Opini
Stunting yang Masih Genting
Oleh: Tita Ragita Pratiwi
(Komunitas Ibu Peduli Generasi)
TanahRibathMedia.Com—Menanggapi masalah stunting, Ali Khomsan Guru besar di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB mengungkapkan secara resmi bahwa penurunan prevalensi stunting (anak pendek) hasilnya tidak menggembirakan. Angka stunting dalam kurun waktu satu tahun hanya turun 0,1 persen. Sementara itu, WHO memberikan batasan untuk stunting adalah <20%. Hal ini menunujukkan fakta bahwa pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta anak di Indonesia (detiknews.com, 5-9-2024).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan penderita stunting memiliki pengertian sebagai gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis. Stunting juga dapat diartikan sebagai kondisi tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata seumurannya.
Memang, kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak balita di Indonesia belum menunjukkan perbaikan signifikan alias masih genting. Bahkan, menduduki posisi negara ketiga dengan kasus tertinggi di Asia.
Lantas masalah stunting tanggung jawab siapa? Kalau ditanya ini tanggung jawab siapa, kita bisa lihat berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menuntaskan kasus stunting. Dengan pembagian bansos, ada yang mengusulkan setiap rumah piara satu ayam. Bahkan ada anggaran buat penyediaan daun kelor, sertifikasi pernikahan, ada juga yang mewajibkan makan lima telur dalam seminggu.
Itulah sebagian solusi, untuk menyelesaikan kasus stunting atau gagal tumbuh pada anak balita di Indonesia. Ternyata belum menunjukkan perbaikan, berarti program solusi dari pemerintah hanya setengah hati untuk menuntaskan masalah stunting. Karena semua program itu tidak berpengaruh secara nyata. Apapun program yang dilakukan oleh pemerintah tidak menyentuh pada akar permasalahan penyebab stunting.
Padahal, semua masalah pasti ada penyebabnya. Mungkin saja dari pola asuh orang tua yang salah mengenai asupan gizi. Bisa jadi dari kondisi perekonomian orang tua terkategori miskin.
Yang lebih miris adalah adanya pergaulan bebas yang menyebabkan hamil di luar nikah di kalangan remaja. Karena ketidaksiapan remaja baik dari sisi fisik maupun psikologis untuk menjadi orangtua, berimbas kepada lahirnya generasi yang stunting. Sayang anggaran besar yang digelontorkan, tapi nyatanya stunting masih genting.
Permasalahan stunting adalah masalah sistemik dan kompleks sangat berkaitan dengan kemiskinan. Ini yang harus dicari solusinya, bukan justru memberi solusi yang bersifat sementara atau malah memaksa rakyat untuk mandiri menyelesaikan masalahnya.
Semua akar dari setiap permasalahan adalah sistem yang dianut oleh rezim saat ini adalah sistem kapitalis sekuler. Sebuah sistem yang mengedepankan keuntungan. Anggaran yang digelontorkan sejatinya bukan untuk kepentingan rakyat, melainkan buat memenuhi kebutuhan para wakil rakyat.
Inilah buah penerapan sistem kapitalis sekuler, menjadi sebab sulitnya kehidupan ekonomi. Memaksa wanita untuk keluar rumah hingga jauh dari fitrahnya sebagai ibu pengelola rumah tangga dan sekolah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Bagaimana mungkin negara ini bisa maju, jika generasinya mengalami kekurangan gizi!
Keadaan stunting yang masih genting ini akibat dari kerakusan manusia yang cinta dunia. Setiap sosialisasi pasti ada anggaran. Maka agar anggaran itu cair, anak-anak stunting, dan fakir miskin dijadikan alasan yang tertulis di proposal. Alhasil, anggaran dikikis yang penting data dan laporan telah terealisasi. Hingga terjadilah kerusakan di mana-mana.
Renungkanlah firman Allah Swt. yang artinya:
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut si sebabkan perbuatang tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (TQS Ar Ruum : 41)
Kerusakan ini termasuk persoalan stunting, akibat dari tangan-tangan manusia. Oleh karena itu kita harus kembali pada hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Dengan menerapkan sistem Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Karena keberadaan seorang khalifah yang akan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada rakyat. Salah satunya memberikan asupan gizi yang cukup, di bawah keluarga harmonis yang sehat, dengan ketaatan yang full kepada Allah Swt.
Allah Swt. berfirman yang artinya:
“Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi.” (TQS Al A'araf ayat 96)
Wallahu'alam bishshawwab.
Via
Opini
Posting Komentar