Opini
Laboratorium Kewirausahaan Pemuda, Pengerdilan Potensi Pemuda?
Oleh: Rini Febiani
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Jumat, 13 September 2024 kota Bandung menggelar “soft launcing” laboratorium kewirausahaan pemuda di Jalan Martanegara, yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bandung, Edy Marwoto mengungkap, laboratorium kewirausahaan pemuda merupakan yang pertama di Indonesia.
Program Cempor akan diadop oleh Kemenpora dan dijadikan program Dispora diseluruh kota dan kabupaten di Indonesia (jabarprov.go.ig, 16-9-2024).
Cempor merupakan singkatan dari Camp Entrepreuner Dispora. Cempor merupakan salah satu program unggulan dari Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bandung yang berfokus pada pengembangan pemuda. Dengan dibangunnya laboratorium ini diharapkan bukan hanya menciptakan wirausahawan muda, namun juga mengurangi pengangguran dan bisa membuka lapangan pekerjaan baru. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung tahun 2023 mengungkapkan angka pengangguran di Kota Bandung mencapai 116 ribu orang atau 8,8 persen. Sebanyak 40 persen berasal dari lulusan SMA dan SMK yang didominasi generasi Z (Republika.co.id, 30-5-2024).
Dibentuknya laboratorium ini dianggap sebagai bukti nyata komitmen kota Bandung dalam memberdayakan pemuda. Maka di tangan pemuda-pemuda, pengangguran dapat dientaskan bahkan diharapkan mampu berkontribusi menyelesaikan masalah pengangguran. Terdengar keren dan sangat membantu, dengan melibatkan pemuda dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Pertanyaanya benarkah program ini benar-benar akan membawa perubahan?
Pembajakan Potensi
Pembajakan potensi pemuda melalui pemberdayaan kapitalistik
pemuda dengan segala potensi yang dimilikinya dan ditambah dengan jumlahnya yang sangat besar memang menjadi kekuatan tersendiri. Maka peran pemuda menjadi pihak yang paling diharapkan membawa perubahan. Segudang potensi yang dimiliki pemuda, melibatkan pemuda di berbagai program pembangunan, baik itu di tingkat lokal-negara, regional-global, pemuda terus dilibatkan.
Pun, upaya pengentasan kemiskinan telah mendorong keterlibatan pemuda di sektor ekonomi dengan berbagai sarananya. Dalam konteks Indonesia, bidang kewirausahaan dan industri kreatif adalah kegiatan ekonomi yang dinarasikan akan membawa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Narasi membentuk pemuda entrepreunership sejatinya adalah jebakan yang akan mengerdilkan potensi pemuda itu sendiri. Pengerdilan potensi pemuda ini hanya akan menjadikan mereka sebagai tumbal kepentingan kapitalis, dan pemuda terjebak di dalamnya. Menjadi pelaku yang harus mampu menyelesaikan persoalan global, padahal sumber persoalan bukan dari keberadaan mereka.
Laboratorium kewirausahaan pemuda ini akan mengarahkan pemuda hanya fokus bekerja mencari cuan, meningkatkan skill dan berprestasi dalam takaran materi semata. Untuk pemuda muslim, potensi besarnya akan dibuat bergeser bahkan tak akan beralih pada potensi terbaiknya sebagai sosok bertakwa dan beriman yang secara konsisten menggunakan keilmuannya agar dapat memberikan kontribusi terbaik untuk agamanya. Karena itulah Barat takut jika para pemuda muslim memahami hakikat Islam secara benar, maka wajar berbagai upaya terus dilancarakan untuk menjauhkan generasi muda dari Islam. Dengan tujuan untuk mencegah dan menghalangi kebangkitan umat Islam dengan memanfaatkan pemuda yang merupakan aset perubahan. Potensi besar pemuda dikerdilkan, bahkan benar-benar telah dirampok dan dirampas.
