas kebijakan ini kontraproduktif. Kebijakan ini justru mengundang rasa penasaran pelajar terhadap alat kostrasepsi dan menjadi wasilah semakin terjerumusnya pelajar dalam kubangan kemaksiatan di tengah kehidupan yang serba bebas hari ini. Na’udzubillah!
Remaja hari ini benar-benar telah dibuat dilematis kehidupannya. Kita pasti masih ingat betul bagaimana sistem pendidikan hari ini juga menjadi cerminan bahwa pemerintah bermain-main dalam mengurusi kepentingan rakyatnya. Tingginya UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang membuat para remaja mengubur dalam-dalam impiannya untuk menikmati pendidikan tinggi. Termasuk saat mereka yang ingin memilih masuk ke sekolah favorit pilihannya harus terbentur dengan aturan zonasi.
Dan akhirnya, inikah kondisi yang kita sebut dengan merdeka itu?? Merdeka yang mana? Merdeka milik siapa jika rakyatnya wabilkhusus para remaja masih dirundung duka? Ya jelas gak bisa dikatakan merdeka Yura!
Dalam KBBI, merdeka itu memiliki tiga makna. Pertama, merdeka adalah bebas dari belenggu dan penjajahan. Makna kedua adalah tidak terkana, atau lepas dari berbagai tuntutan. Dan makna ketiga adalah tidak terikat, tidak tergantung pada pihak atau orang tertentu, dan leluasa. Dan merdeka itu tentu hasilnya adalah sebuah ketenangan dan kebahagiaan.
Dan nyatanya kondisi remaja hari ini sungguh berkebalikan dengan makna merdeka. Yang ada justru remaja dihadapkan banyak beban dan berbagai persoalan hidup yang telah kita sebutkan di atas. Meski secara fisik, faktanya Belanda dan Jepang sudah gak menjajah negeri ini. Namun, pemikiran, gaya hidup dan budaya, remaja negeri ini masih terbelenggu dengan kesenangan duniawi hingga enggan diatur hidupnya dengan syariat Allah Swt. Kebahagiaan dan ketenangan hidup mereka terabaikan oleh ketidakseriusan negara dalam menjamin kesejahteraan, pendidikan dan masa depan para remaja. Negeri ini masih berkubang dengan lumpur sekularisme, sebuah pandangan hidup yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Negeri ini juga masih berada dalam jeratan kapitalisme, yang menjadikan semua muara kebijakan dan aturan negara berstandar pada cuan semata.
Maka, pertanyaan selanjutnya. Dengan apa kita bisa benar-benar merdeka? Tentu saja jawabannya adalah dengan keluar dari belenggu yang membuat kita tidak merdeka. Yakni melepaskan kehidupan kita dari sekulerisme dan jeratan kapitalisme, baik dari sisi personal maupun dari sisi negara. Kita kembalikan kemerdekaan kita dan negeri ini sesuai dengan kemerdekaan versi Nabi dan Rasul kita, Rasulullah Muhammad saw. Beliau saw. pernah menulis surat kepada penduduk Najran. Di antara isinya adalah, “Amma ba’du. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Akupun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia)..." (Al Hafizh Ibnu Katsir, A Bidayah wa an-Nihayah, V/553). Inilah hakikinya makna dari kemerdekaan.
Dari sinilah awal mula kita bisa dikatakan merdeka. Secara personal, kita memurnikan penghambaan dan ketaatan kita hanya pada Tuhan Sang Pemilik langit, bumi dan seisinya. Termasuk juga secara bernegara, menjadi negara yang tuntuk dan patuhnya hanya pada syariat Allah saja. Maka tidak ada lagi kebijakan dan pengaturan negara yang mengabaikan kemaslahatan rakyatnya, termasuk di dalamnya para remaja.
Bahkan saat kita dan negeri ini berani merdeka yang sebenarnya. Bukan tidak mungkin, kita akan mengikuti jejak negara seperti di masa Rasulullah dan Khulafa ar Rasyidin serta masa kekhilafahan setelahnya. Masa-masa keemasan karena memiliki kedaulatan yang diakui secara internasioanl. Masa di mana kesejahteraan rakyat sangatlah mudah didapat hingga saat itu tak ada satupun muslim yang mau menerima zakat. Masa itu adalah masa kekhilafahan yang menjadikan penghambaan hanya kepada Allah Swt. saja.
Wajarlah semua bisa dirasakan oleh umat sebelum kita dulu. Karena mereka memang benar-benar merdeka. Dan sebagai hasil dari kemerdekaan yang mereka rasakan adalah turunnya keberkahan dari langit dan bumi atas izin-Nya. Allah Swt. berfirman, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS Al- A’raf ayat 96)
Sudah jelas banget kan bagaimana agar kita bisa merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya? Yuk kita mulai dengan bersemangat untuk memahami Islam dan bangga dengan berislam kaffah! Jangan tunggu nanti, jangan pakai tapi! Wallaahua’lam.
Via
Opini
Posting Komentar