Opini
Sekularisme Lahirkan Cinta Setengah Hati Kepada Nabi saw.
Oleh: Muhammad Syafi'i
(Aktivis Dakwah)
TanahRibathMedia.Com—Patut disyukuri, sebagian besar kaum muslimin di negeri ini begitu antusias menunjukkan kecintaannya kepada Nabi Muhammad saw. melalui peringatan maulid selama bulan Rabiul Awwal. Namun sayangnya, sekularisme yang menggerogoti dunia saat ini tanpa disadari telah membuat rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw. hanya setengah hati.
Bagaimana tidak? Sekularisme lahir dengan ide dasar memisahkan agama dari kehidupan. Agama tetap diakui, tetap dipertahankan, tetap disediakan ruang, namun harus dicegah dari pengaturan berbagai urusan kehidupan.
Jelas prinsip dasar sekularisme ini bertentangan dengan prinsip dasar Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw. Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. meliputi akidah dan peraturan yang lahir dari akidah guna mengatur seluruh urusan kehidupan umat manusia.
Iman kepada Allah Swt. sebagai keyakinan paling mendasar dalam akidah Islam, tidak hanya dibuktikan dengan ucapan melainkan pula harus diwujudkan pada setiap perilaku yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Allah Swt. diyakini bukan hanya sebagai pencipta, tetapi juga sebagai penguasa dan pengatur alam semesta.
Keimanan kepada Allah Swt. tersebut menuntut penyucian dan pengagungan, penyembahan dan pengabdian. Karena itulah, Rasulullah saw. diutus untuk menjelaskan cara mensucikan, mengagungkan, menyembah dan mengabdi kepada Allah Swt.
Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an surat ali Imran ayat 13 yang artinya, "Katakanlah, jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Dalam ayat itu dijelaskan bahwa bukti cinta kepada Allah Swt. adalah dengan mengikuti Nabi Muhammad saw. Sementara mengikuti Nabi berarti mengikuti wahyu Allah Swt., yang terdapat dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadits. Sebab, semenjak diangkat menjadi Rasul, Muhammad saw. hanya menyampaikan wahyu dari Allah Swt., baik berupa al-Qur'an maupun al-Hadits.
Allah Swt. berfirman dalam surat an Najm ayat 3 dan 4, yang artinya: "dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut keinginannya. Tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan."
Al-Qur'an dan al-Hadis memuat berbagai aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek yang sifatnya privat hingga yang berkaitan dengan urusan publik. Tidak hanya menyangkut ibadah ritual, tetapi aspek sosial, ekonomi, pendidikan, hukum hingga politik dan pemerintahan termuat dalam Al-Qur'an dan Hadis.
Dalam praktiknya, Rasulullah saw. telah mencontohkan tata cara menyembah dan mengkultuskan Allah Swt. dengan ibadah ritual seperti salat, zakat, haji, berkurban, zikir dan berdo'a. Bukan hanya itu, Rasulullah saw. juga mencontohkan pengabdian kepada Allah Swt. dalam urusan ekonomi, sosial, politik, hukum, pemerintahan dan berbagai urusan kehidupan lainnya. Rasulullah saw. teladan yang sempurna sebagai kepala rumah tangga hingga sebagai kepala negara.
Hasilnya, wahyu Allah Swt. dan kepribadian Rasulullah saw. telah menjadi petunjuk yang paripurna bagi mereka yang beriman bahkan bagi seluruh manusia yang menginginkan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.
Sayangnya, meskipun ungkapan rasa cinta kepada Rasulullah saw. selalu diucapkan, hari kelahiran beliau setiap tahun diperingati, namun petunjuk yang beliau bawa masih banyak terabaikan. Berbagai perintah dalam al-Qur'an dan al-Hadis belum terlaksana serta banyak sekali larangan yang dilanggar oleh umat yang mengaku beriman dan cinta kepada Nabi Muhammad saw.
Padahal semestinya, ungkapan rasa cinta kepada Rasulullah saw. harus dibuktikan dengan mengikuti (ittiba') Rasulullah saw. Sebagaimana penjelasan Ibnu Katsir, ittiba' berarti mengikuti syari'at dan ajaran agama Rasulullah saw. dalam semua perkataan dan perbuatannya, serta dalam berbagai keadaan yang dialaminya.
Bahkan dalam hadis diriwayatkan dari Abu Muhammad bin Amr bin Ash bahwa Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "tidak sempurna iman seseorang sehingga hawa nafsunya sesuai dengan apa yang telah aku sampaikan".
Namun dengan diterapkannya sekularisme dan berbagai konsep dan pemikiran yang lahir darinya, cinta yang sungguh-sungguh kepada Rasulullah saw. menjadi mustahil untuk diwujudkan. Pasalnya, sekularisme akan selalu menghalangi perwujudan cinta kepada Nabi Muhammad saw. dalam kehidupan publik. Kapitalisme dan demokrasi pun demikian. Kapitalisme akan menghalangi pengaturan ekonomi sesuai dengan petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah saw. Begitu juga demokrasi yang juga akan mati-matian membendung formalisasi ajaran Rasulullah saw. dalam dunia politik.
Apalagi liberalisme, pluralisme, sosialisme, dan komunisme, paham-paham tersebut sangat bertentangan dengan akidah dan syari'at Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw. Sehingga para penganut paham-paham tersebut, sadar atau tidak sadar, akan melakukan segala upaya untuk menolak diterapkannya aqidah dan syari'at yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Dengan demikian, siapa saja yang mengaku cinta kepada Rasulullah saw. harus membuang jauh-jauh sekularisme dan berbagai konsep dan pemikiran yang lahir dari sekularisme seperti kapitalisme, demokrasi, liberalisme, dan pluralisme dari kehidupannya. Selanjutnya berusaha menerapkan syari'at Islam secara kaffah dalam berbagai aspek kehidupan dengan penuh keikhlasan dan pengorbanan. Hanya dengan begitu, cinta kita kepada Rasulullah saw. bisa menjadi sepenuh hati.
Via
Opini
Posting Komentar