Opini
Yang Terlihat ‘Manis’ Tak Selamanya ‘Manis’
Oleh: Marsa Qolbina N
(Santri Ideologis)
TanahRibathMedia.Com—Buah yang sudah matang biasanya akan terasa manis jika dicicipi dan akan memberikan rasa kenikmatan pada orang yang mencicipinya. Namun tak selamanya yang dihasilkan dari buah matang selalu manis, adakalanya jika matangnya berlebih bisa jadi hasilnya busuk dan tak layak untuk dimakan. Tapi ini bukanlah merupakan perkara buah, melainkan perkara penguasa dengan sistem bobrok yang berpengaruh pada kinerjanya, yang seolah-olah nampak di mata masyarakat itu merupakan cara yang manis, menunjukkan bahwa yang dilakukannya untuk menarik hati rakyat banyak. Namun, sebenarnya di balik semua itu, hanya hasil busuk yang didapati masyarakat.
Tempo.co (04-10-2024) menyebutkan Deputi Protokol dan Media Sekretariat Presiden Yusuf Permana menghargai survei Indikator Politik Indonesia yang menunjukan tingkat kepuasaan rakyat Indonesia terhadap kinerja Presiden Jokowi yang menembus hingga 75 persen. Angka ini menunjukkan tingkat kepuasaan yang tinggi selama 10 tahun menjabat.
Menjelang beberapa hari lagi, presiden ke-tujuh Republik Indonesia, Joko Widodo akan segera lengser alias berakhir jabatannya. Tak bisa dipungkiri setelah menjabat dengan waktu yang lama yakni 10 tahun. Benarkah masyarakat puas dengan kinerjanya atau justru sebaliknya?
Pertanggungjawaban Seorang Pemimpin dan Kinerjanya
Seorang pemimpin negara, sejatinya tidak cukup hanya melakukan blusukan ke daerah terpencil saja demi menarik simpati rakyat agar terkesan membaur dengan masyarakat kecil. Sehingga banyak yang memandang, bahwa pemimpin yang blusukan sebagai orang yang sederhana, tawadhu, dan tidak terlalu menonjolkan kemewahannya. Namun sayangnya, dalam sistem yang bobrok ini banyak oknum penguasa yang blusukan sebagai upaya pencitraan.
Pencitraan, sebenarnya ini hanya merupakan wasilah (perantara) saja agar kekuasaannya bisa berlangsung lama karena sistem yang diterapkan adalah sekularisme-kapitalisme yang menghalalkan berbagai cara untuk meraih cuan dan jabatan. Maka, penguasa yang gila jabatan rela melakuan segala cara, entah itu manis ataupun pahit yang ujung-ujungnya juga akan tetap merugikan masyarakat.
Pun saat ini di berbagai lapisan pemerintahan politik dinasti sudah cukup membuat masyarakat geram. Tidak sedikit oknum penguasa yang mencari pekerjaan untuk anaknya sendiri melalui berbagai cara, yang terpenting bagaimana caranya keturunan ataupun backingannya dapat menduduki lembaga pemerintahan. Supaya tatkala ia pensiun, harta dan kekayaan yang dialirkan untuknya tetap berlimpah.
Namun ironisnya justru banyak media dan lembaga survey bayaran menamapakkan sisi positif di depan rakyat sebagai upaya pencitraan para penguasa yang 'gila jabatan'.
Pencitraan ini lah yang membuat kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat menjadi tersamarkan dan tidak dapat disadari oleh rakyat.
Begini lah gambaran yang akan terus terjadi dalam lingkup sistem bathil yaitu sekularisme-kapitalisme. Meski beberapa kali mengalami pergantian presiden, akan tetap sama kebijakan yang dibuatnya karena akarnya saja sudah rusak, maka tak ada satu pun yang mampu memperbaiki selain dari akarnya itu sendiri.
Solusi Islam
Berbeda dalam Islam, setingan pemimpin dalam Islam sudah dikemas sebaik dan serapih mungkin, sehingga tak didapati kekacauan-kekacauan yang parah seperti sebelumnya. Untuk mendapat kriteria pemimpin negara seperti itu hanya bisa didapati jika daulah Islam tegak di muka bumi da sistem Islam sudah diemban manusia seluruhnya.
Dalam Islam kepala negara disebut sebagai khalifah, dan sistem pemerintahannya disebut dengan khilafah. Khalifah ini dilantik berdasarkan sistem bai’at in’iqad (bai’at pengangkatan) yakni sumpah setia kaum muslim yang menyatakan bahwa mereka telah rida atas penetapan Khalifah yang akan dibai’atnya. Tak hanya itu, seorang yang akan dijadikan Khalifah pun harus memenuhi syarat in’qad (tujuh syarat yang wajib dipenuhi Khalifah untuk memangku Kekhilafahannya). Tujuh syarat tersebut yakni : Muslim, laki-laki, baligh, berakal, adil, merdeka, dan mampu mengemban tugas-tugas kekhilafahnnya (sumber kitab: Asy-syakhshiyah al-islamiyah, karya: Taqiyuddin an-Nabhani).
Pengangkatan ini tak seperti pengangkatan kepala negara pada sistem saat ini yang didalamnya pasti terdapat unsur kecurangan dan kebohongan. Berbeda dengan kinerja yang dilakukan seorang Khalifah, khalifah tidak menjalankan aturan secara secara sewenang-wenang, tapi berlandaskan syariat Islam. Ia menjalankan semua amanah yang ia tanggung dengan sebaik mungkin, tak hanya sekedar pencitraan belaka dan haus kekuasaan saja. Khalifah menjadikan dirinya sebagai pelayan rakyat bukan sebagai pencekik rakyat, sehingga dapat menghasilkan buah yang selalu manis dari segi manapun yang benar-benar dapat mensejahterakan masyarakat secara keseluruhan. Wallahu ‘alam.
Via
Opini
Posting Komentar