Opini
Demokrasi, Akan Tetap Selamanya Menjadi Noda
Oleh: Marsa Qalbina N.
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Masalah yang berkaitan dengan demokrasi di negeri ini tak kunjung padam. Masalahnya terus berlanjut hingga saat ini. Demokrasi, sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan perantara wakilnya. Dan memiliki slogan masyhur dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Nyatanya pun, sampai sekarang tak pernah memihak kepada rakyat secara totalitas.
Sistem yang selama ini malah digaung-gaungkan oleh sekelompok elite politik atau oligarki, ternyata berdampak buruk bagi Indonesia sendiri. Apakah sistem ini bisa menghasilkan perubahan jika berada di tangan pemuda yakni Gen Z, pemegang kunci perubahan? Ataukah selamanya akan terus begini? Hanya menguntungkan segelintir penguasa saja tanpa memperhatikan suara rakyat.
Dikutip dari bangka.tribunnews.com (18-09-2024), Pakar politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Andalas Profesor Asrinaldi menyoroti partisipasi dari Gen Z dalam menjaga iklim demokrasi yang ada di Indonesia. Menurut Ketua APSIPOL Iding Rosyidin, para mahasiswa yang duduk di bangku kuliah diharapkan sudah mendapatkan bekal pengetahuan politik mumpuni, agar bisa memperbaiki iklim demokrasi Indonesia ke depan. “Sebagai solusi, harus ada reformasi dalam tubuh partai politik dengan adanya perubahan pola rekrutmen, kaderisasi dan distribusi kader partai politik itu sendiri. Idealnya mahasiswa sejak di kampus sudah belajar tentang politik, supaya dari awal sudah punya sense politik, sehingga ketika masuk ke partai politik sudah siap,” jelasnya.
Adanya fenomena kemunduran demokrasi ini , muncul harapan harapan agar kaum muda, khusunya Gen Z yang menduduki mayoritas penduduk terbanyak di Indonesia, agar segera mengambil sikap atau tindakan. Mereka menginginkan agar demokrasi tetap bertahan dan berdiri. Namun saat ini rakyat Indonesia sekarang kebanyakan memandang demokrasi yang diterapkan saat ini merupakan demokrasi yang gagal dan mundur. Karena mendominasi dan berkuasanya segelintir oligarki (penguasa berkedok pengusaha) dan tidak memihak pada rakyat. Sehingga yang katanya dalam demokrasi segala sesuatunya kembali ke rakyat, itu hanya sekedar omong kosong belaka.
Buktinya suara rakyat tak pernah didengar , jeritan jeritan rakyat di luar sana pun tak pernah mereka hiraukan. Yang terpenting bagi mereka bagaimana pun caranya agar dapat meraup keuntungan yang sebesar besarnya melalui sisitem ini. Maka sekarang banyak rakyat, khususnya kaum Gen Z, terjun ke jalan raya untuk melakukan aksi demo menghadapi kebejatan pemerintah. Mereka muak terhadap keputusan keputusan busuk yang telah pemerintah buat, yang tak sedikitpun mementingkan suara rakyat. Yang ada hanya suara mereka saja yang diambil untuk menghasilkan keputusan selama di dalamnya ada manfaat. Oleh karena itu, rakyat Indonesia berharap di tangan pemuda lah demokrasi ini berubah, yang awalnya buruk bisa menjadi lebih baik. Yang awalnya hanya mementingkan segelintir orang, menjadi mementingkan rakyat atau masyarakat banyak. Karena mereka menganggap cikal bakal perubahan tak lain dan tak bukan hanya ada ditangan para pemuda. Pemuda lah yang mempunyai potensi besar dalam mewujudkan perubahan.
Tapi statement semacam ini justru keliru dan menyesatkan, karena demokrasi sendiri dari zatnya sudah merupakan sistem batil dan rusak. Jadi tak patut atau layak adanya slogan “Jangan Nodai Demokrasi Kami”.
Bagaimana bisa kita menodai noda, karena demokrasi sendiri sudah merupakan noda? Jadi tak perlu dinodai pun ia sudah kotor. Maka dari itu meski pemuda diperintahkan untuk belajar politik yang mumpuni sekali pun, itu tetap disebut demokrasi. Jadi sebenarnya tak ada istilah demokrasi yang buruk dan demokrasi yang baik, semuanya sama-sama merupakan noda. Ibarat jika ada kendaraan yang rusak karena mesinnya mati, tak cukup kita hanya mengganti supir yang lebih profesional. Karena akar masalahnya adalah mesin bukan supirnya. Sama halnya demokrasi, mau diganti dengan apapun, selama sistemnya mereka dilandasi dengan sistem kufur dan batil, yakni sekuler kapitalis. Maka sejatinya ini bukanlah merupakan kemunduran demokrasi yang dapat terindra. Melainkan demokrasi sendiri memang adalah sistem yang merusak, yang harus ditinggalkan oleh setiap orang.
Solusi Islam
Memang baik, jika para pemuda dikerahkan untuk terjun ke dunia politik yang menjadikan mereka memiliki sikap peka (tidak apatis) terhadap problem yang menimpa negara mereka sendiri. Tetapi semestinya sikap peka ini juga harus diarahkan agar tidak menyesatkan mereka. Mereka semestinya perlu berkecimpung di dunia perpolitikan, yang dapat mengarahkan ke partai politik yang baik dan benar. Yang tak lain itu hanyalah partai politik islam.
Partai politik yang sahih ini mestinya merupakan partai yang berideologi Islam. Memiliki fikrah (pemikiran) dan thariqoh (jalan) yang dalam lagi jelas, dan memiliki manusia yang bersih, maksudnya yang ikut ke dalamnya bukan berlandaskan jabatan, kekayaan, ataupun yang lain. Tetapi memang benar-benar kesadaran dari dirinya sendiri butuh yang namanya perubahan. Maka jika sudah berpartai politik Islam, pasti akan mampu menghasilkan kebangkitan yang benar, karena fikrahnya yang diemban adalah fikrah yang berlandaskan Islam. Tak sekadar ganti nama saja, tapi juga perlu ganti sistem yang terbukti sudah lama gagal.
Maka partai politik sahih (benar) ini tak dapat terwujud tanpa adanya peran daulah (negara) dan itu hanya akan didapat di dalam daulah Islam atas bingkai Khilafah (sistem kepemerintahan dalam islam). Dalam khilafah semua permasalahan yang ada akan dicari solusinya, dan bisa menuntaskan permasalahan secara tuntas dan mengakar. Maka tak hanya para Gen Z saja, tapi seluruh umat akan diajak berfikir betapa butuh dan pentingnya kita semua berpartai politik. Karena itu mencakup urusan negara. Maka seharusnya mereka meninggalkan secara tegas model politik demokrasi ini yang sudah terbukti menimbulkan permasalahan secara terus menerus. Dan wajib mengambil model berpartai politik yang sesuai dengan tuntutan ajaran Islam, yang tentunya menyejahterakan seluruh hal tanpa terkecuali. Wallahu ‘alam.
Via
Opini
Posting Komentar