Opini
Sistem Pendidikan Sekuler Hancurkan Generasi di Banyak Sisi
Oleh: Hesti Nur Laili, S.Psi.
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Dunia pendidikan Indonesia kembali digegerkan oleh kasus kematian Aulia Risma Lestari, seorang mahasiswi PPDS Anestesi Undip yang bunuh diri karena diduga tak kuat atas perilaku bullying yang dialaminya.
Kasus serupa sebelumnya juga dialami oleh EN (24), mahasiswa semester 11 Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, ditemukan meninggal dunia diduga bunuh diri pada 11 Oktober 2023 lalu. Penyebabnya diduga lantaran terlilit hutang pinjol (Jawapos.com, 17-8-2024).
Kasus bunuh diri tak hanya terjadi di kalangan perguruan tinggi, bahkan juga terjadi di kalangan pelajar sekolah menengah hingga sekolah dasar. Seperti kasus yang terjadi di Dusun Worawari, Desa Poko, Kecamatan Pringkuku, Pacitan. Seorang pelajar SMP ditemukan tewas dengan cara gantung diri pada Juli lalu dengan dugaan bunuh diri (Polrespacitan.id, 18-7-2024).
Dan kasus serupa juga dialami bocah SD di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Jawa Timur, ditemukan tewas dengan gantung diri di rumahnya. Polisi menyebut dugaan dilakukannya bunuh diri itu lantaran depresi akibat perundungan yang dilakukan teman-teman sekolahnya karena korban merupakan anak yatim (cnnindonesia.com, 2-3-2023).
Bunuh diri, perundungan dari tingkat verbal hingga pembunuhan, depresi, narkoba, zina dan bahkan l68t sudah hampir mewarnai kehidupan generasi saat ini, baik di tingkat dewasa di kalangan perguruan tinggi, bahkan sampai pada anak-anak sekolah di bawahnya.
Ada apa dengan generasi saat ini? Ada apa dengan sistem pendidikan di Indonesia, hingga melahirkan banyaknya generasi rusak seperti ini?
Semua tidak lain karena sistem sekularisme dalam dunia pendidikan dan pemerintah yang begitu rusak dan merusak. Sistem pendidikan sekuler tidak benar-benar menghasilkan generasi gemilang yang bertakwa dan berakhlak mulia. Justru diterapkannya sistem sekuler dalam pendidikan hanya akan melahirkan generasi yang rusak parah seperti yang terlihat sekarang ini.
Mengapa demikian? Karena pendidikan di dalam sistem sekularisme hanya berpatok pada prestasi angka-angka. Para pelajar hanya dididik untuk menghasilkan materi sebanyak-banyaknya dan meraih kesenangan serta kebahagiaan hidup di dunia yang lagi-lagi standar akan kebahagiaan itu dinilai dari banyaknya materi. Sistem ini memang tidak didesain untuk membentuk sebuah akhlak yang mulia atau menjadi individu yang bertakwa dan memiliki rasa takut terhadap Tuhannya. Karena memang sistem sekularisme benar-benar memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari.
Oleh karenanya wajar bila kemudian output dari sistem ini menghasilkan anak-anak yang minim adab, berkelakuan buruk, hidup seenaknya, jauh dari agama, sulit diatur, dan cenderung hanya mengejar sesuatu yang dinilai bisa membuatnya bahagia meski itu harus melanggar norma-norma yang ada. Pun demikian, para pelajar dianggap memiliki prestasi dan sukses jika mendapatkan nilai terbaik, IPK terbaik di sekolahnya. Sementara adab dan akhlak mulia justru tidak menjadi penilaian.
Maka tidaklah heran jika sistem pendidikan sekuler ini menghasilkan anak-anak yang tidak takut dengan Tuhannya sehingga dapat menciptakan manusia-manusia yang tidak manusiawi. Contoh adanya kasus bullying di dunia pendidikan menandakan bahwa para pelajar tidak memiliki rasa takut berbuat salah apalagi merasa diawasi oleh Tuhan. Adanya senior dan junior, kaya Vs.
miskin, serta penilaian peringkat kelas dengan angka, membuat kesenjangan di tengah para pelajar yang pada akhirnya yang dianggap bodoh karena tidak mendapatkan peringkat 1 akan dibully. Yang junior mendapatkan bully-an dari senior. Dan yang miskin mendapatkan perilaku seenaknya oleh mereka yang kaya.
