Opini
Pemimpin Baru dan Masa Depan Indonesia
Oleh: Zahra Tenia
(Ibu Rumah Tangga)
TanahRibathMedia.Com—Baru saja Indonesia disuguhi wajah-wajah baru bidang kekuasaan dan pemerintahan. Tepat pada tanggal 20 Oktober 2024 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dilantik sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029. Sebagaimana dilansir dalam kompas.com pada Minggu (20-10-2024), Prabowo menyampaikan pidato perdananya di Gedung MPR Senayan Jakarta.
Wajah Baru dan Perubahan
Sebagian besar rakyat Indonesia atau netizen merasa sangat terpukau dengan pidato yang disampaikan Prabowo. Beberapa komentar yang mereka lontarkan menyatakan Prabowo adalah pemimpin yang mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Sikapnya yang dinilai tegas, disiplin dan berani, serta pantang menyerah membuat Prabowo Subianto layak mengisi kursi presiden tahun ini. Bagi mereka ada harapan baru untuk Indonesia kedepan. Indonesia lebih maju.
Mengutip penggalan pidato yang berbunyi: “Kami akan menjalankan kepemimpinan pemerintah Republik Indonesia, kepemimpinan negara dan bangsa Indonesia dengan tulus, dengan mengutamakan kepentingan seluruh rakyat Indonesia, termasuk mereka yang tidak memilih kami."
Pidato yang penuh dengan kepercayaan diri, yang mampu membius setiap orang yang mendengarnya. Benarkah, pemerintah yang baru akan membawa pada perubahan Indonesia lebih baik? Maju dari sebelumnya?
Ada banyak pekerjaan rumah yang ditinggalkan oleh rezim pemerintahan sebelumnya, dari zaman Soekarno, Soeharto hingga terakhir Jokowi hari ini. Sejumlah permasalahan yang tidak kunjung selesai, menjadi catatan penting untuk membuktikan kinerja pemerintah yang baru.
Hingga per Juli 2024 Indonesia tercatat memiliki utang negara yang terus membengkak senilai Rp 8.502,69 triliun rupiah. (www.cnbcindonesia.com, 09-10-2024). Tentu saja, hal ini bisa mengancam kedaulatan dan eksistensi sebuah negara.
Bidang pendidikan, masih banyak warga negara yang mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan. Tingginya Uang Kuliah Tinggal (UKT) menyiratkan hanya orang kaya saja yang bisa menempuh pendidikan di Universitas. Rakyat miskin tetap dibiarkan miskin, bodoh dan tidak berkembang. Cukup menjadi buruh murah, dengan mengenyam pendidikan sembilan tahun dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah.
Bidang penegakkan hukum juga masih banyak celah yang menunjukkan betapa bobroknya sistim peradilan di negeri ini. Hukum tajam kebawah dan tumpul keatas. Hukum dan pasal bisa dibeli dan diubah sesuai dengan kepentingan elit politik. Terbukti bagaiamana Mahkamah konstitusi (MK) meloloskan Gibran menjadi calon presiden meski usianya di bawah 40 tahun.
Bidang pemerintahan, yang hari ini dinamakan dengan kabinet merah putih, meski banyak diisi oleh wajah baru, baik mentri maupun wakil menteri nyatanya juga dipenuhi dari partai pendukung dan tim pemenangan pada pemilu presiden. Hal ini mengindikasikan adanya politik balas budi dengan adanya bagi-bagi kekuasaan. Ada juga dari kalangan artis yang tidak sesuai dengan kapabilitasnya. Di antara 53 kementerian, 22 adalah orang lama dalam kabinet Koalisi Indonesia Maju (KIM), sepertinya Sri Mulyani dan sisanya 31 adalah wajah Baru. Dengan formasi yang tidak jauh berbeda, diisi dengan orang-orang yang punya cara berfikir sama pula Indonesia mustahil akan menjadi negara yang berbeda dari sebelumnya. Indonesia akan tetap menjadi negara pengekor, negara berkembang yang jauh dari kata maju.
Demokrasi, Rusak dan Merusak
Kondisi karut-marutnya negri ini lebih disebabkan karena penerapan sistim demokrasi kapitalis yang telah lama diadopsi oleh sebagian besar negara-negara di dunia. Sebuah sistem pemerintahan yang menjadikan suara rakyat sebagai sumber kebenaran. Manusia diberikan kewenangan membuat hukum, melalui UUD/ UU yang disahkan oleh wakil rakyat.
Sistie ini memungkinkan setiap orang untuk menjadi penguasa tanpa melihat faktor selain banyaknya suara, seperti jenis kelamin, agama, pendidikan dan sebagainya. Asalkan punya modal, akhirnya kekuasaan dapat diraih meski dengan cara-cara curang sekalipun. Pada akhirnya, para pemimpin yang duduk didalam kursi pemerintahan akan mudah menyalahi janji kampanye, dan berlaku tidak amanah, bahkan cenderung mendzolimi rakyatnya. Inilah bentuk sekurisme yang menjauhkan agama dari kehidupan.
Fakta telah menunjukkan, adanya pergantian pemimpin dari tahun ke tahun, tidaklah membawa perubahan yang lebih baik. Krisis tetap berlanjut, jumlah masyarakat miskin bahkan bertambah. Semua ini menunjukkan bahwa perubahan menuju Indonesia lebih baik tidak cukup dengan mengganti penguasanya melainkan juga sistim yang diterapkannya.
Indonesia Maju dengan Islam Kaffah
Islam adalah agama sekaligus sistem kehidupan yang sempurna dan paripurna. Tidak hanya mengatur masalah ibadah namun juga semua masalah termasuk pemerintah dan masalah kepemimpinan. Islam sebagai sistim kehidupan lahir dari proses keimanan kepada Allah Swt. bahwa hanya Dialah yang berhak membuat aturan kehidupan. Islam sempurna dan tanpa cacat karena berasal dari zat yang maha sempurna pencipta alam semesta, manusia dan seluruh isinya.
Dalam hal kepemimpinan, Islam jelas berbeda dengan demokrasi yang hanya mendasarkan pemimpin pada hasil suara terbanyak. Dalam islam, pemimpin negara haruslah sesuai dengan kriteria yang Allah sampaikan didalam Al-Qur'an dan sumber islam lainnya. Dalam kitab Nidhom islam karangan Syaikh Taqiyuddin An Nabhani seorang pemimpin haruslah: muslim, laki-laki, baligh, berakal, adil, merdeka dan juga mampu.
Islam juga memandang bahwa setiap kekuasaan adalah amanah. Menjadi pemimpin suatu negara adalah tugas yang berat, yang nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Pemimpin dalam Islam harus memastikan setiap warga negara terurusi dan terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik. Semua dilakukan semata karena iman dan dorongan takwa kepada Allah. Dengan demikian, seorang pemimpin dalam Islam akan berusaha menerapkan hukum-hukum Islam secara kaffah. Semua itu tidak akan bisa terwujud tanpa adanya sistem Islam. Sungguh menjadi sebuah keniscayaan negara Indonesia akan berubah menjadi negara yang maju dan terdepan, ketika hukum-hukum buatan manusia diganti dengan hukum-hukum buatan Allag swt.
Allah sendiri yang berjanji dalam firmannya didalam Al-Qur'an surat Al Araf:96 yang artinya:
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
Kesimpulan
Walhasil, Indonesia hanya akan bisa menjadi negara yang berdaya, maju dan berdaulat ketika negara dipimpin oleh individu muslim yang bertakwa dan menjalankan sistem Islam kaffah bernama khilafah.
Wallahu alam.
Via
Opini
Posting Komentar