Opini
Pemuda, Politik, dan Perubahan
Oleh: Salsabila Isfa Ayu Komalasari
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Pilpres telah usai, namun pesta demokrasi masih berlanjut. Pilkada menjadi babak baru pesta demokrasi bagi para politisi. Drama pilkada kembali mewarnai tahun politik negeri ini, fakta politik menunjukkan bagaiamana para elit politik mempraktikkan politik yang buruk. Isu kecurangan KPU, praktik oligarki, kartal politik hingga politik dinasti seolah menyadarkan umat akan kondisi demokrasi negeri ini telah mati.
Kondisi ini menjadikan para akademisi mendorong para pemuda untuk ikut berpartisipasi dalam politik hari ini. Pemuda di harapkan mampu berperan dalam menjalankan sistem demokrasi yang berkualitas. Tidak hanya pastisipasinya dalam memberikan hak suaranya, mereka juga di dorong untuk show up dalam mendukung politik praktis hari ini. Demi menyelamatkan demokrasi, pemuda harus kritis tidak boleh apatis apalagi alergi terhadap politik. Begitulah narasi yang dibangun.
Komposisi penduduk Indonesia yang di dominasi oleh pemuda hari ini menjadikan pemuda seolah mendapatkan privilege tersendiri. Terlebih generasi Z dan generasi milenial, yang melekat padanya akan idealisme dan sikap kritis terhadap isu isu penting. Karakter ini menjadikan pemuda memiliki peranan penting dalam sebuah proses politik di negeri ini.
Di satu sisi, karut-marutnya situasi politik hari ini yang penuh dengan drama, penuh dengan kebohongan dan manipulasi. Kekecewaan yang terus berulang akibat kebijakan, aturan dan undang undang yang di tetapkan sama sekali tidak berpihak pada rakyat. Akhirnya menyadarkan para pemuda bahwa negeri ini semakin tidak baik baik saja.
Selamatkan demokrasi, dari pembegalan dan penghianatan demokrasi oleh penguasa tirani. Semacam itulah tekad mereka hari ini. Para pemuda yang mulai aware dan mulai kritis perihal politik, akhirnya terdorong untuk turut berpartisipasi dalam politik praktis hari ini.
Memang, cengkraman ideologi kapitalisme hari ini telah meracuni pemikiran dalam benak pemuda hari ini. Dalam benak mereka telah tertanam ide, bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan yang paling ideal. Tidak ada sistem pemerintahan yang lebih baik selainnya. Mereka juga mengira bahwa permasalahan politik hari ini hanyalah masalah masalah prosedural saja, sehingga dalam penerapannya yang musti di perbaiki.
Padahal demokrasi bukan hanya soalan prosedural, tapi ada hal substansi yang harus dipahami. Dalam demokrasi, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Kedaulatan ini berarti rakyatlah yang memiliki dan menjalankan kehendaknya. Rakyak yang memilih siapa yang akan memerintah dan dengan apa dia memerintah. Rakyat yang menetapkan dan membuat hukum dan undang undang dan rakyat juga yang menjalankan aturannya.
Dalam penerapannya, tidak mungkin seluruh rakyat berkumpul lalu membuat aturan, hukum dan undang undang. Maka dalam realitas praktik demokrasi, pembuatan hukum dan kebijakan di tetapkan oleh pemerintah, badan dan dewan yang dianggap sebagai para wakil rakyat. Kebijakan dan aturan aturan tersebut kemudian di undangkan sebagai undang undang yang mengikat, yang mana seluruh rakyat harus tunduk dan patuh dengan aturan tersebut.
Mungkinkah dari segelintir wakil rakyat yang terpilih, dapat mewakilinya jutaan suara rakyat? Mustahil, nyatanya mereka hanya akan mengutamakan kepentingan kelompok mereka, menjadi boneka bagi para elit elit politik yang penuh ambisi. Itulah realitas demokrasi yang hari ini di junjung tinggi, Demokrasi cacat dari asasnya. Maka menginginkan perubahan dengan tetap mempertahankan sistemnya, sama dengan mengulangi kesalahan yang sama. Praktik praktik seperti kecurangan pemilu, politik oligarki dan korupsi akan terus berulang dan makin tumbuh subur dalam sistem demokrasi.
Maka pemuda harus paham bagaiamana meraih perubahan hakiki, yaitu dengan mengganti sistem demokrasi dengan sistem baru. Satu satunya sistem pemerintahan yang mampu menggantikannya adalah sistem pemerintahan Islam. Sedihnya, sistem pemerintahan Islam sebagai sistem pembanding makin dicampakkan. Hal ini tidak terlepas dari pendidikan politik dalam ideologi kapitalisme, penyesatan politik terhadap pemuda terus di aruskan dalam berbagai bentuk. Narasi narasi yang sengaja di bangun seolah untuk melanggengkan sistem fasad ini.
Mari akhiri semua kerusakan hari ini dengan kembali pada Islam. Pendidikan politik Islam perlu ditanamkan pada benak benak pemuda hari ini. Mereka perlu memahami bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh dan memandang segala sesuatu dengan sudut padang Islam. Memandang politik tidak lagi sekadar berbau kekuasaan, melainkan mengurusi urusan umat secara keseluruhan.
Jika pemuda Islam mampu melek politik (dengan sudut pandang Islam), kebenaran akan terpegang teguh dalam hati mereka. Seperti pemuda Ahsabulkahfi yang mempu memegang kebenaran dan mempertahankannya. Mulai sekarang, pemuda jangan cuek terhadap politik ya! Allahu Akbar!
Via
Opini
Posting Komentar