Ini juga menjadi bukti kegagalan penguasa dalam menganalis problem pengangguran yang terjadi di negeri ini. Karena pasalanya, kebijakan penguasa justru makin memperluas pengangguran. Misalnya, kebijakan yang mempermudah tenaga kerja asing masuk dan ikut bersaing. Pemuda diarahkan agar bisa mencari pekerjaan sendiri namun di sisi lain pemerintah malah membuka lowongan pekerjaaan kepada pihak asing. Sebagai implementasi sistem ekonomi kapitalisme neoliberal yang diterapkan di negeri ini.
Disadari atau tidak sistem kapitalismelah yang menjadi sumber persoalan angka pengangguran di negeri ini. Sistem kapitalis merupakan sistem buatan manusia yang menghilangkan kewajiban negara sebagai pengatur urusan rakyat. Rakyat dibiarkan berusaha sendiri memenuhi kebutuhannya bermodalkan pelatihan-pelatihan yang diberikan. Namun dibiarkan bersaing dengan para pemilik modal.
Negara hanya bertindak sebagai regulator yang menjadikan hampir seluruh aspek kehidupan dikuasai para korporat (pemilik modal). Para kapitalis dengan modalnya yang besar dilegalkan oleh negara untuk mengelola sumber daya alam yang sejatinya adalah milik rakyat. Sementara negara hanya menarik pajak dari mereka.
Faktanya lainnya, angka pengangguran justru didominasi oleh mereka yang telah dibekali keterampilan dan materi kewirausahaan (cnbcindonesia, 5-9-2023).
Harusnya ini menjadi cermin ketika memandang cara mencetak generasi dengan kacamata yang berlawanan. Karena hanya akan menceburkan pemuda pada persaingan yang tidak seimbang, akhirnya apa yang akan terjadi pemuda hanya akan menjadi budak para kapitalis.
Mengembalikan Potensi Terbaik Pemuda Melalui Islam
Berbeda dengan Islam ketika memperlakukan pemuda. Pepatah Arab mengatakan “Sesungguhnya di tangan para pemudalah urusan umat, dan pada kaki-kaki merekalah terdapat kehidupan umat."
Sehingga pemuda harus dikembalikan kepada fitrahnya sebagai agent of change dengan menjernihkan pemikirannya dari yang pragmatis, bahwa terjadinya masalah pengangguran diakibatkan oleh negara yang menjalankan sistem kapitalisme. Pemuda merupakan fase untuk memberi dan mencurahkan segenap tenaga dan kemampuan untuk memikul setiap beban. Karena Islam memandang pemuda muslim sebagai oarang yang memikul tugas berat dan kewajiban besar terhadap diri, agama dan umatnya. Suatu kewajiban yang akan mendorong eksistensinya dan mengoptimalkan potensi dirinya.
Menurut Syekh Al - Qaradhawi, pemuda memiki empat amanah prioritas bagi masa depan Islam, yakni pertama memahami Islam secara integral, kedua mengamalkan Islam, ketiga berdakwah, dan keempat memiliki solidaritas.
Maka keterlibatan pemuda bukan hanya pada perubahan yang parsial melainkan pemuda harus terlibat pada perubahan yang hakiki, melalui ideologi Islam. Oleh sebab itu, harus disadari bahwa perubahan yang hakiki akan terwujud bukan dengan membentuk pemuda yang pragmatis. Melainkan dengan menempatkan posisi dan potensi pemuda untuk masa depan yang cerah yakni dengan Islam. Karena hanya Islamlah yang mampu memposisikan pemuda dengan baik sesuai fitrahnya. Islam juga mendorong pemuda agar senantiasa beramal dan berkontribusi untuk umat mewujudkan perubahan yang hakiki, bukan hanya perubahan yang temporal, yang sifatnya duniawi saja, namun juga berorientasi meraih rida Illahi.
Wallahu’alam bishowab.
Via
Opini
Posting Komentar