Opini
Gonta-ganti Kurikulum, Nasib Generasi Tetap Terabaikan
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
TanahRibathMedia.Com—Pergantian kabinet selalu diikuti dengan berbagai kebijakan baru. Salah satunya di bidang pendidikan. Pergantian menteri pendidikan diwacanakan akan merubah kurikulum merdeka menjadi deep learning. Gagasan ini disampaikan Abdul Mu'ti, selaku Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (kompas.com, 11-11-2024).
Deep learning ditujukan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi para siswa. Demikian paparnya. Harapannya agar para siswa mampu lebih mudah memahami setiap esensi pengajaran. Abdul Mu'ti pun menegaskan akan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia agar setiap individu memiliki pengetahuan dan pendidikan yang mumpuni.
Kebijakan Pendidikan ala Sekularisme
Isu perubahan kurikulum terus menjadi perbincangan hangat di tengah publik. Perbincangan ini pun kian mengemuka saat Mendikdasmen mengungkapkan akan menerapkan metode deep learning. Walaupun disebutkan bahwa deep learning bukanlah kurikulum, namun metode dan perubahan kurikulum dimungkinkan akan terselenggara seiring masa ajaran baru.
Perubahan-perubahan kurikulum yang sebelumnya sudah sering terjadi telah membuat masyarakat makin gerah. Karena perubahan yang ada tidak mampu memperbaiki wajah generasi saat ini. Justru sebaliknya, generasi kian rusak dan terbelakang ilmu, adab dan moralnya. Fakta ini tidak terbantahkan saat ditemukan video viral yang menunjukkan masih banyak anak usia sekolah menengah di wilayah Jawa Barat, belum memiliki ketrampilan baca tulis (kompas.com, 6-8-2024).
Tandanya, sistem pendidikan dan kurikulum yang diadopsi belum mencapai target sesuai harapan. Tidak hanya itu, potret adab generasi pun kian menjadi sorotan. Mulai pergaulan bebas, narkoba, judol dan berbagai perbuatan menyimpang yang niradab. Semua ini menjadi deretan fakta kegagalan sistem pendidikan.
Persepsi ganti menteri, ganti kurikulum pun seolah tidak mampu memberikan harapan pendidikan generasi yang lebih baik. Nyatanya setiap perubahan kurikulum belum mampu menempatkan manusia secara utuh. Baik dalam hal iman dan takwa maupun ketrampilan pendidikan regulernya. Setiap tujuan yang ditetapkan belum mampu optimal tercapai.
Setiap perubahan yang terjadi tidak disertai kerangka visi dan misi yang jelas. Wajar saja, sistem pendidikan sulit memfokuskan tujuan. Sistem pendidikan yang kini diadopsi hanya diarahkan pada kepentingan industri kapitalisme. Globalisasi yang beraroma kapitalisme sekularistik terus menjadi arah tujuan pendidikan. Industri dan perolehan materi menjadi satu tujuan utama yang selalu digadang-gadang menjadi sebuah keberhasilan.
Di sisi lain, perubahan kurikulum yang tetap menyandarkan pada asas sekular kapitalistik, tidak akan pernah mencetak generasi yang berkualitas. Generasi rendah moral yang tidak mengenal adab menjadi generasi yang terlahir dari pola pikir dan pola sikap yang serba bebas. Asas liberal makin buruk di tengah sistem pendidikan yang sekular kapitalistik. Wajar saja, saat masalah generasi terus menjadi masalah yang tidak mengenal solusi. Kerusakan terus terjadi bahkan semakin meluas seiring berjalannya waktu.
Inilah dampak diterapkannya sistem pendidikan sekular kapitalistik. Sistem pendidikan yang memisahkan aturan agama dalam penerapan pendidikan generasi. Parahnya lagi, dalam sistem ini, tujuan keuntungan materi menjadi satu-satunya orientasi. Sistem batil ini menempatkan pendidikan sebagai bahan dagangan bukan sebagai ilmu kehidupan yang diterapkan untuk mengarungi tantangan kehidupan. Alhasil, moral dan adab, selalu dikesampingkan demi memenuhi tujuan. Konsep halal haram diabaikan. Nilai benar salah pun tidak diperhatikan.
Sistem Pendidikan ala Islam
Sistem Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu. Terkait hal ini, negara tidak main-main dalam menetapkan strategi kebijakan dan mekanisme penerapan sistem pendidikan di tengah umat. Karena pendidikan adalah tanggung jawab penuh yang wajib diselenggarakan negara.
Rasulullah saw. bersabda dalam hadits riwayat Bukhori:
"Imam adalah ra'in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya".
Sistem pendidikan Islam menetapkan basis pengajaran yang bersandarkan pada akidah Islam. Sehingga akan menyajikan visi, misi dan fokus pendidikan yang jelas. Kurikulum berbasis akidah Islam akan melahirkan generasi emas yang berkepribadian Islam. Ilmu yang diperoleh akan bermanfaat bagi umat dan kehidupan karena orientasinya tidak berfokus pada materi. Melainkan pada ketaatan dan ketundukan individu pada akidah dan syariah Islam. Inilah kunci kekuatan dan gemilangnya generasi. Pondasi iman menjadi kekuatan utama yang niscaya menjaga. Konsep tersebut hanya mampu diterapkan dalam sistem Islam berinstitusikan khilafah. Satu-satunya wadah yang menerapkan syariah Islam secara utuh dan menyeluruh.
Demikianlah strategi dan mekanisme sistem pendidikan dalam tatanan sistem yang amanah. Generasi terjaga dalam genggaman sistem bijaksana.
Wallahu a’lam bisshowwab.
Via
Opini
Posting Komentar