Motivasi
Secangkir Kopi untuk Ayah
Oleh: Maman El Hakiem
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Pagi itu, rumah kecil di pinggir desa terasa sepi. Sang ibu sedang berada di luar kota untuk mengikuti kegiatan dakwah, meninggalkan seorang anak perempuan bernama Aisyah dan ayahnya, Pak Hadi. Aisyah baru berusia tujuh tahun, namun wajahnya begitu sumringah. Ia ingin melakukan sesuatu yang istimewa untuk ayahnya yang terlihat lelah.
Saat matahari mulai naik, Aisyah teringat kebiasaan ibunya yang selalu membuatkan kopi untuk ayah setiap pagi. Ia memutuskan untuk mencoba membuatkan kopi sendiri. Dengan langkah hati-hati, ia menuju dapur dan mengeluarkan toples kopi bubuk dari lemari. Meski tangannya kecil dan belum begitu cekatan, ia tetap berusaha membuka tutup toples dan mengambil sendok.
Aisyah menuangkan sedikit kopi ke dalam cangkir, menambahkan gula sesuai ingatannya, lalu mengambil air panas dari termos dengan hati-hati. Perlahan, ia aduk kopi itu sambil berdoa agar hasilnya sama seperti buatan ibunya. Meskipun sederhana, baginya ini adalah usaha besar untuk membuat ayahnya bahagia.
Dengan senyum kecil yang malu-malu, Aisyah membawa secangkir kopi hangat ke ruang tamu. Pak Hadi yang sedang duduk membaca koran menoleh, agak terkejut melihat Aisyah datang membawa nampan kecil. “Ayah, ini kopinya. Aisyah buat sendiri,” katanya lirih.
Pak Hadi menatap putrinya, matanya berkaca-kaca. Ia tahu ini bukan sekadar secangkir kopi. Ini adalah bentuk kasih sayang dan usaha seorang anak yang ingin meringankan beban ayahnya. Ia mengambil cangkir itu dan mencicipi kopi yang terasa sedikit lebih manis dari biasanya, tapi ia merasakan kehangatan yang luar biasa di dalamnya.
“Terima kasih, Nak,” ucap Pak Hadi sambil mengelus rambut Aisyah. “Kopi buatanmu paling enak yang pernah Ayah minum.”
Aisyah tersenyum lebar, merasa bangga bisa membantu meskipun hanya dengan membuat kopi. Pagi itu, secangkir kopi sederhana bukan hanya menghangatkan tubuh, tetapi juga menyatukan cinta di antara seorang ayah dan anak perempuannya. Di tengah kesederhanaan, Aisyah telah memberikan kebahagiaan kecil yang berarti besar bagi ayahnya.
Sepenggal kisah yang terasa begitu bermakna, bahwa kebahagiaan itu hanya dapat dirasakan bagi mereka yang selalu mensyukuri hal-hal kecil di dalam kehidupan. Allah Swt. selalu mengingatkan hamba-Nya untuk bersyukur.
Oleh sebab itu, “Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar (akan nikmat-Ku)." (QS. Al-Baqarah (2): 152)
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Motivasi
Posting Komentar