Opini
Buzzer, Ramaikan Jalan ke Surga, Jangan Menjadi Stempel Penguasa
Oleh: Aulia Rahmah
(Kelompok Penulis Peduli Umat)
TanahRibathMedia.Com—Situasi politik di negeri ini kembali memanas. Unjuk rasa terjadi dalam beberapa hari terakhir. Merespon hal itu, Mantan Wakil Presiden Boediono mengatakan bahwa Indonesia tidak selalu baik-baik saja. Dia menghimbau agar setiap orang berkontribusi kepada negara, siapa lagi yang mengisi pembangunan baik di sistem politik, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem keamanan, kalau bukan kita sendiri (katadata.co.id, 25-8-2024).
Sinyal keadaan Indonesia yang tidak baik, diramaikan juga oleh warga dunia maya. "Peringatan Darurat" beredar luas di medsos. Gambar Burung Garuda berlatar belakang biru bersanding dengan tagar #Kawal Putusan MK sempat viral di platform X (twitter). Tidak lama kemudian, media sosial kembali memanas setelah beredar postingan dengan gambar serupa tetapi memiliki narasi "Indonesia Baik-Baik Saja". Setelah ditelisik, ada beberapa akun Instagram yang memang menyerukan "Indonesia Baik-Baik Saja", salah satunya milik Wasekjen Gerindra Kawendra Lukistian
Warganet juga menemukan sejumlah akun Instagram lainnya seperti @rcyberprojo14 dan @benpro.tv terlihat sudah mengunggah gambar tersebut. Unggahan itu menuai kritik dan cemoohan warganet lainnya.
"Dibayar berapa sampai bisa bilang Indonesia baik-baik saja? Yakin baik baik saja? Semurah itu kah harga dirimu sampai bilang begini?" tulis akun @jus***
"Oh ini campaign sekali post 10 juta itu? Murah amat," komentar @afla**** (suara.com, 23-8-2024).
Dalam menghadapi berbagai permasalahan dan keadaan, semua kalangan, baik akademisi dan elit politik, aparatur negara kerap berpolemik dan kurang fokus untuk mencari solusi. Banyaknya persolan yang terjadi di negeri ini yang dikritisi oleh publik dengan "Peringatan Darurat" justru ditutup-tutupi dengan pencintraan dan pengerahan buzzer.
Propaganda buzzer bergerak cepat "menembak" jutaan kepala masyarakat yang kesadaran politiknya rendah. Akibatnya, masyarakat tidak mempunyai banyak argumentasi untuk menunjukkan ke publik kedaruratan negara karena penerapan sistem yang salah, juga ulah aparatur negara yang bobrok dan kurang profesional.
Sikap kritis dari mahasiswa tidak tersalurkan sebagaimana mestinya. Aparat keamanan bertindak represif kepada para pengkritik. Negara makin jumawa dan semena-mena, padahal minim karya dalam menunaikan tanggung jawab dan amanah dari rakyat. Hari ini, sejatinya negara gagal dalam mengelola pemerintahan dengan baik. Kondisi buruk ini tertutupi oleh propaganda dan pembelaan para buzzer.
Kebebasan berbicara adalah hak asasi manusia, apalagi jika berisi nasihat dan pelajaran yang baik atau amar makruf nahi munkar. Allah berfirman: "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Fussilat:33)
Sebagai masyarakat muslim, mengambil bagian untuk menjadi buzzer pembela penguasa yang kurang amanah, seharusnya tidak dilakukan. Rasulullah berpesan agar kaum muslimin tidak ikut membenarkan penguasa yang curang. Beliau memerintahkan agar melakukan amar makruf nahi munkar. Bahkan aktivitas ini dinilai sebagai jihad. Beliau bersabda: "Jihad yang paling utama adalah mengatakan kebenaran dihadapan penguasa zalim" (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Alangkah baiknya jika para mahasiswa mengoreksi penguasa dan menyerukan untuk mengambil syariat Islam kafah sebagai landasan dalam mengelola negara. Para buzzer pun bergerak mendukung sikap kritis dari mahasiswa. Semua berupaya menuju kehidupan yang berkah di dunia hingga ke surga.
Berpolemik bukanlah sikap negarawan. Apalagi memelihara buzzer demi pencitraan. Tugas utama negara adalah menjalankan fungsinya dengan baik. Melayani masyarakat, mewujudkan kesejahteraan, menjaga amanah, juga menerima segala kritik dan saran yang membangun. Tak perlu memelihara buzzer, sebab dengan penerapan syariat Islam kafah, akan dihasilkan pribadi-pribadi yang bertakwa. Aparatur negara dengan kesadaran politik yang benar sesuai Islam, akan fokus bekerja secara profesional menunaikan amanah dan tanggung jawabnya. Wallahu a'lam bi ash-showab.
Via
Opini
Posting Komentar