Opini
Moderasi Beragama Menjerat Pemuda, Jaga Mereka dengan Islam Kaffah
Oleh: Riska Umma Fatih
(Ibu Peduli Generasi)
TanahRibathMedia.Com—Moderasi beragama beberapa tahun terakhir begitu getol dipaksakan Barat kepada kaum Muslim. Jika dulu baru sekadar pemikiran yang dikaji dalam seminar-seminar. Kini moderasi beragama telah memasuki fase aksi nyata yang dipaksakan pada setiap lapis masyarakat.
Pada Rabu (11-9-2024) ibu negara Iriana beserta Wuri Ma'ruf Amin dengan sejumlah istri Menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) mengunjungi Balikpapan yang bertujuan untuk menyampaikan program terkait moderasi agama kepada 500 pelajar lintas agama. Hal ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moderasi agama sejak kecil. Tema yang diusung pada sosialisasi ini yaitu "Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia" (detikhikmah.com, 11-10-2024).
Dikutip dari sumber yang sama, Eni Retno Yaqut yang merupakan istri dari menteri agama Yakut Cholil Qoumas menyatakan bahwa terdapat empat sikap moderasi beragama yang patut untuk disampaikan kepada pelajar di Indonesia yaitu komitmen kebangsaan, antikekerasan, bertoleransi, dan penerimaan terhadap tradisi, adat atau budaya tertentu.
Beberapa langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan program ini di antaranya adalah pengintegrasian kurikulum, pengembangan karakter anak, dan beberapa program dialog lintas agama dengan berkunjung ke tempat ibadah lain agar memperkaya wawasan dan lebih tertanam lagi bagaimana bersikap dalam bertoleransi (kompas.com, 11-10-2024).
Tentu kita sepakat bahwa pemuda kita hari ini sedang tidak baik-baik saja. Banyak di antara mereka terjerat masalah. Dari tawuran, bullying, narkoba, seks bebas, hingga penyakit jiwa.
Semua masalah pemuda hari ini, bermula tidak adanya karakter yang kuat pada diri mereka. Mereka begitu mudah terombang-ambing hingga mudah dibawa ke mana angin bertiup. Anak alay, generasi strawberry begitu julukan mereka.
Kita harus berani jujur, mereka menjadi seperti itu tak lepas karena pola didik yang tidak tegas dalam mengenalkan mana yang benar dan mana yang salah. Akibatnya, membuat pemuda bahkan sekadar mengidentifikasi gendernya saja mereka tidak bisa. Mereka bingung dirinya laki laki atau perempuan. Akhirnya mereka memilih bergender netral.
Dalam kasus lain, banyak di antara mereka yang tak bisa mengenal ajaran agamanya apalagi membedakan agamanya dengan yang lain. Maka jika ditanya apa agamanya? Dengan enteng mereka menjawab, agama mereka tentative sesuai situasi dan kondisi. Bisa jadi pagi ini Muslim sore nanti yang lain.
Sudah demikian parah kondisi pemuda hari ini, bahkan untuk nilai-nilai yang sifatnya dasar saja mereka tak bisa membedakan. Maka tak usah heran jika mereka hari ini kebingungan dalam menentukan mana yang benar mana yang salah, mana yang baik mana yang buruk semua bias dalam kepala pemuda.
Buah dari sikap tersebut, mereka mudah diombang-ambing dan rawan terjebak pada hal-hal negatif semisal tawuran dan narkoba. Lalu masihkah harus ditambah kebingungan para pemuda tersebut dengan moderasi agama yang sudah jelas tak mampu menentukan arti kebenaran? Mau kerusakan seperti apa lagi yang diharapkan dari para pemuda itu?
Kerusakan yang melanda pemuda hari ini jelas perlu kita luruskan. Tentunya bukan dengan moderasi beragama. Cukuplah Kanjeng Nabi Muhammad sebagai teladan kita dalam menyiapkan pemuda pemuda tangguh.
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu." (QS Al Ahzab 21).
Artinya, cukuplah aturan Islam sebagai acuan dalam menyiapkan pemuda hebat. Tanamkan dengan jelas dan tegas mana yang benar dan mana yang salah.
Dalam Islam telah tegas ditunjukkan mana yang haq dan mana yang bathil. Tidak ada sikap di pertengahan haq dan bathil. Bahkan Islam menyebut mereka yang menyengaja berada di pertengahan haq dan bathil sebagai munafik yang hina.
Aturan Islam yang menyatu dalam jiwa para pemuda akan membuat pemuda memiliki kepribadian Islam. Tak hanya memiliki pola pikir sesuai Islam, mereka pun pasti memiliki perilaku yang santun, tutur kata yang lembut, serta kaya akan kasih sayang. Sebaliknya mereka akan tegas dan tidak berkompromi pada setiap kezaliman dan kemungkaran.
Pemuda adalah penentu masa depan sebuah bangsa. Jika kita menghendaki negeri dan umat ini lebih baik di masa depan, maka tidak ada jalan lain selain menyelamatkan pemuda dari racun bernama moderasi beragama, kemudian tanamkan pada mereka Islam kaffah hingga Islam melebur dalam jiwanya. Wallahu alam bishowab.
Via
Opini
Posting Komentar