Opini
Refleksi Maulid: Menghidupkan Cinta Nabi, Membangkitkan Kembali Syariat-Nya
Oleh: Leihana
(Ibu Pemerhati Umat)
TanahRibathMedia.Com—Cinta Nabi Muhammad saw. pada umatnya adalah cinta yang luar biasa tiada tandingnya. Bukan hanya umat yang dihadapi dan dibimbing semasa hidupnya saja bahkan beliau pun memikirkan dan mengkhawatirkan umatnya hingga akhir zaman.
Namun, apakah umatnya Nabi Muhammad saw. hingga akhir zaman ini juga mencintai nabinya? Jelas jika umat terdahulu yang hidup sezaman dengan beliau benar-benar mencintai nabinya dengan ketaatan tanpa tapi. Adapun umatnya di akhir zaman ini terkadang hanya mengingat nabinya di momen tertentu saja.
Salah satunya momen Maulid Nabi yang ditetapkan pada tanggal 12 Rabiul Awal setiap tahunnya. Pada tanggal tersebut umat Islam seluruh dunia menyambutnya dengan memperingati hari kelahiran manusia paling istimewa Muhammad saw., tumpah ruahnya ekspresi umat Islam berbentuk senandung selawat, syahdunya kerinduan dan sukacita yang menjadi seremonial tahunan.
Perayaan tahunan ini pertama kali dilakukan oleh Sultan Muzafaruddin di Ibril (80km dari timur Tenggara Mosul, Irak) pada tahun 540 H secara besar-besaran hingga menelan dana 300.000 dinar (sekira 300.000$ atau Rp3 miliar) dengan menyembelih 5.000 ekor kambing, 10.000 ekor ayam, 100 ekor kuda, 30.000 piring manisan, dan 100.000 mangkuk keju.
Perayaan tersebut juga diisi dengan kegiatan ilmiah penulisan sejarah Rasulullah. Sehingga seorang penulis bernama Abu Al-Khatthab bin Daya berhasil mendapatkan penghargaan seribu dinar atas bukunya yang berjudul "Tanwir Fii Maulid Al-Basyir Wanadzir" (pencerahan atas sejarah kelahiran Nabi Muhammad saw.).
Adapun menurut sumber lain, peringatan Maulid Nabi pertama kali dilaksanakan oleh Sultan Salahuddin Al Ayyubi dalam rangka membangkitkan semangat kaum muslimin melawan tentara yang hendak merebut Yerusalem atau Palestina sebagai tangan suci umat muslim di dunia. Upaya tersebut membuahkan hasil, bangkitnya semangat jihad kaum muslimin mempertahankan Palestina.
Sebenarnya hari kelahiran Nabi Muhammad saw. adalah hal yang alamiah sebagaimana kelahiran manusia yang lainnya. Namun, karena beliau adalah seorang manusia istimewa bahkan hingga saat ini memiliki pengaruh yang luar biasa. Ini diakui oleh penulis Michael Hart bahwa Nabi Muhammad saw. sebagai orang nomor satu dari seratus orang paling berpengaruh di dunia.
Maka, peringatan kelahirannya dalam rangka mengambil nilai-nilai terbaik dari kepribadian Nabi Muhammad saw. tidak ada salahnya. Hanya saja Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini tidak boleh hanya sebatas seremonial dan rutinitas belaka–yang tidak memiliki pengaruh apa pun.
Salah satu refleksi dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW dengan menghidupkan kembali cinta kepada beliau dengan ketaatan penuh kepada Allah dalam menjalankan syariat Islam. Untuk mencintainya tiada lain caranya dengan mengikuti keteladanan yang telah beliau contohkan dan mengikuti jalan hidup yang beliau tuntun untuk umatnya.
Sebagaimana firman Allah Swt. berikut ini, "Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosa kamu.' Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (TQS. Ali 'Imran: 31)
Secara pribadi Nabi Muhammad saw. yang paling menonjol adalah peran beliau sebagai seorang pemimpin dalam skala negara. Di mana ia bisa menerapkan seluruh ajaran Islam secara sempurna dalam sebuah institusi negara, yang mana Nabi Muhammad saw. memerintahkan para sahabat setelah meninggalnya untuk memilih seorang khalifah–yang memimpin institusi negara yang disebut kekhilafahan.
Namun, realitasnya saat ini umat Islam tidak ada upaya untuk meneladani Nabi Muhammad saw. dalam sebuah kepemimpinan negara karena tidak ada lagi institusi negara Islam atau Khilafah. Bahkan dalam sistem yang diterapkan saat ini pun kaum muslimin kehilangan sosok role model pemimpin yang sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
Oleh karena itu dalam rangka refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H saat ini, tidak ada salahnya umat Islam kembali menghidupkan cinta kepada Nabi Muhammad saw. dengan mengikuti setiap ajarannya. Sebab, tidak ada jalan lain untuk mencintai Nabi Muhammad saw. selain mengikuti tuntunan dan ajarannya.
Untuk menghidupkan kembali cinta kepada Nabi Muhammad saw. adalah dengan meneladaninya termasuk dalam sosoknya sebagai seorang pemimpin negara. Oleh karena itu, mari jadikan momentum Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H ini menjadi ruang pijakan bagi umat Islam kembali menerapkan syariat Islam yang sempurna di bawah institusi khilafah sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad saw. Wallahualam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar