Opini
Paus Fransiskus ke Indonesia, Waspada Toleransi Kebablasan
Oleh: Ratna Kurniawati, SAB
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Setelah hampir 35 tahun, Indonesia kedatangan pemimpin gereja Katolik dunia Paus Fransiskus pada tanggal 3-6 September 2024 sekaligus menjadi negara pertama dalam rangkaian lawatannya di Asia Pasifik. Setelah berkunjung dari Indonesia kemudian melanjutkan lawatannya ke Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura (Kompaspedia.kompas.id, 3-9-2024).
Adapun rangkaian agenda dari Paus Fransiskus di Indonesia yaitu pertemuan dengan Presiden Jokowi, pejabat dan diplomat, anggota serikat Jesuit, tokoh agama Kristen, tokoh antar agama dan umat Katolik pada acara Misa Akbar yang akan digelar di Gelora Bung Karno.
Sebagai umat Islam perlu diingatkan bahwa kita tidak boleh toleransi kebablasan. Toleransi harus memegang prinsip akidah Islam tidak boleh kebablasan. Toleransi di sini bukan berarti kita turut berpartisipasi dalam rangkaian acara dan merasa bangga atas keikutsertaan dalam acara tersebut. Toleransi juga tidak boleh mengatakan bahwa semua agama sama dan benar dan sama-sama mengantarkan pada keselamatan. Dengan membiarkan mereka melakukan acara maupun membiarkan merayakan hari besar merupakan bentuk toleransi yang dapat kita lakukan.
Namun, sungguh disayangkan malah toleransi kita kebablasan seperti saat di masjid Istiqlal kedatangan Paus Fransiskus disambut dengan pembacaan Al-Quran surat Al Baqarah ayat 62 dan surat Al Hujurat ayat 13 yang dianggap sebagai cerminan bentuk toleransi. Belum lagi perlakuan Imam Masjid Besar Istiqlal Nasaruddin Umar yang mencium kening Paus Fransiskus merupakan penghormatan yang berlebihan dan cenderung menyucikan tokoh agama lain. Miris memang Indonesia sebagai mayoritas Islam justru merendah dan mengalah dengan agama lain seperti pada saat penyiaran misa secara langsung di tv nasional yang menabrak waktu azan maghrib kemudian diminta menggeser penayangan azan maghrib dan disampaikan lewat running text.
Lagi-lagi umat Islam diminta mengalah kepada kaum minoritas untuk mencegah terjadi gesekan antar agama. Apabila kita sebagai umat Islam melakukan protes dianggap sebagai intoleran dan tidak menghormati agama lain. Pada saat bulan Ramadan pun kita juga diminta toleransi kepada orang yang tidak berpuasa. Atas doktrin toleransi umat Islam selalu berada posisi rendah dan terzalimi.
Beginilah gambaran ketika peneran sistem sekularisme di negara kita. Sekularisme adalah pemisahan agama dari kehidupan. Urusan agama merupakan urusan individu masing-masing dan tidak ada sangkut pautnya dan diatur oleh negara. Pemerintah beranggapan bahwa urusan salat adalah urusan individu masing-masing sehingga apabila warganya yang muslim tidak salat bukan merupakan tanggung jawab pemerintah. Namun yang aneh giliran urusan misa negara sampai turun tangan hingga mengubah peringatan azan dengan running text. Umat Islam hanya diperlukan ketika mendulang suara pada saat pemilihan umum, ketika sudah terpilih dan berkuasa seolah lupa mengurusi urusan umat.
Dalam pidatonya Paus Fransiskus mengkampanyekan toleransi dengan gaya Barat agar diadopsi oleh umat Islam. Promosi toleransi dan pluralisme merupakan bagian dari moderasi beragama ala barat yang di kampanyekan dalam dunia Islam untuk mengukuhkan hegemoninya terhadap Islam. Umat Islam di setting dan di kondisikan agar semakin jauh dari Islam dan kebangkitan Islam untuk menguasai dunia.
Padahal dalam Islam permasalahan toleransi bukanlah hal baru dan asing karena Islam sudah mengajarkan bagaimana harus bersikap pada agama selain Islam. Sejarah sudah membuktikan selama kurang lebih 13 abad Islam menguasai dunia dan memimpin dunia yang pada waktu itu ada tiga agama Yahudi, Nasrani, Islam mereka hidup dengan damai berdampingan dan tunduk pada aturan Islam.
Kita sebagai umat Islam sebaiknya tidak terjebak narasi Barat seperti toleransi, moderasi beragama, dan dialog antar agama. Umat Islam tidak boleh hanya menerima saja dan berdiam diri terhadap kafir yang merendahkan agama Islam karena orang kafir tidak ridha akan kebangkitan Islam. Oleh karena itu, kita harus berjuang untuk penerapan syariat Islam secara kafah sehingga terwujudnya kesejahteraan dan kemuliaan di tengah umat serta segera merealisasikan janji Allah Swt. untuk membebaskan Roma. Wa'llahualam bishawab.
Via
Opini
Posting Komentar