Opini
Moderasi Beragama Menyasar Kalangan Pelajar
Oleh: Siti Maimunah
(Aktivis Dakwah Kepri)
TanahRibathMedia.Com—Iriana Joko Widodo (Jokowi) dan Wury Ma'ruf Amin beserta sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) mensosialisasikan moderasi beragama kepada ratusan pelajar lintas agama di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, ini di tujukan untuk menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini (DetikHikmah.com, 11-09-2024)
Moderasi beragama adalah proyek Barat yang dimaknai menerima pemikiran liberal seperti HAM, pluralisme, sinkretisme, dll. Oleh sebab itu moderasi beragama yang digaungkan kepada institusi pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar yang dipandang sebagai musuh ideologi kapitalisme agar generasi memiliki profil moderasi dalam beragama, yang justru menjauhkan profil kepribadian Islam.
Arus moderasi beragama dengan dalih toleransi yang kebablasan telah sukses menyesatkan generasi dan menepatkan para pelajar sebagai garda terdepan yang bakal menolak keberadaan Islam kaffah. Dapat dilihat di mana pemerintah yang mengaku agen moderasi, telah mengaburkan arti toleransi dalam Islam yang sebenarnya, bahkan mencampur adukkan pemikiran Islam dengan pemikiran Barat hingga berujung kepada pluralisme dan sinkretime.
Buktinya adanya pengaburan toleransi dapat kita lihat beberapa waktu lalu, dengan kedatangan Paus Fransiskus dan kujungan kenegaraan ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM) tersebut dengan membawa kekhwatiran perpecahan agama. Di mana salah satu pesan syekh tersebut dalam pidatonya menyebutkan keragaman manusia ini seperti akidah berasal dari Allah Swt. Untuk itu, menurutnya sudah seharusnya tidak ada paksaan memeluk agama itu sendiri serta tidak boleh sesama umat muslim menyebutkan orang lain kafir (Detikhikma.com, 18/09/2024).
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa yang menjadi kekhwatiran negara bukanlah problem yang sesungguhnya di mana kerusakan moral makin parah dengan banyaknya para pelajar terlibat kriminalitas, seperti perundungan, aborsi, seks bebas, narkoba dan masih banyak lagi, akan tetapi pemerintah jusru menyolusikan dengan mengaruskan moderasi beragama yang tidak ada hubungannya dengan fakta yang terjadi di kalangan pelajar atau generasi muda. Yang ada malah ketakutan terhadap para pelajar yang sadar akan kebangkitan Islam. Di mana saat ini penguasa sedang memainkan perannya sebagai penjaga sistem sesuai dengan arahan Barat.
Perihal fakta yang menjadi akar maslah di kalangan remaja saat ini, BKKBN (2017) mencatat bahwa remaja pada usia 16-17 tahun sekitar 60 persen telah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan, sedangkan usia 14-15 tahun dan usia 19-20 tahun masing-masing 20 persen. Tidak kalah mirisnya aborsi mencapai 2,5 juta kasus dengan 1,5 juta di antaranya dilakukan remaja. Tidak hanya itu, sejumlah data yang di tunjukkan BNN pada 2024 sebanyak 2,2 juta remaja menjadi penyalahguna narkoba. Semua itu menjadi catatan hitam kondisi remaja hari ini (MuslimahNews.Net, 21-09-2024).
Oleh kerana itu, penyadaran akan bahaya toleransi dalam moderasi beragama harus dimasifkan di kalangan masyarakat khususnya pelajar sehingga tidak ada lagi pemahaman yang salah. Moderasi beragama pada dasarnya ditujukan untuk menangkal radikalisme di kalangan pelajar yang dipandang musuh ideologi kapitalisme yang justru menjauhkan dari kepribadian Islam.
Pelajar seharusnya menjadi menjadi duta Islam yang mengambil Islam yang murni bukan duta moderasi beragama yang tercampur dengan pemikiran Barat. Dalam Islam, pelajar harus produktif, tangguh, pembangun pradaban, dan menanam ketakwaan kepada generasi muda. Islam tidak akan pernah mengakui kebenaran agama dan keyakinan selain Islam. Seluruh keyakinan dan agama selain Islam seperti kapitalisme, demokrasi, pluraslisme, sekularisme, liberalisme, dan semua paham yang lahir dari paham tersebut adalah kufur. Dalam Islam, warga negara dengan berbagai etnis, suku, bahasa, dan agama hidup bersama dan saling toleransi sesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan oleh syariat Islam. Wallahu'alam.
Via
Opini
Posting Komentar