Opini
Kapitalisme Sekularisme Lahirkan Gangguan Mental
Oleh: Sally Vania
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Mengambil tema “Safe Campus, Safe Minds” dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024 ini, ITB menyelanggarakan talkshow bertemakan kesehatan mental pada hari Sabtu (12-10-2024). Talkshow ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada peserta tentang pentingnya kesehatan mental sehingga ITB dapat mewujudkan safe campus dengan mahasiswa dan sivitas akademika yang memiliki safe minds (itb.ac.id, 15-10-2024).
Hari ini kesehatan mental memang telah menjadi concern bersama mengingat masalah kesehatan mental bukan lah masalah sepele. Bahkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan di salah satu perguruan tinggi negeri di Kota Bandung, hasilnya menunjukkan bahwa sekitar 76,9% dari 674 mahasiswa yang diteliti mengalami gangguan psikologis, dengan gejala seperti stres, depresi, kecemasan, dan bahkan keinginan untuk mengakhiri hidup. Tantangan seperti tugas akademik, adaptasi lingkungan sosial baru, dan kekhawatiran tentang masa depan sering menjadi pemicu (itb.ac.id, 14-09-2024).
Memang tuntutan akademik di ITB terasa semakin besar karena beban biaya kuliah UKT yang semakin tinggi. Mendapatkan beasiswa pun tidak mudah, mahasiswa harus ‘kerja rodi’ terlebih dahulu sebagai balas budi telah mendapatkan keringanan UKT. Alhasil semakin banyak mahasiswa yang tertekan stress hingga depresi. Bahkan 3 tahun silam ada mahasiswa ITB yang memilih bunuh diri. Sungguh miris.
Kekhawatiran akan masa depan pun menjadi salah satu pemicu stress para mahasiswa. Hidup yang serba tidak pasti, tidak ada jaminan setelah lulus langsung dapat kerja yang bonafide, semakin terbatasnya lapangan pekerjaan, membuat banyak para sarjana yang jadi pengangguran. Bahkan, per agustus 2023, BPS mencatat ada 452.713 orang lulusan S1, S2, dan S3 yang tergolong NEET (not in employment, education, and training). Sungguh miris, sudah susah-susah menyelesaikan kuliah S1 bahkan hingga jenjang S3, tetapi negara tidak bisa menjamin tersedianya banyak lapangan pekerjaan. Padahal kebutuhan ekonomi akan terus meningkat dari hari ke hari. Sungguh hari ini makin terasa himpitan ekonomi.
Beginilah jika kita hidup dalam era Kapitalisme. Dimana dia yang menguasai modal, maka dia lah yang dapat berkompetisi untuk terus mengumpulkan kekayaan. Setidaknya dalam waktu tiga tahun, menurut laporan dari tim peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios), kekayaan tiga orang terkaya secara akumulatif mengalami kenaikan sebesar US$ 75,50 miliar atau senilai Rp1.223 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 174% dan berhasil mengakumulasikan kekayaan mencapai US$118,90 atau senilai Rp1.926 Triliun. Para pejabat negara juga mendapatkan peningkatan kekayaannya, berdasarkan temuan laporan ini. Tim peneliti Celios mencatat akumulasi kekayaan menteri di bawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan dokumen terkait menunjukkan tren peningkatan akumulatif sebesar Rp 14,91 triliun (cnbcindonesia.com, 26-09-2024).
Bagaimana nasib si miskin? Kemiskinan diturunkan turun temurun hingga tujuh turunan. Sungguh miris. Menjadi sulit untuk bisa tetap waras hidup di era Kapitalisme. Mental seluruh rakyat Indonesia akan menjadi tumbal, korban penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Diterapkannya sistem kapitalisme telah melahirkan banyak stressor, yang menjadikan orang-orang rentan terhadap gangguan mental. Maka agar seluruh manusia kembali waras dan bisa kembali hidup normal, sehat jiwa raga, kembalilah kepada aturan yang dibuat oleh Sang Pencipta.
Islam memiliki seperangkat aturan yang sempurna sampai level negara. Sistem ekonomi Islam memiliki seperangkat mekanisme untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok individu (sandang, pangan, papan) maupun kebutuhan masyarakat (kesehatan, pendidikan, keamanan). Fungsi negara dalam Islam adalah me-riayah, mengayomi, melindungi rakyatnya untuk dapat menjalankan seluruh syariat Islam, termasuk dalam aspek ekonomi. Maka sudah saatnya kita kembali pada aturan Sang Pencipta.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. Al-A’raf Ayat 96)
Dalam menyikapi tantangan kehidupan, individu yang bertakwa memiliki pandangan tersendiri yang disandarkan pada ajaran Islam. Ada hal-hal yang sudah menjadi ketetapan Allah Swt. dan manusia tidak bisa mengubahnya. Untuk hal demikian, manusia tidak akan dihisab oleh Allah Swt. Jika menyadari hal ini, maka tidak akan ada overthinking, kecemasan berlebihan bahkan depresi terhadap hal-hal yang di luar kendali manusia.
Di sisi lain, ada hal-hal yang merupakan wilayah dimana manusia bisa memilih perbuatannya. Untuk hal-hal ini, manusia akan dihisab oleh Allah Swt. Pada wilayah perbuatan inilah manusia semestinya memfokuskan perhatiannya agar mampu memilih perbuatan-perbuatan mana yang akan diridhio oleh Allah Swt. Dengan kesadaran ini, maka ia akan lebih produktif dalam menghasilkan amal-amal baik.
Gangguan penyakit mental lahir karena penerapan sistem kapitalisme yang melahirkan berbagai sumber stress bagi manusia. Diperparah dengan paham sekularisme, yaitu paham yang menjauhkan agama dari kehidupan manusia. Hanya dengan penerapan Islam pada level individu, masyarakat dan negara yang mampu menghilangkan gangguan mental.
Via
Opini
Posting Komentar