Opini
Remaja dan Generasi Sadar Dosa Hanya dengan Sistem Khilafah
Oleh: Ummu Umar
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia. Com—IS (16) satu dari empat pelaku pembunuhan AA Siswi SMP di Kuburan Cina Palembang, ternyata sempat mendatangi rumah korban di malam harinya. Seperti tidak bersalah, IS datang untuk ikut yasinan di rumah almarhumah AA. Fakta tersebut diungkap oleh Kapolrestabes Palembang, Kombes Pol Harryo Sugihartono saat menggelar press rilis di Polrestabes Palembang, Rabu (4-9-2024).
"Benar, usai peristiwa pembunuhan tersebut, tanpa dosa salah satu pelakunya, IS datang ikut yasinan di malam pertama," ungkap Kombes Pol Harryo Sugihartono.
Tak hanya itu, Kombes Pol Harryo juga menyebut jika IS sempat bercerita kepada teman-temanya di pagelaran kuda lumping setelah melakukan pembunuhan dan rudapaksa terhadap korban AA.
"Jadi setelah korban meninggal dunia, pelaku ini kembali ke kuda lumping dan bercerita dirinya sudah melakukan hubungan suami istri dengan korban," katanya.
Diterangkan Kombes Harryo, pelaku IS terinspirasi lantaran sering menonton film dewasa. Pelaku IS ini terinpirasi melakukan itu dengan korban, dan akhirnya terjadilah peristiwa itu. Lebih Kombes Pol Harryo mengatakan, keempat pelaku ini tidak mengetahui bahwa korban sudah meninggal dunia gara-gara dibekap.
Ketika ditanya pasal yang dikenakan, ditambahkan Harryo, pelaku kita kenakan pasal 76 C junto pasal 80 ayat 3, pasal 76 D Junto Pasal 81, Pasal 76 E Junto Pasal 82 dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara atau denda senilai Rp3 Miliar.
Pemerkosaan dan pembunuhan ini bukanlah hal yang baru di dalam dunia kapitalisme sekuler. Ketika agama dipisahkan dari negara. Seharusnya negara memberikan perhatian serius terhadap persoalan zina karena berkaitan dengan persoalan masa depan generasi bangsa.
Rusaknya moral remaja dan generasi dipengaruhi oleh asas (dasar) pendidikan di rumah (pribadi), di lingkungannya (masyarakat), dan di sekolah (negara), yaitu sekularisme (mengingkari agama dalam urusan dunia).
Maka apa yang dilakukan oleh remaja dan generasi yaitu sikap "tanpa dosa" ketika melakukan perbuatan dosa itu merupakan hasil dari kurikulum pendidikan sekularisme. Remaja dan generasi termasuk orang tuanya tidak tahu apa perbuatannya itu berdosa atau tidak, baik atau buruk. Karena pendidikan sekuler tidak mengajarkannya. Pendidikan hanya difokuskan pada menghargai toleransi dan kebudayaan, agama dianggap sampah dan tidak penting untuk diajarkan.
Bahkan para generasi dan remaja tidak lagi mengenal Allah Swt. tidak diajarkan tentang iman, Islam dan takwa. Pelajaran hak asasi manusia dan kebebasan, Sekularisme, menjadi ukuran keberhasilan pendidikan. Maka wajar jika anak SD/SMP berani melakukan perbuatan zina dan kemaksiatan yang lainnya "tanpa dosa".
Islam mengajarkan nilai nilai agama dari sejak usia dini hingga ajal menjemput. Oleh karenanya islam mewajibkan setiap muslim untuk menuntut ilmu. Setiap mata pelajaran harus dikaitkan dengan aqidah islam (keimanan). Sehingga setiap perbuatan manusia apakah benilai ibadah, mendapat pahala atau dosa otomatis akan dipahami oleh setiap manusia.
Penanaman nilai nilai akidah adalah hal yang sangat penting dan wajib dilakukan oleh negara melalui kurikulum pendidikan, menyampaikan dakwah ditengah tengah masyarakat, dan menerapkan hukum syariah islam dengan tegas.
Apabila setiap manusia telah mengenal Allah Swt., menancap akidahnya, mengetahui apa saja perbuatan dosa, pahala, baik, buruk, terpuji, tercela. Dan negara menerapkan hukum dengan tegas kepada pelaku maksiat. Insyaallah perbuatan zina dapat diminimalisir bahkan hilang dari muka bumi, harapan bahwa remaja dan generasi sholeh sholehah, beriman dan bertaqwa pun akan tercapai. Namun penerapan kurikulum pendidikan dan hukum hukum syariah Islam itu membutuhkan sebuah institusi negara yang dikenal umat dengan sebutan khilafah, insya Allah. Wallahualam bishawab
Via
Opini
Posting Komentar