Opini
Fungsi Pesantren Teralihkan dengan Program Kemandirian?
Oleh: Ai Qurotul Ain
(Praktisi Pendidikan dan Aktivitas Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Benarkah pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mulai dialihkan dari peran sesungguhnya? Pesantren yang diharapkan mampu mencetak para ulama tidak lagi fokus dalam bidangnya. Atas nama kemandirian, pesantren membuka pintu masuknya berbagai kepentingan.
Kemandirian Pesantren
Sudah menjadi agenda tahunan Kementerian Agama RI, dalam rangka hari santri, mengadakan Expo Kemandirian Pesantren. Seperti yang dilakukan kampus Sumbar, UIN Mahmud Yunus Batusangkar dan UIN Bukittinggi. Kegiatan ini melibatkan pesantren-pesantren penerima bantuan yang bekerja sama dengan Kemenag (sumbar.kemenag.go.id, 23-10-2024).
Antusiasme peserta ekspo kemandirian pesantren, menunjukkan banyaknya pondok pesantren yang telah melaksanakan program tersebut. Pada dasarnya, Program Kemandirian Pesantren merupakan program prioritas Kementerian Agama yang dituangkan melalui Keputusan Menteri Agama Nomor 749 Tahun 2021 tentang Program Kemandirian Pesantren. Program ini mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan sumber daya Pesantren, serta untuk meningkatkan kesejahteraan Pesantren dan masyarakat. Namun benarkah program ini semata-mata untuk menjadikan pesantren menjadi mandiri?
Program Kemandirian Pesantren dapat diakses secara setara bagi semua pesantren. Dalam pelaksanaanya didasarkan pada kebutuhan pesantren dengan mempertimbangkan sektor bisnis dan kondisi geografis (fasilitatif). Dengan demikian sangat besar celah masuknya campur tangan pemangku kepentingan terhadap program-program pesantren.
Terjadilah suatu kolaborasi antar pemangku kepentingan dengan organisasi keagamaan seperti pesantren serta lembaga pemerintah. Hal ini menyebabkan idealisme yang sudah dibangun perlahan memudar karena banyak pertimbangan kepentingan. Artinya standar kehidupan pesantren sedikit banyaknya mengalami pergeseran nilai. Awalnya lantang menyuarakan kebenaran untuk menegakkan syiar Islam, kini memilih konten taklim dan dakwah atas standar manfaat mudharat atas dasar pertimbangan akal manusia.
Pemberdayaan Ekonomi di Lingkungan Pesantren
Kegiatan ekspo yang diselenggarakan menunjukkan berbagai aktivitas yang menjurus pada pemberdayaan ekonomi. Pemberdayaan ekonomi di pesantren mengupayakan agar terwujud pesantren- pesantren yang mandiri. Terlebih saat ini, kemiskinan masyarakat secara sistematis telah melanda negeri ini. SDA kita yang banyak, nyatanya tidak dapat membiayai rakyat. Kekayaan alam dikuasai oleh segelintir orang, sehingga menjadi jurang tajam antara yang kaya dan yang miskin.
Sungguh sangat disayangkan karena program kemandirian pesantren, telah mengalihkan fungsi pesantren. Musim panen ulama berganti dengan panen pengusaha. Ketika lembaga pencetak ulama tidak lagi fokus pada tujuannya, maka tidak akan ada kemaksimalan di dalamnya.
Padahal rusaknya peradaban saat ini sudah jelas disebabkan oleh penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini berdiri dengan sistem ekonomi kapitalis. Segala sesuatu ditakar dengan standar untung rugi. Bahkan berbagai potensi terus digali dan dieksploitasi untuk meraih keuntungan materi. Begitupun dengan pesantren yang mulai disibukkan dengan pemberdayaan ekonomi. Bahkan para santri dieksploitasi. Pesantren semakin lama menyerupai sekolah pada umumnya dengan menerapkan program-program SMK. Pada akhirnya, output yang diharapkan adalah lulusan yang mandiri dan siap terjun ke dunia usaha.
Cara Berpikir Ala Sistem Kapitalisme
Tatanan kehidupan saat ini bernafaskan sekularisme. Ini adalah paham atau landasan berpikir yang senantiasa memisahkan agama dari kehidupan. Dengan demikian, manusia dijadikan sebagai pemilik kekuasaan dalam menentukan arah dan aturan kehidupan. Walhasil, alamiahnya ketika manusia diberi kebebasan dalam menentukan aturan, maka hawa nafsu menjadi tuntunan.
Dengan standar yang tidak tepat, maka akan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang kurang tepat juga. Salah memahami sumber masalah maka akan salah merumuskan pemecahan masalah. Inilah yang terjadi pada kehidupan saat ini.
Program kemandirian pesantren dan santripreneur lahir dari sistem kapitalisme. Sistem ini menjadikan negara lepas tanggung jawabnya terhadap urusan rakyatnya. Kemandirian pesantren hanya menjadi jalan bagi negara untuk tidak mengurus 100 persen. Sehingga kata-kata mandiri menjadi keharusan. Mirisnya ini adalah kelemahan penguasa yang dilempar ke tengah rakyat. Sehingga seakan menjadi sebuah tantangan bagi sekolah Islam.
Sungguh tidak ada harapan kebaikan pada sistem kehidupan yang meninggalkan aturan Pencipta. Sistem kapitalisme tidak akan menjadikan akidah Islam sebagai nafas kehidupan. Sistem kapitalisme juga tidak berdiri untuk menerapkan seperangkat aturan Islam. Jadi bagaimana mungkin buah kebangkitan Islam akan terwujud pada akar yang rapuh dan usang?
Pesantren yang Sesungguhnya
Tujuan utama pesantren mencetak ulama yang berkualitas. Seharusnya ini bisa berlangsung tanpa terbebani oleh biaya yang besar. Hanya saja pendidikan murah bahkan gratis menjadi barang langka pada sistem saat ini.
Hanya dengan penerapan Islam Kaffah dalam institusi Khilafah hak rakyat terhadap pendidikan benar-benar terwujud. Pembiayaan pendidikan bersumber dari baitul mal dalam pos kepemilikan umum yang di kelola negara. Sehingga lembaga pendidikan akan fokus pada tujuannya, dan penguasa bersunggung menjalankan tugasnya sebagai ra’in, yaitu mengurus rakyatnya.
Segala bentuk pendidikan akan berlandaskan akidah Islam. Sehingga akan lahir generasi yang kokoh. Sistem pendidikan Islam mewujudkan generasi berkepribadian Islam, yang memiliki pola pikir dan sikap yang benar. Sehingga bukan asas manfaat yang dijadikan sebagai landasan, melainkan halal haram menjadi sandaran.
Sistem pendidikan Islam juga akan mencetak generasi yang berilmu pengetahuan dan ahli dalam segala bidang. Sehingga akan terwujud peradaban gemilang, sebagaimana yang pernah terjadi selama 13 abad lamanya. Para pemuda bukan hanya sebagai ulama tapi juga ahli sains dan teknologi. Seperti Al Khawarizmi, Al Khindi, Ibnu Sina, Jabir Ibnu Hayyan, dan banyak lainnya. Sungguh Islam akan memberi rahmat bagi seluruh alam.
Wallaahua’lam.
Via
Opini
Posting Komentar