Opini
Nasib Anak Tergadai Sistem Lalai
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
TanahRibathMedia.Com—Nasib anak kian hari kian memprihatinkan. Lihat saja, kasus judi online yang terus mengancam anak. Tidak kurang dari 80.000 anak di bawah usia 10 tahun, pernah mengakses konten judi online di aplikasi game handphone (sindonews.com, 15-11-2024). Dengan "modal" yang minim dan terjangkau di kantong anak, para provider dengan mudahnya menyajikan berbagai tantangan dengan iming-iming hadiah. Miris. Keadaan bahaya yang dihadapi, belum bisa disadari sepenuhnya oleh anak.
Tidak hanya judi online, saat ini anak-anak pun menghadapi masalah serius pornografi. Demikian kabar terbaru yang disampaikan Komisioner KPAI, Kawiyan (tempo.co, 14-11-2024).
Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri menyatakan telah mengungkap tindak pidana pornografi anak sebanyak 47 kasus dan 58 tersangka dalam selang waktu bulan Mei sampai November 2024 (tempo.co, 14-11-2024).
Dukungan dari Kementrian Komunikasi dan Digital sangat diharapkan untuk memblokir berbagai konten pornografi dan judi online yang beredar masif. Pasalnya banyak dilaporkan terkait kasus-kasus tersebut, yang melibatkan anak di bawah umur. Komdigi pun didesak agar membuat aturan penting terkait penggunaan internet bagi anak di bawah umur untuk mengurangi berbagai resiko berbahaya.
Gambaran Sistem Cacat
Betapa rusaknya wajah generasi yang kini ada. Masalah pornografi dan judi online menjadi masalah serius yang terus mengintai dan mengancam setiap anak. Masalah ini bukanlah masalah yang remeh. Karena masalah judi dan pornografi berakibat fatal bagi diri sang anak dan lingkungan sekitarnya. Mulai dari maraknya kasus anak pacaran sejak sekolah dasar, free sex (pergaulan bebas), aborsi usia dini hingga pencurian yang melibatkan anak untuk tujuan modal judi. Memprihatinkan.
Usia anak yang masih belia, sudah terkotori oleh kerusakan yang tidak berkesudahan. Dampaknya, anak menjadi malas melanjutkan jenjang pendidikan. Padahal, anak merupakan generasi emas sekaligus modal berharga bagi kemajuan suatu bangsa. Anak adalah generasi emas yang mestinya mampu melanjutkan kepemimpinan di masa depan.
Lantas, apa jadinya jika nasib anak terus tergadai kerusakan yang makin membadai?
Generasi saat ini mudah terpengaruh pergaulan rusak yang serba bebas tanpa batas. Pemikiran bergaya barat menjadi satu trendsetter yang kekinian. Dianggap modern. Dan diklaim sebagai bentuk kemajuan. Padahal dampaknya jelas merusak. Pornografi dan judi online tidak ubahnya bak narkoba. Sehingga banyak orang mengatakan bahwa konten negatif ini diidentikkan dengan narkolema. Narkoba lewat mata. Dampaknya jauh merusak ketimbang dampak narkoba yang sebenarnya. Wajar saja, konten-konten negatif ini menghancurkan masyarakat secara masif.
Kemudahan akses informasi ditunggangi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Segala bentuk kemudahannya dimodifikasi sehingga menjanjikan hiburan murah yang dianggap menyenangkan. Tidak hanya itu, biaya yang ditawarkan pun relatif murah dan terjangkau bagi kalangan anak-anak di bawah umur. Padahal dampaknya tidak main-main.
Berbagai faktor disinyalir menjadi penyebab terus maraknya konten negatif di tengah-tengah masyarakat. Salah satunya minimnya perhatian dan nasehat yang mestinya disampaikan orang tua kepada anak-anaknya. Karena orang tua sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kian mahal dari waktu ke waktu. Materi menjadi satu-satunya tujuan hidup. Hingga akhirnya mengabaikan pendidikan berharga di masa emas anak-anak. Tidak hanya dari sisi orang tua. Peran masyarakat yang bergaya hidup individualisme pun memantik semakin rusaknya generasi. Setiap orang merasa tidak berhak atas kehidupan pribadi orang lain. Sehingga tidak ada usaha saling menasehati. Akhirnya kontrol sosial pun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Penyebab lainnya adalah rendahnya peran negara dalam mengedukasi dan memberikan regulasi di tengah masyarakat. Negara abai atas maraknya konten negatif yang semakin menjamur. Karena negara hanya sebatas regulator yang menghubungkan kepentingan pengusaha digitalisasi dengan oligarki. Alhasil, rakyat disasar menjadi satu-satunya obyek yang dikorbankan.
