Opini
Kinerja Pemerintah, Memuaskan atau Menyengsarakan?
Oleh: Keyzibwei
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Baru-baru ini Joko Widodo turun tahta setelah dua periode menjabat sebagai presiden. Dengan segala drama yang dibuatnya. banyak juga berita beredar tentang kinerja baik yang dijalankan Jokowi selama pemerintahannya, juga permasalahan yang tak kunjung membaik hingga saat ini. serta diikuti anggukan dan senyuman bodoh masyarakat yang tertipu oleh pencintraan semata. Padahal nyatanya tidak demikian.
Dikutip dari tempo.com, Jakarta (04/10/2024) Direkturat Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi menyampaikan hasil kinerja Jokowi ini dalam rilis temuan surveinya nasional : evaluasi publik terhadap 10 tahun pemerintahan Joko Widodo dalam keterangannya pada jum’at 4 oktober 2024. Pertanyaan yang diajukan indikator kepada responden yakni, ‘'Apakah sejauh ini ibu atau bapak sangat puas, cukup puas, kurang puas, atau tidak puas sama sekali dengan kinerja presiden Jokowi?”
Hasilnya 75 persen publik puas dengan kinerja Jokowi. Burhanuddin merinci sebanyak 15,04 persen masyarakat merasa sangat puas dan 59,92 persen masyarakat cukup puas terhadap Jokowi. Lalu, sebanyak 20,21 persen yang meras kurang puas dan 4,23 persen tidak puas sama sekali. Lalu ada 0,60 persen masyarakat yang tidak tau atau tidak menjawab” kata Buhanuddin.
Ditilik dari lingkungan sekitar, kita masih banyak sekali menemukan orang yang hanya untuk makan saja susah, tidur beralaskan tikar di pinggir jalan, pekerja upah yang tidak sebanding dengan kerja yang dilakukan, pajak yang sangat fantastis, serta masih banyak lagi kriminal yang di luar akal namun terjadi di negara ini. Seharusnya sudah membuat rakyat sadar bahwa sejatinya pemerintah saat ini tidak dapat diandalkan hanya dengan sembako yang dibagikan bersamaan senyuman palsu ala pemerintah. Masih banyak persoalan yang terjadi di antar rakyat, namun pemerintah abai serta lalai dalam menanganinya. Rakyat hanya bisa tutup mulut serta mencoblos presiden baru pada periode berikutnya, berharap perubahan.
Ketidakadilan pemerintah saat ini, juga dapat terlihat pada keberpihakannya terhadap oligarki yang sangat menyengsarakan rakyat. Fasilitas publik hanya bisa digunakan orang yang bermodal. Seperti halnya tol, yang tidak mungkin seluruh masyarakat bisa mencicipinya kecuali dengan mobil yang disebut barang mewah, karena mayoritas orang Indonesia mengendarai motor.
Mirisnya lagi utang negara bertambah dengan sangat curam dan semua dibebankan kepada rakyat yang tidak tau menahu. Jadi bohong sekali jika 75 persen publik puas dengan kinerja pemerintah seperti yang dikutip pada berita di atas. Alih-alih puas, rakyat mungkin tidak mengetahui atau tidak bisa merasakan bagaimana rasanya puas tehadap suatu kepemerintahan. Karena rakyat zaman sekarang hanya bisa pasrah akan kebodohan merajalela yang disebabkan malas untuk berfikir.
Rakyat malas berfikir seperti inilah, yang menjadi sasaran empuk kebobrokan sist yang kasat matanya terlihat indah. Bagi pemerintah, mereka wajib melakukan pencitraan demi melanggengkan kekuasaannya. Seolah sudah menjadi rahasia umum yang sengat-sangat dimaklumi. Tak sampai di situ, bahkan rakyat masih banyak yang mendukung pemerintah sekarang walau mereka banyak dirugikan.
Dan berangkat dari masalah ini, hanya agama Islam lah yang memiliki solusinya. Negara yang berlandas dan bersistem islam, membuat rakyat bisa mencicipi bagaimana sesungguhnya pemerintah mengurus rakyatnya dalam berbagai aspek kehidupan disertai aparat-aparat yang bertanggung jawab dan amanah. Aparat seperti ini hanyalah lahir dari pendidikan berdasarkan akidah islam. Sehingga tidak memerlukan pencitraan yang bernilai kedustaan. Karena, Islam menjunjung tinggi kejujuran.
Dalam negara Islam, tidak ada lagi rakyat yang hanya pasrah dan malas berpikir. Karena negara paham betul tiap-tiap rakyat berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan gratis, karena menuntut ilmu adalah kewajiban. Menjamin semua aspek akan berjalan pada semestinya sebagaiman pemerintah kepada rakyat, begitupun sebaliknya. Karena dalam Islam, tiap-tiap individu akan memahami bahwa perbuatannya akan dipertanggungjawabkan pada akhirat kelak di hadapan Allah Subhanahu wa Taala. Wallahu A’lam bisshawab.
Via
Opini
Posting Komentar