Opini
Optimalisasi Peran Perempuan, ke Arah Mana?
Oleh: Ai Qurotul Ain
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Perempuan sebagai bagian dari masyarakat tentu memiliki peran. Namun peran ini sangat tergantung kepada cara pandang tertentu yang digunakan. Sehingga cara pandang yang diadopsi akan menentukan sikap seseorang atau kebijakan pihak terkait.
Terkait hal ini, Tim Ahli DPRD Provinsi Sumatera Barat telah mengadakan rapat dengan topik utama, “Optimalisasi Peran Perempuan Sumatera Barat dalam Pembangunan.” Rapat ini sendiri bertujuan untuk menggali potensi dan tantangan yang dihadapi perempuan dalam berkontribusi terhadap pembangunan daerah di berbagai sektor, seperti ekonomi, pendidikan, dan politik (utamapost, 9-10-2024).
Jika dicermati, kajian ini seakan memberi perhatian khusus kepada perempuan. Apa yang disampaikan tidak jarang membuat kaum hawa merasa bangga dan terpacu menjadi yang terdepan. Permasalahannya, apakah benar memcosisikan perempuan ala kapitalisme membawa kebaikan khususnya bagi kelangsungan bangsa dan peradaban?
Seorang narasumber, Dr. Indah Adi Putri, S.IP., M.IP., menyatakan bahwa perempuan tidak hanya berperan sebagai pilar keluarga tetapi juga sebagai motor penggerak dalam bidang ekonomi dan sosial. Sehingga sangat dibutuhkan kebijakan yang tepat untuk mengoptimalkan kontribusi perempuan. Meskipun demikian menurutnya bukan berarti perempuan mengesampingkan peran mereka dalam kehidupan keluarga (binews.id, 10-10-2024).
Sangat disayangkan ketika perempuan khususnya para ibu terus dipaksa menerima ide-ide Barat. Hal ini seperti indahnya gelombang, padahal setelahnya akan ada tsunami besar. Hanya saja hal ini belum disadari oleh semua pihak. Bahkan kondisi yang ada semakin mengontaminasi pemikiran, serta mempersulit keadaan.
Ide kesetaraan gender menggiring perempuan untuk berkarir layaknya laki-laki. Bahkan tidak jarang yang bertukar peran dengan sang istri. Dalam berita resmi statistik 6 Mei 2024 disampaikan bahwa Indeks Ketimpangan Gender dipengaruhi oleh perbaikan semua dimensi pembentuknya. Diantaranya adalah dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja. Jika dilihat, semakin sama persentase dari laki-laki dan perempuan dalam setiap dimensi maka semakin baik.
Dalam sistem demokrasi, kebijakan yang ada cenderung mendorong perempuan untuk berpartisipasi aktif di ranah publik. Perempuan dipandang sebagai bagian dari aspek produksi sistem kapitalis. Sehingga jumlahnya yang mendominasi dimanfaatkan sebagai pendongkrak perekonomian. Perempuan dituntut berpenghasilan atas nama hidup mandiri. Namun kenyataannya mereka adalah target market yang menguntungkan.
Maka solusi yang ditawarkan kepada para perempuan ini sangatlah pragmatis. Jangankan mendapat kesejahteraan, yang ada justru permasalahan terus datang dan tak kunjung usai. Mereka disibukkan dengan banyak urusan. Mereka dimanfaatkan oleh segelintir kepentingan, maka bertambahlah bebannya.
Walhasil peran domestik perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga terabaikan dan tergantikan. Peran ibu tidak lagi maksimal. Peri’ayahan terhadap keluarga mulai tergadai dengan urusan fana. Maka anak-anak sebagai pembangun peradaban akan tumbuh menjadi generasi yang rapuh. Tidak memiliki pondasi yang kuat dan bekal yang cukup untuk mengarungi kehidupan akhir zaman.
Pada dasarnya perempuan memang bisa berperan di ranah publik. Hanya saja Islam memiliki cara pandang yang berbeda dengan pendekatan kapitalis. Pemberdayaan perempuan dalam Islam memaksimalkan potensi perempuan tanpa mengeksploitasi tenaga dan pikiran mereka. Islam menempatkan perempuan sebagai pilar peradaban, dengan dua peran utama
Pada peran domestik, perempuan sebagai istri dan ibu yang berkontribusi terhadap pembinaan keluarga. Ia menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sudah menjadi bagian dari tanggung jawabnya untuk mendidik dan membina serta membentuk kepribadian Islam pada anak-anaknya.
Perempuan juga memiliki peran pada ranah publik. Misalnya saja, mereka mengikuti majelis-majelis untuk menuntut ilmu dan mengajarkannya. Berdakwah juga aktivitas yang dapat dilakukan oleh dan turut serta dalam upaya mengembalikan kehidupan Islam secara menyeluruh.
Para ibu dalam sistem kehidupan Islam menjadi pilar peradaban. Karena merekalah yang akan melahirkan generasi tangguh berkarakter pejuang, sehingga terbentuk para Muhammad al-Fatih masa kini. Inilah peran ibu sesunggungnya, yang memegang visi besar, dalam bingkai ketakwaan, menuju kemuliaan.
Wallahua’lam bishowab
Via
Opini
Posting Komentar