Inilah kerusakan yang ditimbulkan sistem sekuler kapitalisme. Sistem yang memisahkan aturan agama dari kehidupan. Nilai benar salah ditinggalkan. Halal haram pun diterjang untuk menggapai keuntungan materi semata. Kehidupan kian hilang arah. Pengurusan generasi kian tergadai sistem lalai yang tidak mampu menempatkan manusia sebagai makhluk yang mulia. Miris!
Penjagaan Islam
Generasi mestinya mampu dijaga sempurna oleh sistem yang menjaga eksistensi manusia secara utuh dan menyeluruh melalui jalan yang ditetapkan Allah Swt.. Tidak ada pilihan lain, harus ada sistem yang menempatkan manusia sesuai fitrahnya. Yakni sistem Islam yang berasaskan akidah Islam. Satu-satunya sistem yang menjanjikan solusi sempurna atas segala bentuk masalah.
Penerapan syariat Islam yang sempurna di setiap bidang, niscaya akan menjaga generasi dari segala bentuk ancaman kerusakan. Karena sistem ini menempatkan negara sebagai pelindung dan perisai bagi seluruh individu, termasuk anak-anak dan generasi.
Rasulullah saw. bersabda,
"Imam adalah ra'in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya" (HR. Al Bukhori).
Terkait masalah anak dan generasi, sistem Islam akan menetapkan kebijakan dan aturan yang menyeluruh agar mampu menciptakan sinergi antara orang tua, masyarakat dan negara.
Pertama, dari sisi keluarga. Negara akan menetapkan fungsi keluarga sebagai madrasatul ula bagi setiap anak. Orang tua menjadi guru utama yang menjadi pendidik sejak anak baru lahir, usia dini hingga dewasa. Pola pendidikan berasaskan akidah Islam menjadi satu hal utama yang diterapkan. Orang tua pun dihimbau agar mampu mengatur waktu antara keluarga dan mencari nafkah. Dalam hal ini negara yang menerapkan sistem Islam akan memudahkan pemenuhan kebutuhan primer setiap individu rakyatnya, sehingga tidak kesusahan mencari nafkah.
Kedua, sistem pendidikan yang mengutamakan kurikulum berbasis akidah Islam. Setiap programnya ditetapkan dengan dasar akidah Islam sehingga setiap anak didik mampu dengan tegas membedakan hukum halal haram dan nilai benar salah. Dengan konsep ini, anak didik pun tidak mudah tergelincir dalam pola sikap yang melanggar hukum syarak.
Ketiga, berfungsinya kontrol sosial. Masyarakat memiliki kesadaran untuk saling menjaga melalui kekuatan amar ma'ruf nahi munkar. Tidak saling egois jika ada maksiat yang terjadi.
Keempat, negara akan menetapkan aturan tegas terkait konten-konten negatif yang merusak. Sistem sanksi yang jelas diterapkan dengan tegas tanpa pandang bulu. Segala bentuk konten negatif diberangus demi satu tujuan, yakni menerapkan hukum syarak demi menjaga kualitas dan kehormatan generasi.
Demikianlan sistem Islam menjaga kekuatan dan gemilangnya generasi. Sistem Islam hanya mampu diterapkan dalam satu institusi khas yang diterapkan Rasulullah saw. saat masa kepemimpinannya. Khilafah manhaj an Nubuwwah. Satu-satunya wadah yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh.
Generasi terjaga sempurna dalam tatanan sistem bijaksana. Sehingga lahirlah generasi gemilang dambaan masa depan.
Wallahu alam bisshowwab.
Via
Opini
Posting Komentar