Opini
Pemimpin Islam Vs. Pemimpin Demokrasi
Oleh: Umi Hanifah
(Aktivis Muslimah Jember)
TanahRibathMedia.Com—Ada perbedaan yang sangat mencolok antara pemimpin dalam sistem lslam versus pemimpin dalam sistem demokrasi. Perbedaan tersebut di antaranya adalah:
Pertama, pemimpin dalam sistem demokrasi bisa siapa saja tanpa ada kriteria yang baku. Ia bisa cendekiawan, hartawan, pembohong, pencuri, pezina, pembunuh, koruptor, artis, dan lainnya asal mau mencalonkan diri.
Sangat berbeda kriteria pemimpin dalam sistem lslam, dipilih orang yang bertakwa. Tidak boleh asal mau menjadi pemimpin, karena suatu kepemimpinan adalah amanah besar. Pemimpin harus orang yang kuat agamanya agar tidak mudah tergiur rayuan hingga melalaikan urusannya.
Kedua, pemimpin dalam sistem demokrasi tidak harus orang yang mampu dalam mengurusi masyarakat, ini menjadikan urusan masyarakat kacau. Terbukti hari ini berbagai masalah mendera, pembunuhan, narkoba, korupsi, kemiskinan, kebodohan, bullying, dan banyak masalah lain yang tidak kunjung selesei. Pemimpin terbukti tidak mampu mengurusi keperluan masyarakat.
Sedang dalam lslam pemimpin harus punya kemampuan dalam bidangnya. Karena sebuah urusan akan rusak jika ditangani bukan ahlinya. Sejarah mencatat para pemimpin lslam di antaranya yang terkenal adalah khalifah Umar bin Abdul Aziz menjabat tiga tahun namun rakyatnya tidak ada yang berhak menerima zakat, ini artinya terwujudnya kesejahteraan.
Ketiga, pemimpin dalam sistem demokrasi memerlukan modal yang sangat besar, karena jabatan bisa diraih ketika mendapat dukungan suara yang banyak dan suara diperoleh dengan suap. Suap bisa berupa serangan fajar, bantuan sembako, pengobatan gratis, kerudung gratis, bantuan seragam pengajian, dan lainnya. Suap adalah hal yang wajar dalam demokrasi untuk meraih simpati atau dukungan rakyat.
Modal yang besar tersebut biasanya diperoleh melalui para pengusaha. Maka setelah meraih kursi kekuasaan kebijakan lebih pro terhadap pengusaha, rakyat hanya menjadi tumbal untuk meraup suara tidak lebih.
Sementara dalam sistem lslam, untuk meraih jabatan tidak perlu modal sepeser pun. Jika ia seorang khalifah dipilih dengan jangka waktu paling lama tiga hari tiga malam, kemudian ia di baiat oleh masyarakat untuk memimpin mereka dengan lslam. Pemimpin setingkat gubernur atau wali dan amil yaitu pemimpin sebuah kota/kabupaten langsung ditunjuk oleh khalifah. Maka tidak ada peluang korupsi atau politik dagang sapi karena jabatan adalah amanah.
Keempat, pemimpin dalam lslam ibarat penggembala, ia akan menjaga agar hewan peliharaannya terjamin makanannya serta keselamatannya. Pemimpin kelak akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Jabatan adalah untuk melayani bukan untuk memperkaya diri dan kroninya.
Kelima, pemimpin dalam sistem demokrasi menjalankan hukum karena adanya kesepakatan wakil rakyat yang ada di parlemen. Pertanyaannya, benarkah kebijakannya buat kesejahteraan rakyat? Nyatanya tidak sama sekali, justru rakyat tetap sengsara dan penguasa serta pengusahalah yang hidup enak. Sedang pemimpin dalam lslam menjalankan aturan dari Sang Maha Pencipta yaitu Allah Swt. yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. aturan ini pasti baik buat semua manusia, muslim maupun non muslim, karena berasal dari Zat Yang Maha Baik. Terbukti lslam mampu bertahan menaungi berbagai suku, agama, bahasa, dan warna kulit yang berbeda selama 13 abad dengan keadilan dan kesejahteraan yang merata. Sebuah peradaban agung yang tidak ada tandingannya hingga sekarang.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita mau memilih pemimpin lslam atau pemimpin dalam sistem demokrasi? Jawaban bagi orang yang cerdas pasti akan memilih pemimpin lslam yang akan membawa kebaikan di dunia hingga akhirat kelak, serta menolak pemimpin yang mengakibatkan manusia sengsara, yaitu pemimpin yang menjalankan sistem demokrasi.
Allahu a’lam.
Via
Opini
Posting Komentar