Opini
Kemiskinan Melanda Dunia, Tak Kunjung Menemukan Solusinya
Oleh: Najma Fatiha Fauziyah
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Di zaman yang hedonisme ini gaya hidup mewah bertebaran di mana mana. Semuanya bisa mendapatkan apa yang diinginkan asalkan ada uang. Tetapi tidak bagi kalangan rakyat menengah ke bawah terutama rakyat miskin. Alih-alih bergaya, untuk makan saja belum tentu bisa memenuhinya. Tampaklah ketimpangan yang terjadi saat ini. Yang kaya makin kaya tetapi, kemiskinan merajalela dimana-mana.
Meski sudah ditetapkannya Hari Pengentasan Kemiskinan Nasional yang diperingati setiap tanggal 17 Oktober yang mana peringatan tersebut bukan hanya sekedar upacara serimonial saja melainkan untuk menngajak masyrakat dunia bersama-sama menyerukan pentingnya menghapuskan kemiskinan juga sebagai momentum bagi kita merenungkan peran yang kita lakukan dalam mengatasi masalah ini.
Namun, nyatanya lagi-lagi dunia belum mampu mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Buktinya, angka kemiskinan masih saja tinggi bahkan terus naik. Kemiskinan juga tak hanya berdampak di kalangan dewasa saja tetapi imbasnya berpengaruh pada semuanya. Terlebih, di kalangan anak-anak dan remaja (Mediaindonesia.com,17-10-2024).
Sebenarnya dari adanya peringatan tersebut sudah menunjukkan upaya dunia untuk menuntaskan masalah kemiskinan yang terjadi serta mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat melalu lembaga internasional. Tetapi dengan cara tersebut tak membuahkan hasil sama sekali. Cara tersebut jelas gagal untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Mirisnya lagi, bahwa ada anggapan akan peran peremuan yang mampu dalam mengatasi masalah kemiskinan masih terus digencarkan. Karena perempuan dianggap bisa meningkatkan perekonomian dan mempertahankan kesejahteraaan masyarakat. Selain itu, adanya anggapan mengenai pelajar yang belajar di luar negri merupakan salah satu cara yang mampu untuk menuntaskan kemiskinan yang terjadi.
Sebuah studi yang terbit di Internasional Journal of Eductional Research Volume 128 (2024), menemukan bahwa lulusan yang kembali ke negaranya setelah belajar di luar negeri itu berdampak terhadap penguranan kemiskinan. Dampak ini terutama dirasakan di negara dengan berpenghasilan rendah dan menengah.
Juga adanya anggapan bahwa dengan ganti pemimpin hingga pemimpin perempuan baik dalam negara maupun jabatan kepala daerah juga menteri. Karena dengan begitu bisa menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada. Jelas, seluruh anggapan itu merupakan anggapan yang salah.
Tentu hal tersebut sangat niscaya terjadi. Sebab solusi yang ada berpegang pada sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini. Tak ada yang bisa diharapkan dari sistem ini karena tak memberikan solusi yang hakiki untuk menuntaskan seluruh persoalan yang terjadi. Sistem ini adalah sistem yang rusak, sehingga mustahil untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata. Rakyat selalu saja diabaikan, tak pernah dihiraukan bahkan ditelantarkan begitu saja. Dengan diterapkannya sistem ini, juga hanya akan membuat perekonomian berputar dan kembali kepada para oligarki saja, rakyat pun makin sengsara.
Hal tersebut tentu tidak akan terjadi jika diterapkannya islam kaffah di muka bumi ini. Dengan penerapan islam kaffah akan menjamin kesejahteraan rakyat per individunya. Sebab islam mempunyai solusi yang bukan berasal dari buatan manusia tetapi, dari allah yakni sang pencipta yang mengetahui apa yang dibutuhkan oleh makhluknya sehingga dengan solusi tersebut tak mungkin menyengsarakan manusia.
Sistem Islam akan menerapkan aturan di segala aspek kehidupan termasuk dalam aspek perekonomian yang akan menuntaskan kemiskinan yang terjadi dan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Karena islam akan menetapkan kepala negara sebagai rain juga junnah yang wajib memenuhi kebutuhan rakyatnya. Wallahua’lam
Via
Opini
Posting Komentar