Opini
Sistem Kapitalisme Mengeksploitasi Kaum Perempuan dalam Peningkatan Ekonomi
Oleh: Ummu Hanaya
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Calon Bupati Purwakarta, Ane Ratna Mustika mengajak ribuan perempuan atau ibu-ibu untuk ikut meningkatkan Agro Wisata dan Agro Industri berbasis kultural di kawasan kecamatan Bojong Purwakarta, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal (Sinarjabar.com, 29-9-2024).
Sekilas gagasan tersebut terlihat positif, namun jika kita telisik dalam gagasan tersebut adalah rangkaian ide kemandirian kaum perempuan yang sejalan dengan yang digaungkan oleh dunia melalui PBB yang merupakan upaya dalam mewujudkan kesetaraan gender.
PBB untuk kesetaraan gender dan pemerdayaan perempuan (UN Women) dalam kampanye hari perempuan internasional 2024 yang mengusung tema "Invest Women Accelerate Progress" yang artinya "berinvestasi pada perempuan mempercepat kemajuan".
Mengutip dari detikNews.com (2-2-2024), berikut isi kampanye Hari Perempuan Internasional 2024:
1. Berinvestasi pada perempuan; masalah hak asasi manusia.
2. Mengakhiri kemiskinan.
3. Menerapkan pembiayaan responsif gender.
4. Peralihan ke perekonomian ramah lingkungan dan masyarakat yang peduli.
5. Mendukung feminis yang melakukan perubahan.
Kesetaraan gender menjadi narasi yang diluncurkan untuk mengelabui dalam mengekploitasi perempuan dengan dalih peningkatan ekonomi. Berbagai narasi tersebut menunjukkan bahwa dunia telah menjadikan perempuan sebagai tumbal pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk di Indonesia. Perempuan diposisikan sebagai pendongkrak ekonomi bahkan dihargai ketika berperan serta dalam proses produksi.
Hal yang disampaikan oleh calon bupati Purwakarta Ane Ratna Mustika tersebut sejalan dengan yang disampaikan Wamenparekraf/Wakabaprekrap Angela Tanoesoedibjo, dalam sesi "Women Ministers Roundtable Discussion on Women Empowerment in Tourism in Asia and the Pacific" di Bali Internasional Coverention Center, Kamis (2/5/2024). Angela mengatakan penguatan peran perempuan di sektor parekraf ini sangat penting karena didominasi oleh perempuan. Di Indonesia sebanyak 54 persen dari pekerja di sektor parekraf adalah perempuan (Kemenparekraf.go.id, 2-5-2024).
Konferensi tersebut sejalan dengan tujuan yang lebih luas pada pengembangan pariwisata berkelanjutan dan merupakan salah satu komponen dari program Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu kesetaraan gender dan pertumbuhan ekonomi, yang menyasar dan mengekploitasi perempuan dalam peningkatan ekonomi.
Bagi para penggiat kesetaraan gender dengan dalih pertumbuhan ekonomi, berharap dapat memberikan dampak positif terhadap perempuan. Namun, justru tidak sesuai dengan harapan. Para kapitalistik terus menerus meracuni pemikiran kaum perempuan untuk mewujudkan totalitas dunia dan hegemoninya melalui gagasan yang disampaikan melalui tangan pemerintah.
Peran perempuan sejatinya sangatlah penting dalam melahirkan dan mendidik generasi penerus bangsa dan negara selanjutnya. Dengan menjauhkan peran domestik perempuan maka akan berdampak buruk bagi individu, keluarga hingga negara.
Kapitalisme yang berasaskan sekularisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan, yang melahirkan pemikiran materialis hanya berdasarkan asas manfaat dan menyandarkan kebahagiaan hanya terwujud saat mendapatkan materi. Bercokolnya sistem rusak ini menggeser peran strategis perempuan seharusnya sebagai ibu dan istri pendidik generasi, pengatur urusan rumah tangga, malah dieksploitasi menjadi penambah pundi pundi materi.
Islam memberikan peran yang mulia kepada seorang perempuan. Bekerja bagi perempuan hanya ranah mubah (boleh) tidak menjadi kewajiban apalagi sebagian penopang ekonomi. Kewajiban nafkah ada pada pihak laki-laki dan jika tidak terpenuhi maka menjadi kewajiban negara.
Penyesatan paradigma dengan tipu pemerdayaan perempuan di sektor ekonomi sistem Kapitalisme. Sejatinya membawa kesengsaraan dan kehancuran bagi perempuan, keluarga hingga negara. Kesetaraan gender yang terus digaungkan seharusnya membuat perempuan makin sadar akan rusaknya sistem saat ini yang justru menimpakan beban pada pundak perempuan dan hilangnya tanggung jawab negara dalam mengurusi urusan rakyatnya. Untuk itu hanya solusi Islam-lah yang dapat menempatkan perempuan sesuai fitrahnya. Wallahu a'lam bishowab.
Via
Opini
Posting Komentar