Opini
Gen Z Dalam Kapitalisme Demokrasi: Terjerat Gaya Hidup Materialistik
Oleh: Asti
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Fenomena Fomo (Fear of Missing Out) sepertinya telah menjadi tren signifikan di kalangan generasi Z saat ini. Fenomena takut ketinggalan ini, menjadikan generasi muda merasa harus selalu up to date dengan hal-hal yang sedang viral. Masih hangat di benak, bagaimana orang beramai- ramai mengantri untuk membeli boneka Labubu yang viral setelah diposting seorang idol K-pop. Fenomena fomo ini erat kaitannya dengan semakin besarnya interaksi berbasis teknologi. Teknologi menjadikan arus informasi melaju dengan sangat deras. Tidak hanya arus informasi bermanfaat, banyak juga arus informasi yang tidak atau kurang bermanfaat.
Media sosial juga digunakan sebagai sarana berkomunikasi yang luas serta menjadi sarana untuk penggambaran citra diri. Seseorang bisa saja memposting apapun yang dia pikirkan, apa yang dia lakukan, terlepas bermanfaat atau tidak. Tingginya intensitas interaksi teknologi ini ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama generasi muda. Generasi muda akan mudah terpengaruh oleh tren yang sedang ramai di media sosial. Ia akan merasa tertinggal ketika tidak bisa mengikuti hal-hal yang sedang viral. Selanjutnya kita jadi bertanya-tanya kenapa ini semua bisa terjadi?
Tidak bisa dipungkiri, saat ini kehidupan kita sangat jauh dari gambaran kehidupan islam yang ideal. Hal ini karena memang saat ini kita sedang hidup dalam sistem kehidupan yang sekuler (memisahkan ajaran agama dari kehidupan). Islam dicukupkan dalam ranah ibadah ritual saja, padahal islam memiliki seperangkat aturan hidup yang sempurna, termasuk halnya dalam berperilaku. Perilaku takut ketinggalan (FOMO) muncul terutama ketika seseorang tidak memiliki pegangan hidup yang kuat. Arus informasi dari media sosial yang sangat deras menjadikan ia mudah terombang-ambing arus tren . Tren apapun yang ada di media sosial menjadikan dia merasa harus mengikutinya, padahal bisa jadi tren ini kurang bermanfaat atau malah bertentangan dengan hukum syara. Tren ini bisa juga berbahaya bagi kaum muslimin, menyibukkan mereka dengan hal-hal yang tidak berfaedah.
Sistem hidup yang sekuler ini mengakibatkan orang-orang di dalamnya (gen z salah satunya) bergaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Parahnya, tak jarang untuk membiayai gaya hidup dalam sistem ini menjadikan orang erat dengan pinjol dan paylater. Data OJK menyebutkan bahwa generasi milenial dan gen z menjadi penyumbang utang kredit macet pinjol. Pada Juli 2024, tingkat kredit macet lebih dari 90 hari di perusahaan pinjol atau peer to peer lending mencapai 2.53%. Gen Z dan milenial menjadi penyebab utama kredit macet 90 hari pada Juli 2024, sebanyak 37.17% (lihat www.money.kompas.com, 11-10-2024). Padahal jelas, jika dilihat dari kacamata Islam, pinjol dan paylater termasuk dosa riba yang harus dihindari. Sistem sekuler mengkondisikan orang-orang yang hidup di dalamnya hanya sibuk mencari kebahagiaan dunia semata. Tentu kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan semu, berupa terpenuhinya semua keinginan.
Ketika generasi muda sibuk mengejar keinginan dunia yang tidak pernah habis, tersibukan dengan fenomena fomo, potensi hidup generasi muda yang sangat besar untuk berkarya dan berprestasi akan terabaikan. Potensi generasi muda sebagai agen perubahan menuju kebaikan juga terlupakan. Umat muslim lupa bagaimana para sahabat yang kebanyakan generasi muda mampu membangun peradaban islam sampai bisa menyebar ke seluruh dunia, bagaimana Muhammad Al Fatih dapat menaklukan Konstantinopel di usianya yang masih muda. Sungguh sangat jauh dengan realita generasi muda saat ini yang hanya sibuk mengejar tren. Apa yang membedakannya?
Para pemuda pada zaman kejayaan islam dibina dengan ideologi Islam. Islam telah membentuk kepribadian yang menempel dalam diri individu. Setiap pikiran, ucapan, dan perbuatan distandarkan pada islam. Tentu berbeda dengan fenomena gaya hidup generasi muda saat ini. Islam memiliki Sistem terbaik untuk melejitkan potensi gen Z, mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam.
Negara Islam menyediakan pendidikan berkualitas untuk pemuda-pemuda di dalamnya. Pemuda dibentuk dengan keimanan dan dibekali dengan kemampuan-kemampuan untuk bisa memajukan peradaban islam. Negara pun akan mengarahkan media sosial untuk kepentingan Islam dan membendung hal-hal yang akan merusak atau melalaikan generasi. Negara Islam akan memastikan bahwa pemuda untuk bisa memberikan kemampuan terbaiknya untuk dapat membangun kembali peradaban Islam yang gemilang. Wallahu 'a'lam bishawab.
Via
Opini
Posting Komentar