Opini
FOMO, Virus Penghancur Gen Z di Sistem Liberal
Oleh: Erlike Handayani, S.H.I
(Pemerhati Remaja)
TanahRibathMedia.Com—FOMO (Fear of Missing Out) merupakan rasa takut ketinggalan atau cemas karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. FOMO dapat terjadi dalam berbagai konteks, seperti kehidupan sosial, pekerjaan, pendidikan, dan hobi. FOMO diciptakan oleh salah satu bagian otak yaitu amygdala. Organ ini berperan memberikan rasa waspada saat terjadi sesuatu hal yang bisa mengancam eksistensi kehidupan.
Munculnya keyakinan bahwa apa yang dimiliki orang lain lebih baik daripada apa yang dimiliki oleh diri sendiri, sehingga fenomena FOMO ini menjadi salah satu tren yang signifikan di kalangan gen Z. Layaknya sebuah virus, ia sangat berpengaruh terhadap arus interaksi pada teknologi, psikologi serta perilaku komunikasi individu.
Lebih parah lagi, virus FOMO ini bisa menjurus pada kesehatan mental. Perasaan khawatir berlebihan jika tidak mengetahui berita atau tren terkini. Hal ini dapat berujung pada kecemasan dan stres yang berdampak pada gangguan tidur, depresi, dan kecemasan yang berlebihan.
Contohnya pada kasus yang sedang hits dari grup K-Pop Black Pink. Di mana salah satu personilnya memamerkan sebuah boneka "LaBuBu" di media sosial. Sontak hal itu menciptakan virus FOMO di kalangan penggemar. Memiliki boneka Labubu berarti turut serta menjadi bagian tren global yang dipopulerkan sosok idola.
Menurut Sosiolog Universitas Airlangga Nur Syamsiyah SSosio MSc, daya tarik produk populer seringkali terletak pada nilai eksklusivitas, keterbatasan produksi, dan keterkaitannya dengan budaya pop yang memiliki basis penggemar (jawapos.com, 13-10-2024).
Inilah yang menjadi akar munculnya gaya hidup FOMO pada sistem liberal. Sistem ini membawa virus yang mengarahkan gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Kesenangan yang memiliki sifat sesaat mampu menembus pola pikir para gen Z menjadi tidak berkualitas, sehingga mengakibatkan hilangnya potensi para gen Z dari prestasi ‘agent of change’.
Bagi Islam, gen Z merupakan sumber potensi luar biasa untuk perubahan umat. Para gen Z dibutuhkan sebagai penggerak bagi perubahan masa depan bangsa menuju kebangkitan Islam.
Islam mampu membentuk dan melejitkan potensi gen Z. Islam akan mengarahkan hidup pemuda sesuai dengan tujuan penciptaan dan ketaatan sebagai seorang hamba, sehingga gen Z mampu mempertimbangkan kebutuhan serta manfaat sebuah aktivitas maupun materi bagi kehidupan mereka.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Dari ‘Ali bin Husain, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di antara ciri sempurnanya keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya." (HR Tirmidzi).
Selain itu perilaku FOMO membuat gen Z dikuasai oleh rasa insecure dan lupa untuk senantiasa bersyukur, serta melalaikan waktu. Kecenderungan dihasilkan akibat memantau media sosial dari efek FOMO tersebut. Melalaikan waktu juga merupakan suatu penyakit dari pengaruh sistem liberal yang jelas dilarang oleh Islam.
Rasulullah saw. bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
Artinya: “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang." (HR Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Seorang muslim terutama gen Z yang mengikuti tren kekinian, harus mampu melihat manfaat dan mudharatnya. Manfaat pada suatu perbuatan hendaknya mampu untuk meningkatkan ketakwaan dan ibadah kepada Allah Swt.. Jika hal ini diterapkan, tentunya mampu membangun kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa kejayaannya.
Wallahu 'alam Bissowwab.
Via
Opini
Posting Komentar