Opini
Hari Guru Sedunia, Sudahkah Guru Sejahtera?
Oleh: Eci Aulia
(Aktivis Muslimah Bintan)
TanahRibathMedia.Com—Guru adalah pilar utama dalam pendidikan. Mereka bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga orang yang akan membentuk karakter dan kepribadian siswa. Dengan berbekal komitmen dan dedikasi tinggi guru diharapkan dapat mempersiapkan masa depan siswa yang gemilang.
Pada 5 Oktober 2024 lalu diperingati sebagai hari guru dunia. Kali ini UNESCO mengusung tema "Valving Teacher Voicer: Towards a New Sosial Contract for Education" yang berarti "Menghargai Suara Guru: Menuju Kontrak Sosial Baru untuk Pendidikan". Tema ini diangkat untuk mengingat dan menyoroti betapa pentingnya suara seorang guru.
Peringatan hari guru sedunia biasanya diisi dengan berbagai kegiatan, seperti lokakarya, seminar, penghargaan bagi para guru yang berprestasi. Hal yang sering kita jumpai adalah siswa yang kerap mengadakan acara spesial untuk menghormati guru mereka. Tak jarang pada momen tersebut para siswa memberikan hadiah kecil sebagai ungkapan terima kasih atas segala jerih payah yang telah dilakukan oleh gurunya (rri.co.id, 06-10-2024).
Peran Vital Guru
Peran guru adalah satu hal yang sangat vital dalam pendidikan. Pasalnya, peran mereka sangat diperlukan agar dapat memberikan pembinaan terbaik sekaligus membantu mengembangkan potensi pada diri anak didiknya. Tanpa guru, murid bukanlah apa-apa. Sebab perannya selalu berbanding lurus dengan terbentuknya kepribadian dan masa depan siswanya.
Dalam proses pendidikan, guru bukan saja berperan sebagai pengajar dan pembimbing, tetapi ia juga motivator sekaligus inspirator. Guru adalah role model bagi anak didiknya. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru untuk menjadi teladan terbaik.
Profil Guru dalam Kubangan Kapitalisme
Guru yang semestinya sudah selesai dengan dirinya, hari ini justru dihadapkan dengan berbagai persoalan. Baik tekanan hidup yang tinggi, maupun gaji yang belum menyejahterakan.
Kehidupan kapitalisme sangat memengaruhi jati diri seorang guru. Guru seringkali tidak dihargai dan dimuliakan sebagaimana mestinya. Mereka hanya dianggap sebagai faktor produksi. Hanya sebatas orang yang bekerja sebagai pengajar lalu mendapatkan gaji. Itu pun belum mampu menyejahterakan guru.
Tak ayal, jika ada guru yang tega melakukan tindakan buruk pada anak didiknya, seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, bahkan sampai mengancam nyawa, lantaran depresi memikirkan kebutuhan ekonomi. Ini tentu bukan profil seorang guru.
Islam Memuliakan Ilmu dan Guru
Sistem pendidikan Islam akan melahirkan guru yang berkualitas tinggi, sekaligus bersyaksiyah Islamiyyah. Kriteria guru di dalam Islam bukan hanya dituntut agar memiliki kemampuan terbaik di bidang akademis, tetapi juga memiliki rasa takut kepada Allah Swt. sehingga tidak ada tindak kejahatan ataupun kezaliman yang menimpa anak didiknya.
Mengingat beratnya tugas seorang guru, yakni membentuk para anak didiknya menjadi manusia yang cerdas dan berkepribadian Islam. Maka di sinilah Islam sangat memuliakannya. Kemuliaan tersebut dijewantahkan dengan gaji guru yang sangat tinggi.
Dalam surah Al-Mujadalah ayat 11 Allah berfirman, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Kemuliaan Guru di Masa Peradaban Islam
Di masa puncak kekhilafahan Abbasiyah yang berlangsung lebih dari lima abad, ilmu pengetahuan dan teknologi sedang berkembang pesat. Kekhilafahan kedua setelah Ummayyah itu begitu memuliakan ilmu dan ulama. Sampai-sampai negara menggaji ulama dan para pengajar dengan angka yang cukup fantastis.
Dilansir dari tsaqofah.in.official di Instagram, gaji para ulama dan pengajar saat itu setara dengan Muazin yakni 1000 dinar per tahun atau sekitar Rp325 juta/bulan. Sedangkan para ulama pengajar Al-Qur'an dan pembina para penuntut ilmu diberikan gaji sekitar 2000 dinar atau Rp650 juta/bulan.
Sedangkan ulama yang mengumpulkan riwayat hadits dan para ahli fikih memperoleh gaji 4000 dinar per tahun atau Rp1,3 miliar/bulan. Bukan hanya itu, di masa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid kitab-kitab karya ulama bayarannya ditimbang dengan emas.
Masya Allah jika ditarik ke zaman sekarang, gaji para ulama, pengajar atau guru mampu melebihi gaji para pejabat, publik figur, dan selebritis. Sedemikian penting dan mulianya ilmu dan penyampai ilmu, jasa mereka dibayar dengan sangat layak.
Betapa sejahteranya guru yang hidup di bawah naungan Islam. Seorang pengajar tidak akan lagi memikirkan tekanan dan biaya hidup, serta gaji yang minim.
Dengan begitu, generasi akan terdidik dengan baik sebab guru yang takut kepada Allah Swt. dan sejahtera hidupnya akan senantiasa ikhlas, tenang, dan fokus dalam mengajar. Wallahu alam bissawab
Via
Opini
Posting Komentar