Opini
Petani Menangis, Harga Sayur Anjlok Hingga 80 Persen
Oleh: Ammelia Sobihatul Ahmar
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Lagi dan lagi nasib tak baik harus menimpa petani. Sudah kesekian kalian petani harus menanggung kerugian yang cukup besar, karena harga sayur turun anjlok hingga 80 persen. Mengutip dari Kompas.com (4-102024), Mentri perdagangan Zulkifli Hasan menyatakan akan mengkaji penyebab sekaligus dampak manakala terjadi penurunan harga sejumlah komoditas pangan hingga terlampau murah. ia mengatakan apabila terjadi inflasi pemerintah akan bisa secara cepat mengatasi melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) namun apabila harga komoditas terlalu murah petani bisa saja mengalami kebangkrutan .
Faktanya banyak petani menangis karna kerja keras mereka selama berbulan bulan terasa sia sia tidak ada untung sama sekali bahkan bisa dibilang rugi besar besaran, bayangkan harga kubis 1 kg cuma dibandrol 500 perak. Harga cabai yg awalnya 28.000 sekarang turun drastis hanya seharga 7.000 per kilo. Bahkan perawatan belum tentu bisa balik modal tidak kebayang betapa tercekinya kondisi petani diluaran sana saat ini.
Ironisnya para petani menjadi korban food estate yang mangkrak belum lagi negara branding petani dibuat miskin selamanya . Dimana branding-nya ketika panen tinggi makanya harga nya murah ketika harganya murah import masuk dan masuklah dsaind berfikir kenaikan sekian kilo gram berdampak pada inflasi.
Selama ini kinerja perekonomian Indonesia ditopang Sebagian besarnya oleh konsumsi rumahtangga. Deflasi mengindikasikan konsumsi rumah tangga mengaalami penuruna daya beli signifikan diakibatkan oleh pendapatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan belanja barang dan jasa, sehinga rumahtangga menahan daya belinya. Jika daya beli sector rumah tangga terus menurun, maka dampak secara langsung adalah pada kesejahteraan anggota keluarga termasuk ibu dan anak, mengingat Sebagian besar anggaran rumah tangga saat ini diketahui dikeluarkan untuk biaya Pendidikan dan Kesehatan.
Diketahui deflasi pada harga bahan pangan strategis seperti cabai, telur, daging ayam dan tomat. Jika untuk biaya belanja kebutuhan pokok (sembako) saja keluarga sudah mengurangi konsumsinsya, apatah lagi untuk mengeliuarkan biaya Pendidikan dan Kesehatan yang lebih mahal. Alih-alih terpenuhi, sangat mungkin akan dikorbankan mengingat rendahnya kemampuan daya beli rumahtangga dan tingginya biaya jasa Pendidikan dan Kesehatan. Akibat nya bukan tidak mungkin generasi akan mengalami penurunan kualitas Kesehatan dan kualitas Pendidikan mengingat lemahnya kemampuan daya beli rumahtangga
Islam memberi jaminan pemenuhan kebutuhan pokok keluarga. Semua akan selalu mampu mengakses baik secara tidak langsung maupun secara langsung. Layanan Pendidikan dan Kesehatan dijamin negara untuk setiap individu. Penetapan sistem Islam secara kafah akan memungkinkan terwujudnya kesejahteraan rakyat individu per individu.
Sistem ekonomi Islam menetapkan sumber-sumber pemasukan negara sehingga negara akan mampu memenuhi kebutuhan pokok rakyat, tanpa menggantungkan pada utang dan pajak sebagaimana negara kapitalisme.
Via
Opini
Posting Komentar