Opini
Gen Z ‘Ngomong’ Politik
Oleh: Ummu Choridah Ummah, S.Farm.
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Profesor Asrinaldi pakar politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Universitas Andalas) dalam kegiatan Konfrensi Nasional bertema Indonesia's Future Democracy: Opportunities and Challenges, mengatakan bahwa adanya syarat partisipasi dalam sebuah sistem demokrasi membuat para generasi muda atau Gen Z seharusnya memperoleh bekal pengetahuan politik yang cukup mumpuni. Beliau berpendapat bahwa ketika generasi muda tidak dibekali ilmu politik maka akan sangat sulit untuk melakukan perbaikan dalam sistem demokrasi (Bangkapos.com, 18-09-2024)
Seorang mahasiswa magister ilmu politik Universitas Hasanudin, Azisan menyampaikan generasi Z yang dianggap generasi yang apatis terhadap politik lebih memilih berpartisipasi dalam kegiatan sosial, mereka lebih tertarik dengan isu-isu sosial yang memiliki dampak langsung dalam kehidupan mereka (Kumparan.com, 16-09-2024)
Gen Z atau generasi Z dijuluki kepada mereka yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012. Gen Z tumbuh di tengah derasnya arus informasi dan teknologi, dan akan menjadi korban kapitalisasi digital. Yang membentuk pribadi menjadi bersifat pragmatis, sehingga politik menjadi hal yang rumit untuk diperbincangkan apalagi dipelajari dan dipraktikan. Maka tidak heran gen Z lebih suka terhadap hal-hal nyata dan jelas terlihat dampaknya bagi lingkungan mereka.
Politik Demokrasi
Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan adalah di tangan rakyat. Demokrasi pertama kali berkembang di masa Yunani Kuno, dalam bahasa Yunani demokrasi berasal dari kata "demos" yang artinya rakyat dan "kratos" yang berarti kekuasaan. Demokrasi berasal dari Yunani yang diterapkan sebagai ideologi sejak kurang lebih 500 tahun sebelum masehi.
Demokrasi di Indonesia mengalami kemunduran, jelas terlihat dengan banyaknya tumpang tindih peraturan hukum dan penyalah gunaan kekuasaan. Bukan rahasia umum bahwa suara rakyat mampu dibeli, meski telah banyak penyimpangan dalam pelaksaan demokrasi pergantian pemimpin terbukti tidak menyembuhkan kemunduran yang telah terjadi sejak diterapkannya sistem ini.
Politik di Indonesia terbukti tidak bisa memberikan kesejahteraan bagi rakyat, justru semakin mencekik rakyat. Kekuasaan yang diwakili oleh wakil rakyat tidak lagi mewakili rakyat, ini jelas terlihat ketika hukum tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Rakyat makin ditindas dan diperas keringatnya, ini berpengaruh kepada perkembangan generasi muda.
Para pakar politik menyayangkan generasi Z ke depannya tidak mampu menyelesaikan permasalahan demokrasi yang sedang dalam kemunduran. Para pakar berharap gen Z mampu berpolitik dan menjadi agen perubahan. Hal ini dapat terwujud dengan adanya reformasi di tubuh partai politik dengan adanya perubahan pola rekrutmen, kaderisasi dan distributor kader.
Pandangan ini sangat menyesatkan karena realitanya politik demokrasi tidak berkorelasi dengan perbaikan kehidupan masyarakat. Para pakar tidak menyadari kesalahan yang sesungguhnya bukanlah nahkoda yang menjalankan demokras, sebaliknya justru sistemnya yang telah rusak sejak awal. Realitas ini membentuk para generasi muda malas berpolitik dalam bingkai demokrasi.
Gen Z sebagai perwakilan generasi muda yang seharusnya memiliki pemikiran kritis terhadap politik justru dicekoki segala macam bentuk hedonisme dan kesenangan yang semu. Dampak bagi gen Z mereka merasa ogah dalam perbincangan politik, pragmatisme berpikir juga yang membentuk generasi muda menjauh dari politik demokrasi. Ketika politik demokrasi ini menghasilkan banyak kerusakan maka tidak heran generasi Z meninggalkan demokrasi, karena demokrasi memang layak untuk ditinggalkan.
Politik Islam
Gen Z sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan estafet kehidupan di dunia sebagai manusia yang telah Allah amanahkan untuk menjaga bumi seharusnya dikenalkan dengan politik Islam. Islam sebagai sistem hidup yang sempurna datang langsung dari Sang Maha Pencipta sebagai solusi tuntas bagi segala persoalan manusia. Syariatnya sebagai alat bagi manusia untuk menjalankan tugas dalam penciptaannya. Maka seharusnya kita tidak menjalankan sistem yang datang dari selain Allah.
Generasi penerus harus berpartisipasi dalam perubahan politik Indonesia, dan untuk itu pemuda membutuhkan wadah yang dapat membimbing mereka memahami politik yang benar dan melakukan perubahan politik.
Pemahaman politik Islam harus tertanam oleh gerenasi muda dan tidak ada sistem lain yang bisa memberikan kesejahteraan bagi manusia selain sistem Islam. Gen Z harus dibiasakan melaksanakan syariat Allah, sehingga ketika saatnya tiba gen Z memimpin mereka sudah tidak akan berpaling dari sistem Islam bukan mempertahankan demokrasi yang jelas problematik.
Maka seharusnya generasi Z bergabung dengan partai politik yang sahih untuk memperbaiki kehidupan mereka dan negara. Visi baru yang harus dipegang oleh generasi z adalah mewujudkan tata dunia baru yang berbeda dengan model politik demokrasi yang sudah terbukti gagal sejak bertahun-tahun.
Kriteria partai politik yang sahih:
Pertama, memiliki ideologi sahih (Islam) sekaligus yang dapat menghimpun para anggota partai.
Kedua, memiliki konseptual politik yang dipilih untuk menjalankan perubahan dengan mengadopsi fikrah politik tertentu.
Ketiga, memiliki metode langkah perubahan yang relevan dengan problem sistem yaitu metode perubahan yang teruji.
Keempat, memiliki anggota yang memiliki kesadaran yang benar bukan sekedar karena ketokohan, kepakaran dan jabatan.
Sebagai pengemban dakwah kita wajib membangun narasi kepada generasi Z untuk menghentikan kepercayaan kepada partai-partai sekuler apapun basis massa yang dimiliki. Dan tanggung jawab atas pendidikan politik seperti ini adalah tanggung jawab negara. Dalam negara Islam khalifah akan memberikan pendidikan politik Islam kepada para generasi muda, karena politik dalam Islam adalah satu kebutuhan dan umat Islam tidak terkecuali generasi muda wajib berpolitik sesuai dengan tuntutan Islam. Wallahualam bishawab.
Via
Opini
Posting Komentar