Opini
Potret Kelam Sistem Pendidikan Sekuler
Oleh: Humaida Aulia, S.Pd.I.
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Lagi, bunuh diri kembali terjadi. Seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meninggal bunuh diri di kamar kosnya di Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Senin (12-8-2024). Sekretaris UGM Andi Sandi meminta mahasiswa harus lebih terbuka terkait kesehatan mental agar universitas, fakultas, sekolah, atau unit kerja dapat segera melakukan bantuan atau intervensi agar kejadian serupa tidak terjadi lagi (kumparan.com, 13-08-2024).
Tak hanya di UGM, IPB juga mengalami hal yang sama. Seorang mahasiswa barunya berinisial SNR (18 tahun) ditemukan meninggal dunia. Mahasiswa asal Bojonegoro itu diduga meninggal dunia karena gantung diri di kamar mandi sebuah penginapan di dekat Kampus IPB Bogor, Jawa Barat. Sejak 2015, terhitung sudah ada 5 mahasiswa sekolah tinggi dan kampus di Bogor yang melakukan aksi serupa. Empat di antaranya ditemukan meninggal dan satu diantaranya gagal (republika.co.id, 9-08-2024).
Universitas Diponegoro (Undip) juga tak luput dari kasus bunuh diri. Pada Senin, 12 Agustus lalu seorang mahasiswa kedokteran PPDS berinisial ARL ditemukan tewas di kamar kosnya di kawasan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur. Sebab korban bunuh diri diduga akibat perundungan (bbc.indonesia.com, 17-08-2024). Deretan kasus bunuh diri tak anya terjadi di Undip. Seorang mahasiswa Udinus berinisial EN juga melakukan bunuh diri pada Oktober 2023 lalu karena terlibat pinjol (jawapos.com, 17-08-2024).
Pusat Informasi Kriminal Nasional Polri mencatat sejak 1 Januari sampai 15 Desember 2023, angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1.226 jiwa. Bila dirata-rata, setidaknya tiga orang melakukan aksi bunuh diri setiap hari. Angka kasus bunuh diri tahun 2023 itu naik dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 902 orang (kompas.id, 14-03-2024).
Sekuler Sebab Utama Bundir
Peningkatan angka bunuh diri sesungguhnya menggambarkan betapa buruknya mental masyarakat yang terbentuk. Mental yang lemah menandakan bahwa masyarakat kita tidak cukup kuat menghadapi tantangan dan ujian hidup. Apalagi kasus bunuh diri ini terjadi di kalangan akademisi yang notabene adalah orang terdidik yang seharusnya memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah hidupnya.
Bunuh diri ini tentunya terjadi karena banyak faktor, salah satunya kesehatan mental. Belakangan, kesehatan mental menjadi isu yang marak diperbincangkan. Depresi dan bunuh diri pada usia muda, seharusnya menjadi sinyal penting bagi orang tua, masyarakat, dan negara bahwa bunuh diri akibat depresi sudah menjadi epidemi. Jumlah remaja yang mengalami depresi di seluruh dunia rata-rata memang meningkat setiap tahunnya.
Biaya kuliah yang tinggi memaksa mereka untuk segera menyelesaikan studi. Mereka juga harus memenuhi kebutuhan dan gaya hidupnya, yang akhirnya memaksa mereka untuk terjerat pinjol yang berujung depresi dan bunuh diri. Ditambah lagi pengaruh sosial media yang setiap hari di genggaman, membuat mereka membandingkan hidupnya dengan apa yang mereka lihat. Alhasil, depresi mudah sekali terjadi.
Jika kita amati, masalah kesehatan mental dipengaruhi cara pandang tertentu. Kita tahu, cara pandang yang dianut negeri ini adalah pandangan hidup sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan. Masyarakat mengalami krisis identitas sebagai seorang hamba serta krisis keimanan, di mana lemahnya iman ini akhirnya mengganggu kesehatan mental.
Sistem sekularisme yang induknya adalah kapitalisme menghasilkan sistem pendidikan yang gagal membentuk karakter dan kepribadian Islam yang kuat. Akibatnya, sistem pendidikan yang diharapkan dapat menciptakan generasi bermental baja, berkarakter mulia, dan memiliki pemikiran jernih, serasa jauh panggang dari api. Sekularisme sejatinya hanya akan menghasilkan individu sekuler, materialistis, hedonis, jauh dari visi mulia, bahkan lemah secara psikis. Mereka juga berpikir bahwa kemapanan hidup hanyalah kesenangan dunia semata. Pada akhirnya, kesehatan mental mudah terganggu oleh masalah hidup, baik masalah ringan apalagi berat.
Islam Selesaikan Masalah Kesehatan Mental
Masalah kesehatan mental ini tentu bukan masalah individual semata, melainkan masalah sistemis. Untuk itu, solusi yang layak untuk menghilangkan tren bunuh diri juga harus menyeluruh dan sistemis, serta harus diselesaikan secara fundamental. Ini jelas tidak bisa diselesaikan dengan sistem kapitalisme yang telah jelas gagal melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, padahal generasi akan menjadi penerus dan pembangun peradaban.
Islam memberikan perlindungan terhadap jiwa. Kehidupan masyarakat Islam ditandai dengan ketundukan mereka terhadap syariat. Sistem pendidikan Islam diterapkan mulai dari tingkat dasar hingga tinggi. Sekolah dasar akan menanamkan akidah Islam dan segala pemahaman Islam lainnya yang dapat menjadikan mereka punya pola pikir dan pola sikap islami. Sedari dini keimanan telah tertancap dalam dirinya baik yang diajarkan di sekolah maupun di rumah, sehingga ia paham haramnya bunuh diri sebesar apa pun persoalan yang dihadapi.
Keimanan dan akidah Islam inilah yang akan menjaga kewarasan mental generasi. Mereka akan lebih berpikir realistis, dapat menempatkan mana yang berada di wilayah yang dikuasai manusia dan mana yang tidak. Mereka juga akan paham bahwa kebahagiaan tertinggi adalah meraih rida Allah, bukan sebatas kesenangan dunia. Standar hidup mereka adalah halal haram, bukan memuaskan nafsu dengan menabrak syariat yang ada.
Namun ini semua hanya bisa terwujud jika Islam ditegakkan dalam bingkai negara yang akan menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Ketika ketaatan kepada Islam dijadikan ruh di dalam masyarakat dengan penerapan hukum-hukum Islam sehingga akan mampu mencegah segala bentuk tindak kejahatan termasuk fenomena bunuh diri. Jika Islam diterapkan secara sempurna, tidak akan ada lagi generasi lembek bermental lemah, yang ada hanyalah generasi berkualitas, generasi anti depresi. Wallahu a’lam.
Via
Opini
Posting Komentar