Tak hanya bullying, perzinaan pun mereka lakukan tanpa merasa bersalah dan bahkan menjadi lumrah di kalangan pelajar karena sistem sekuler ini. Oleh sebab itu, menjadi sesuatu yang wajar apabila sistem sekuler dalam dunia pendidikan ini terus digunakan, maka angka bunuh diri akan terus meningkat. Tak tahan dengan kekerasan dan tekanan yang dialami oleh teman-temannya, atau tak tahan dengan beratnya biaya pendidikan yang kian mahal dan mencekik, atau justru depresi lantaran hamil di luar nikah akibat perzinaan di usia dini.
Hingga nyatalah bahwa sistem sekuler dalam dunia pendidikan benar-benar telah merusak generasi dari banyak sisi.
Hal ini jelas berbeda apabila sistem yang diterapkan dalam pendidikan dan pemerintahan adalah sistem Islam. Sistem pendidikan Islam bertujuan membentuk generasi yang tak hanya memiliki ketaqwaan kepada Allah tetapi juga berkepribadian Islam yang cerdas dan juga mulia. Sehingga tampak jelas ‘output’ daripada pendidikan itu adalah menjadikan generasi yang gemilang melalui kepribadian mulia yang tampak dari individu generasi tersebut. Bukan hanya sekedar angka-angka nilai-nilai akademik tetapi nol besar soal akhlak dan buruk sekali kepribadiannya.
Maka tak heran dengan sistem sekuler yang mengakar pada sistem pendidikan hari ini melahirkan orang-orang yang gemar korupsi, gemar berzina atau selingkuh, dan bahkan sekedar membuang sampah pada tempatnya saja tak mampu. Itulah perbedaan mendasar daripada sistem sekuler dan Islam dalam membentuk dan mendidik generasi.
Kemudian, dalam sistem Islam, para pelajar didorong untuk berkreasi apapun sepanjang sesuai koridor syariat. Membuat penelitian dan penemuan-penemuan apapun yang mana hasil daripada kreativitas itu sangat dihargai oleh negara. Hal ini sangat berbeda dengan sistem sekuler yang mana hanya hasil kreativitas yang menguntungkan segelintir pihak lah yang diambil. Bahkan seringnya penemuan-penemuan daripada anak bangsa tidak dihargai dan didukung.
Maka tak heran banyak generasi berputus asa akan karya-karyanya. Toh nanti tidak akan terpakai di masa depan? Karena seringnya pendidikan hanya berpatok pada ijazah yang ujungnya diperuntukkan melamar bekerja di perusahan atau pabrik-pabrik yang pada akhirnya membuat rakyat terjebak dalam siklus kehidupan yang itu-itu saja. Lahir, sekolah TK, SD, SMP, SMA, kuliah, kerja, menikah, punya anak, pensiun, mati.
Berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang begitu banyak bukti dalam sejarahnya melahirkan ribuan ilmuwan-ilmuwan yang ilmunya bahkan masih hidup dan berkembang hingga hari ini. Yang salah satu contohnya adalah Al-khawarizmi, seorang ilmuwan matematika di jaman kejayaan Islam yang begitu dikagumi oleh tokoh-tokoh pada zaman ini, seperti Mark Zuckerberg pendiri Facebook. Yang mirisnya umat hari ini sering terkagum-kagum pada kesuksesan Mark Zuckerberg, padahal apa yang dibuat oleh Mark hari ini tidak lain adalah kembangan yang dilakukannya dari ilmu Al-khawarizmi.
Begitulah jurang perbedaan yang sangat jelas antara sistem pendidikan sekuler dan Islam. Dalam Islam umat didorong sekreatif mungkin agar menghabiskan waktunya untuk berkreasi. Sedangkan dalam sistem sekuler, umat malah sering punya waktu luang dengan segala fasilitas yang tak terfilter oleh hal buruk, sampai bisa menjerumuskan mereka kepada hal-hal yang bersifat kemaksiatan.
Maka dari itu, perlunya umat menyadari bahwa Islam tak hanya sebuah agama yang berorientasi pada ibadah spiritual saja. Tetapi Islam itu satu kesatuan. Islam itu tak hanya sebuah agama, tetapi juga sebuah ideologi atau pandangan hidup yang dapat merubah kepribadian manusia menjadi lebih baik dan mulia.
Via
Opini
Posting Komentar