Opini
Moderasi Berkedok Toleransi
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi MAN Batam)
TanahRibathMedia.Com—Aneh tapi nyata! Kalam Allah yang mulia yakni Al-Qur'an disandarkan dan diletakkan sejajar dengan Injil saat kedatangan Paus Fransiskus beberapa waktu yang lalu. Hal ini katanya untuk menghormati pemuka agama lain. Padahal, dengan melakukan hal tersebut itu telah melecehkan agama Islam.
Mirisnya, bukannya dilarang hal itu malah diapresiasi oleh banyak kalangan dengan alasan mampu melaksanakan toleransi dimanapun keberadaannya. Padahal, seperti yang kita tahu bersama bahwa dalam toleransi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar tidak melewati batas yang telah ditetapkan.
Pertama, janganlah mengatakan seluruh agama itu sama alias meyakini paham pluralisme. Karena sejatinya, agama yang diridhai Allah adalah Islam. Tidak ada yang lainnya. Maka mustahil jika ada yang mengatakan bahwa seluruh agama itu sama. Termasuk menyetarakan antara Al-Qur'an dengan kitab suci agama lain. Itu adalah suatu tindakan yang tidak dapat dibenarkan mau apapun alasan di sebalik nya.
Kemudian yang kedua adalah kita harus memahami bahwa toleransi bukanlah berpartisipasi. Jangan karena alasan toleransi, kita sampai menggadaikan akidah kita. Jadi, tidak ada gotong royong dalam mendirikan rumah ibadah suatu agama manapun. Jika ikut membantu mendirikan rumah ibadah suatu agama saja tidak boleh, apalagi dengan mensejajarkan Al-Qur'an dengan kitab suci agama lain, itu adalah perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan.
Lalu yang ketiga adalah dalam menerapkan toleransi di kehidupan bermasyarakat, jangan sampai kelewat batas. Ada hal-hal yang kita maklumi, ada hal yang memang kita harus tegas dalam menyikapinya. Seperti bersikap kepada pemuka atau pemimpin agama selain Islam. Harusnya kita bisa dengan tegas menunjukkan kemuliaan Islam, bukan malah mencium tangan dan menghormati pemuka agama lain dengan alasan toleransi.
Masalahnya, ini bukanlah kali pertama terjadi di Indonesia atau bahkan beberapa negara lainnya. Ini adalah suatu perbuatan yang sudah kesekian kalinya terjadi. Sehingga seharusnya perbuatan tidak pantas itu tidak terulang kembali. Namun sayangnya, paham moderasi beragama yang telah dihembuskan ke hampir seluruh elemen-elemen masyarakat membuat mereka menutup mata dari kebenaran yang seharusnya mereka terima dengan lapang dada.
Bahkan paham moderasi ini sudah ditanamkan sejak anak-anak masih berusia dini. Paham moderasi yang disalahartikan tanpa pemahaman Islam yang benar dan sempurna menimbulkan banyak ketimpangan dan kesalahpahaman bahkan dari pemeluk agama Islam itu sendiri.
Mereka bahkan lebih mendewakan paham moderasi dibandingkan dengan mempelajari Islam secara menyeluruh. Hal inilah yang menjadi penyebab utama dari maraknya paham moderasi, yang ditutupi dengan kedok toleransi beragama.
Maka, untuk memberikan pemahaman yang sempurna kepada seluruh masyarakat, diperlukan kesamaan paradigma berpikir dan juga mindset disetiap masing-masing individu. Agar kita dapat mencapai pemecahan masalah yang paripurna tanpa meninggalkan sebuah masalah kecil sekalipun.
Jika sudut pandang yang dibangun sudah satu tujuan, maka kita akan mampu untuk melawan paradigma berpikir orang-orang yang mengatakan bahwa kita harus selalu bertoleransi, padahal nyatanya mereka bukan bertoleransi, melainkan hanya sebuah perbuatan yang diselimuti oleh kata-kata moderasi beragama.
Nah, untuk menyamakan persepsi ini maka tak ada cara lain selain terus mengkaji Islam secara sempurna. Agar pemahaman yang kita miliki tidak setengah-setengah dan pada akhirnya menjadi masalah dikemudian hari. Jadi, kalau diajak ngaji sama temennya jangan malas-malasan. Bersemangat lah karena ada dunia yang sedang butuh orang-orang hebat seperti kalian. Semangat!
Wallahu a'lam bish showwab.
Via
Opini
Posting Komentar