Opini
Buah Sistem Rusak, Tetap Melanggengkan Kekuasaan Bobrok
Oleh: Marsa Qalbina Nabiha
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Pilkada Jawa Tengah 2024 ternodai dengan munculnya dugaan mobilisasi kepala desa (kades) untuk memenangkan salah satu kandidat. Mirisnya, praktik kotor semacam ini terjadi secara massif dalam beberapa pecan terakhir (Tirto.id, 26-10-2024).
Tak lama lagi suara hiruk-pikuk pilkada (pemilihan kepala daerah) kembali terdengar. Para paslon mulai tersibukkan dengan membuat berbagai cara agar mereka dapat mendudukki kursi jabatan, rela merogoh uang banyak demi berlangsungnya pilkada ini. Negara yang kental menganut sistem demokrasi ini memang tak bisa lepas dengan yang namanya pemilu (pemilihan umum). Karena itu yang menentukan calon pemimpin yang akan menjabat selama lima tahun mendatang.
Komponen terpenting dalam berlangsungnya pilkada ini tidak lain berasal dari suara rakyat. Mereka (rakyat) masing-masing memiliki hak untuk memilih kandidat paslon. Suara mereka adalah milik mereka. Namun sayangnya sekarang justru suara rakyat mudah sekali dibeli oleh pihak-pihak yang ingin mengekalkan kekuasaannya, dengan menghalalkan segala cara. Maka tak heran banyak sekali persepektif-persepektif buruk dari orang-orang mengenai pemilu. Karena adanya serangan fajar (suap-menyuap). Para paslon rela menghabiskan dana untuk membagi-bagikan uang kepada orang-orang dalam jumlah yang fantastis, dan janji-janji manis lainnya dengan menarik hati orang-orang agar mereka memilihnya.
Mirisnya tak sedikit dari mereka yang menerima tawaran tersebut. karena banyak dari warga Indonesia yang masih sulit dalam pemenuhan kebutuhan ekonominya, sehingga hanya dengan diberi bantuan atau tawaran-tawaran semacam itu saja sudah sangat membnatu menurut mereka. Mereka tak sadar hak-hak yang wajib dipenuhi sebenarnya lebih dari sekedar itu. Wajar saja kalaupun bingkai yang dipakai adalah demokrasi yang lahirdari kapitalis-sekuler, sejatinya permasalahan akan terus tetap ada, walaupun mereka masih berharap demokrasi dan pemilu tetap teak dan berlangsung di Indonesia. Mau apapun jalan yang mereka buat, entah mereka menggunkan cara dengan ganti pemimpin yang lebih baik, menghindari suap-menyuap, fokuskan visi-misi kandidat paslon, dan lain sebagainya. Tetp saja jika calon-calon ini masuk ke parlemen mereka justru akan terwarnai dengan busuknya sistem ini. Maka dari itu tak ada gunanya orang-orang menyerukan politik bersih, demokrasi murni, dan sebagainya. Karena itu tak akan mungkin bertahan lama jika masih dalam sistem kapitalis-sekuler ini.
Solusi Islam
Islam dapat mengusut semua kasus permasalahan tanpa terkecuali, dalam Islam mulai dari aturan bangun rumah sampai bangun negara semuanya diatur. Yang mana jika kita ingin menegakkan Daulah Islam, umat tak bisa lepas dari dengan yang namanya dua komponen penting yang saling berkaitan satu dengan yang lain, yakni fikrah dan thariqah. Fikrah yang berarti pemikiran dan thariqah yang berarti jalan atau metode. Maksudnya untuk mewujudkan fikrah diperlukan adanya thariqah. Maka fikrah yang baik lahir dari thariqah yang baik pula, begitu pula sebaliknya.
Seorang muslim hendaknya memilih fikrah dan thariqah yang shohih untuk menegakkan adanya Daulah Islam, daulah yang dirahmati Allah. Maka fikrah yang harus ditanamkan pada setiap muslim yakni pemikiran Islam, bagaimana caranya agar Daulah Islam ‘ala minhajinubuwwah tegak di bumi Allah. Dan agar ia menjadi kenyataan butuh adanya thariqah yakni dakwah. Dakwah sendiri boleh berbeda-beda cara penyampaiannya, misal:: dengan cara khutbah lewat khalayak ramai, melalui medsos, tulisan tangan, dan lain lain. Itulah yang disebut sebagai uslub atau perantara. Perlu diketahui untuk fikrah dan thoriqah ini semua harus bersepakat sama, lain halnya dengan uslub, ia boleh berbeda-beda caranya.
Contohnya seperti pemilu, sebenarnya itu merupakan salah satu uslub dari berbagai uslub yang ada dalam memilih pemimpin. Dan itu tidak diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan ajaran syariat Islam. Dan pemimpin yang dipilih tentunya adalah laki-laki muslim. Seperti halnya memilih khalifah, thariqahnya hanya satu yakni dengan cara baiat. Tetapi uslubnya bisa dengan berbagai cara. Hanya saat pemilu yang diberlangsungkan saat ini jauh dari kacamata pandang Islam.
Meski ia hanya merupakan uslub, namun untuk fenomena semacam ini bisa menghantarkan pemilihnya melakukan dosa. Karena mereka memilih pemimpin yang belum bisa menerapkan islam secara kaffah, selain itu tatacara yang diberlangsungkan dalam pemilu juga jauh dari kata bersih dan murni. Padahal sistem pemilihan pemimpin dalam islam dipilih melalui cara-cara yang pastinya tidak menyimpng dari ajaran agama Islam. Serta pemimpinnya adalah pemimpin yang menjadikan nilai-nilai islam kuat tertancap dalam dirinya. Sehingga menghasilkan tata pemerintahan yang dipimpin oleh orang yang tepat, yang mampu menerapkan Islam secara kaffah di segala aspeknya
Via
Opini
Posting Komentar