Opini
Moderasi Jadi Solusi Permasalahan Pemuda?
Oleh: Adilah Rahayu
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Jika ada yang bertanya, siapakah manusia yang paling hebat? maka jawabanya adalah pemuda. Lalu siapakah manusia yang paling cerdas, inovatif, dan memiliki daya ingat yang tinggi? Lagi-lagi jawabanya adalah pemuda. Betapa hebatnya pemuda yang memiliki kemampuan yang diakui dan disanjung oleh masyarakat.
Karena memang sudah menjadi hal yang wajar apabila yang muda lebih unggul dari pada yang tua. Tak hanya itu, para pemuda juga dijadikan tabungan masa depan oleh masyarakat yang mana nantinya akan menggantikan peran dan perjuangan pendahulunya. Maka kesimpulanya, pemuda adalah harapan, pembawa perubahan, dan calon pemimpin di masa yang akan datang.
Namun, realitanya tidak seindah ekspektasi, banyak sekali kasus-kasus kriminal yang terjadi di dunia termasuk negara kita, yang mana kebanyakan pelakunya adalah para pemuda. Kerapkali, perilaku pemuda yang melampaui batas membuat geram masyarakat terutama bagi para orang tua. Lebih parahnya lagi, mereka sudah tidak lagi memiliki rasa malu dengan berani melakukan tidak kriminal secara terang-terangan. Sebut saja tawuran yang sudah biasa mereka jadikan sarana untuk memuaskan emosi dengan saling memukul, melukai, bahkan sampai membunuh. Sama halnya dengan seks bebas, L68T, mengkonsumsi alkohol, dan narkoba yang sudah menjadi makanan sehari-hari mereka.
Mengamati permasalahan yang berkaitan dengan moral pemuda saat ini, pemerintah berupaya untuk menggalakkan program moderasi beragama yang diharapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan pemuda saat ini. Program moderasi ini disosialisasikan secara langsung kepada masyarakat terutama sekolah dan lembaga pendidikan lainya. Merujuk pada keterangan tertulis yang diterima detikhikmah.com, ratusan pelajar lintas agama strata MA dan SMA se-kota Balikpapan yang bernaung dibawah Kementrian agama, Kementrian pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi (Kemendikbutristek).
Adapun pada hari Rabu (11-9-2024) istri presiden Joko Widodo (Iriana) dan istri wakil presiden (Wury Ma’ruf Amin) beserta sejumlah istri menteri kabinet Indonesia maju (KIM) menggaungkan moderasi beragama kepada 500 pelajar lintas agama di kota Balikpapan Kalimantan Timur, ini ditujukan untuk penanaman nilai moderasi beragama sejak dini dengan tema “Cinta Tuhan dengan Cinta Indonesia” (Republika.co.id, 11-9-2024).
Istri menteri agama (Eny Retno Yaqut) mengatakan, bahwa kegiatan ini sengaja menyasar kalangan pelajar sebagai upaya menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini, dan diharapkan dapat membentuk para pelajar yang cinta damai dan toleran.
Namun, solusi program moderasi ini sejatinya bukanlah bentuk kekhawatiran pemerintah terhadap rusaknya moralitas pemuda. Sebaliknya, pemerintah justru sedang mempromosikan proyek buatan Barat yang mengandung paham liberal, pluralisme, dan sebagainya. Proyek yang bernama moderasi ini disasarkan kepada para pemuda karena diharapkan nantinya merekalah yang akan mengambil peran dalam penerapan program ini.
Jika program moderasi yang ditargetkan kepada para pemuda ini benar-benar berjalan sesuai dengan harapan. Maka, kita akan mendapati bahwa program ini nantinya akan mencetak para pemuda yang tuli terhadap keluhan umat, bisu terhadap kebenaran, dan buta terhadap agamanya. Sungguh sangat disayangkan, nasib para pemuda saat ini yang nantinya mereka akan menjadi calon-calon penerus kini terombang-ambing dalam bobroknya sistem yang di terapkan saat ini. Sistem kapitalis, tak henti-hentinya membuat berbagai macam propaganda, salah satunya adalah program moderasi yang menyasar pada para pemuda terutama para pemuda muslim. Tujuannya supaya mereka tidak ikut berperan dalam kebangkitan islam.
Berbeda sekali dengan sistem Islam yang benar-benar menjadikan potensi pemuda sebagai modal untuk membangun peradaban islam, sebut saja Mush’ab bin Umair yang diutus untuk menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk Madinah saat berusia 22 tahun dan menjadi duta di sana, Zaid bin Tsabit pada saat usia 16 tahun ia ditugaskan menjadi penulis dan penerjemah surat-surat Rasul yang kemudian dikirimkan ke wilayah luar Arab.
Ada juga Shalahuddin Al Ayyubi dan Muhammad Al Fatih yang kisah perjuangannya masih masyhur hingga detih ini. Tak dapat di pungkiri, mereka pastilah para pemuda yang memanfaatkan waktunya untuk menuntut ilmu, menghafal Alquran, melakukan penemuan/eksperimen yang nantinya akan bermanfaat untuk umat.
Terbukti, hanya sistem Islam-lah yang mampu melahirkan tonggak-tonggak peradaban yang tangguh, produktif, dan peduli umat. Maka dari itu, mari kita bersama-sama mengambil peran dalam upaya penerapan sistem Islam secara kaffah. terlebih bagi para pemuda, kita harus bangga akan identitas kita sebagai pemuda muslim, karna sejatinya, pemuda muslim adalah penggerak perubahan, pembela agama, dan pemuda muslim saat ini, adalah pemimpin masa depan. Wallahu a’lam. Takbir!
Via
Opini
Posting Komentar