Reportase
200 Tokoh se-Provinsi Riau Hadir dalam Agenda Maulid Nabi
TanahRibathMedia.Com—"200 Tokoh Rijal dan Nisa se-provinsi Riau hadir di ruangan Ballroom Hotel Pangeran, Pekanbaru dalam agenda Maulid Nabi," tutur panitia Dialog Maulid: Mencintai dan Meneladani Kepemimpinan Rasulullah saw., (Ahad, 6-10-2024).
Agenda Maulid ini, kata panitia, diselenggarakan setiap tahun pada bulan Rabiul Awal dalam rangka menunjukkan rasa kecintaan kaum Muslimin kepada Nabi saw.
Acara yang digelar secara hibrid ini berlangsung kurang lebih sekitar tiga jam. Antusiasme para tokoh baik rijal maupun nisa terlihat dari semangatnya dalam mengajukan pertanyaan maupun memberikan pernyataan serta berbagai masukan agar acara tersebut ada tindak lanjutnya, tidak hanya berhenti sampai di situ saja.
Dalam kesempatan kali ini, KH. Rohmat S. Labib sebagai Ulama Aswaja Nasional menyampaikan pidato politiknya secara online. Ia menekankan bahwa perkara mahabbah kepada Rasulullah ini perkara yang sangat penting. Rasa cinta (mahabbah) kepada Rasulullah adalah perkara keimanan.
Lalu Ia menambahkan bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak beriman seseorang pun sampai aku lebih dicintai dari bapak-bapakmu, dari anak-anakmu."
Dalam mahabbah, sambungnya, perlu manifestasi. Manifestasi kepada Rasulullah ini adalah meneladaninya, mengamalkan sunahnya, dan mengikuti perbuatan dan cara Rasulullah.
Ir. Muhammadun, M.si., seorang Cendikiawan Muslim Riau, sebagai narasumber pertama mengatakan bahwa peringatan Maulid Nabi banyak yang hanya sebagai ritual tahunan namun kondisi umat tidak mengalami perubahan.
"Maulid Nabi, setiap tahun diperingati oleh kaum Muslimin tanpa ada perubahan bagi kondisi umat. Padahal beliau diutus untuk seluruh manusia bukan untuk bangsa atau kalangan tertentu," jelasnya.
Beliau itu, sambungnya, di utus sebagai rahmatan lil alamin. Namun, bermacam-macam respon manusia, ada yang model Abu Lahab, ada yang model pendeta, ada yang model Karen Amstrong dan ada model Ubay bin Salul.
Selanjutnya, Ulama Aswaja Riau, Ustaz Hidayatullah, M. Si., memaparkan mengenai berbagai macam problem yang muncul saat ini seperti deflasi ekonomi, karena manusia tidak mau atau enggan untuk meneladani kepemimpinan Rasulullah saw. dalam bernegara.
"Indonesia saat ini mengalami deflasi ekonomi yang berefek terhadap memburuknya ekonomi. Terjadinya PHK massal yang menyebabkan kemiskinan dan problem ekonomi. Hal ini karena yang dipakai adalah aturan menurut kapitalisme. Problem produksi terjadi karena kebutuhan tidak terbatas namun sarana pemenuhannya terbatas," bebernya.
Inilah kekeliruan kapitalisme, sambungnya, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Karena yang miskin tidak bisa mengaksesnya. Sehingga distribusi tidak merata.
Sebagai ulama Aswaja yang cukup memahami syariat Islam menjelaskan bahwa problem ekonomi adalah soal distribusi.
"Islam memandang problem ekonomi adalah soal distribusi kekayaan terbagi secara adil diantara anggota masyarakat sesuai dengan tuntunan syariat. Islam memastikan 6 kebutuhan dasar manusia terjamin, yakni: sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan," paparnya.
Terakhir, ustaz Hidayatullah menegaskan bahwa cara pandang dalam ekonomi kapitalisme hanya memandang soal materi saja.
"Tidak sebagaimana kapitalisme yang hanya memastikan soal materi yang bisa dilihat saja, tanpa mempedulikan sisi yang lain," pungkasnya. []Muhammad Nur
Via
Reportase
Posting Komentar