Opini
Agar Tidak Menjadi Muslim yang Sekuler
Oleh: Eci Aulia
(Aktivis Muslimah Bintan)
TanahRibathMedia.Com—Al-Qur'an diturunkan oleh Allah Swt. tidak lain sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Hanya saja, sebagian aturan hidup yang digunakan hari ini tidak lagi berpedoman sepenuhnya pada kitabullah, melainkan pada hawa nafsu manusia.
Terbukti sebagian dari isi Al-Qur'an tidak diterapkan dalam kehidupan. Hukum Islam yang semuanya tertulis dalam kitabullah hanya diizinkan untuk mengatur ibadah ruhiyah seperti salat, puasa, zakat, haji, dan pernikahan. Selebihnya diatur dengan hukum buatan manusia.
Realitasnya dapat dibuktikan dalam aspek muamalah dengan sesama manusia, baik di bidang ekonomi, pergaulan sosial, budaya, sistem pemerintahan, maupun pendidikan. Agama sama sekali tidak diizinkan untuk mengatur aspek yang berkaitan dengan kebijakan negara tersebut.
Padahal kebijakan yang berhubungan dengan kemaslahatan rakyat banyak lahir dari aturan negara. Jadi, agak aneh, kalau agama tidak boleh ikut campur di dalamnya.
Alhasil, lahirlah kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat, bahkan tak jarang di luar nalar dan akal sehat. Betapa tidak, yang kerap kali terjadi seperti berkerudung jadi polemik, berpakaian terbuka dianggap biasa. Pernikahan dini dicegah, budaya pacaran dibiarkan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Jika demikian, maka pola pikir masyarakat akan cenderung menjadi sekular. Sesukanya menggeser peran agama dari kehidupan sehingga tak heran jika ada individu yang terlahir Muslim, tapi memiliki pola pikir yang cenderung kebarat-baratan.
Ibadah salat didirikan, namun bermuamalah menggunakan sistem ribawi. Puasa dan zakat ditunaikan, tapi pergaulan hidup liberal ala Barat. Kewajiban haji dilaksanakan, namun cara berpakaian masih mengikuti model Barat. Ilmu dunia digapai hingga ke negeri Eropa, ilmu agama yang jaraknya hanya beberapa kilometer, enggan untuk meraihnya.
Pasalnya, hal ini dianggap normal di tengah masyarakat. Padahal, sekularisme sejatinya telah menyingkirkan sebagian aturan Allah Swt.. Sekularisme membuka celah besar bagi kaum Muslim untuk mengatur agama sesuka hati. Tentunya ini sangat berbahaya.
Sebagai Muslim sejati, maka paham sekular tidak boleh mewarnai ruang pemikiran kita. Bahkan debunya pun mesti disingkirkan. Sebab sejatinya sekular bukan berasal dari Islam dan Islam tidak boleh sekular.
Timbul pertanyaan, apakah bisa seorang Muslim tidak menjadi sekular dalam sistem hidup yang nyata-nyata menganut paham sekular dengan ideologinya kapitalis. Belum lagi, banyak yang sudah terlanjur menganggap pola pikir sekular itu baik.
Indonesia memang negara kapitalis yang menganut paham sekular, tapi bukan berarti masyarakat yang berada di dalamnya lantas menjadi sekular.
Kendatipun syariat Islam tidak dapat diterapkan secara totalitas dalam ideologi kapitalis, yang notabene akidahnya mengakui Tuhan, tapi menolak aturan Tuhan. Kaum Muslim tetap dapat berupaya agar tidak menjadi individu yang sekular.
Memahami bahwa penerapan Islam dalam kehidupan harus secara keseluruhan (kafah) adalah salah satu upaya untuk melepaskan diri dari jeratan sekularisme.
Sebagaimana yang Allah Swt. firmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 208 yang bunyinya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي
السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."
Definisi kafah ini harus memancar pada diri setiap Muslim tatkala menjalankan seluruh aturan Sang Pencipta. Tidak ada opsi lain baginya selain sami'na wa ato'na, kami dengar dan kami taat.
Dengan kata lain, seorang Muslim yang kafah akan menyadari bahwa debu-debu sekular akan terus menempel pada dirinya selama masih berdiri di atas panggung ideologi kapitalis. Maka tidak ada cara lain kecuali berjuang bersama kaum Muslim lainnya untuk mengembalikan kemuliaan Islam di muka bumi ini. Agar hukum Allah Swt. dapat diterapkan secara sempurna dalam segala aspek kehidupan. Wallahualam bisshawab.
Via
Opini
Posting Komentar