Opini
Bahaya Gen Z Terjebak Demokrasi, Wajib Melek Politik Islam
Oleh: Yeni Yulianti
(Aktivis Pemerhati Urusan Ummat)
TanahRibathMedia.Com—Pilkada yang diklaim sebagai "Pesta Rakyat" dalam sistem demokrasi ini bagi para penganutnya harus tetap berjalan, karena rakyat memiliki hak untuk memilih dan menentukan pemimpinnya yang akan mengubah kehidupan yang terpuruk menuju kehidupan baru yang lebih baik. Akankah harapan ini terwujud?
Dilansir dari rri.co.id (9-11-2024), para pemilih pemula dan muda diajak untuk mempergunakan hak pilihnya dalam Pilkada Serentak yang akan dilaksanakan 27 November 2024. KPU Provinsi Jateng mengelar Goes To Campus, yang berlangsung di Auditorium Graha Widyatama Prof. Rubijanto Misman Unsoed pada hari Sabtu (9-11-2024) pagi hingga malam hari.
Sejumlah acara digelar untuk menarik perhatian mahaiswa termasuk mengelar sosialisasi Pilkada Serentak 2024. Tujuannya agar mahasiswa khususnya pemilih pemula dan pemilih muda mempergunakan hak pilihnya.
Menjelang Pilkada 2024, para calon kepala daerah mencoba mendulang suara gen z dengan berbagai cara, ada yang terjun ke sekolah-sekolah, pesantren dan ke kampus-kampus untuk melakukan sosialisasi dan kegiatan kampanye mereka ke para mahasiswa dan jajaran staf dosen yang ada. Juga sebagai generasi yang tumbuh di tengah mudahnya akses media internet, teknologi digital dan luasnya informasi. Seringkali dimanfaatkan dan dijadikan target sasaran penganut sekuleris liberal merusak pemikiran dan gaya hidup mereka dengan penerapan sistem demokrasi kapitalis yang sudah rusak dan merusak mereka dengan berbagai tawaran ‘angin surga’ dan janji serta harapan palsu bahwa hidup gen z akan menjadi lebih baik dalam kepemimpinan mereka.
Padahal faktanya seluruh suara rakyat saat ini, khususnya di kalangan gen z dalam sistem demokrasi hanya dibutuhkan suaranya untuk memenangkan pilkada dan pemilu-pemilu lainnya. Namun, setelah mereka menang dan berkuasa, nasib dan hidup rakyat tidak ada perubahan malah semakin hancur dan rusak sebagaimana masa-masa sebelumnya. Kita saksikan dan alami sendiri, hanya diberikan kehidupan sulit dengan harga-harga kebutuhan pokok yang mahal karena kebijakan-kebijakan penguasa demokrasi yang zalim yang lebih pro kepentingan terhadap oligarki seperti biaya pendidikan dan sekolah (UKT) yang semakin mahal, biaya kesehatan mahal, barang-barang melonjak, BBM naik, listrik mahal, Pajak mencekik, pengangguran, tuna wisma, kelaparan dimana-mana, kemiskinan dan kriminalitas yang meningkat.
Pentingnya membangun kesadaran politik di kalanan gen z bukan hanya dipakai dari hak memilihnya saja, akan tetapi dari segi kesadaran kebijakkan yang akan berpengaruh pada kehidupan bermasyarakat kelak. Islam kafah akan mendorong gen z menyadari kebobrokan sistem negara sekuler demokrasi yang melahirkan penguasa-penguasa zalim pro oligarkhi yang sering mengorbankan rakyat.
Sekalipun di masa kampanye mereka adalah para sosok calon pemimpin yang memiliki kepribadian merakyat, dekat dengan wong cilik, hidup sederhana, dan pribadinya agamis, saleh atau seorang tokoh Islam atau ulama sekalipun. Ternyata ini hanyalah untuk pencitraan saja. Sehingga Ini menunjukan bahwa perubahan penguasa (rezim) saja tidak cukup, harus ada perubahan sistem yang dilakukan dengan sistem Islam yang berasal dari Allah, Al-Khaliq yang Maha Sempurna dan terbukti mampu menjadi rahmatan lil 'alamin.
Sistem demokrasi menjadikan para pemimpin yang haus akan kekuasaan menghalalkan segala cara. Jalan harampun akan ditempuh agar tujuan mereka terpenuhi. Ini jelas berbeda dengan kehidupan dalam sistem Islam, yang mana penguasa sebagai penjamin kesejahteraan kehidupan ummat, karena mereka akan dimintai pertanggungjawaban 'amanah' yang berat di dunia dan akhirat oleh Allah Swt.
Sehingga tampuk kekuasaan dan jabatan tidaklah dijadikan sebatas "profesi menjanjikan kekayaan" bagi para penguasa, tapi adalah sebagai bentuk "amanah besar" yang harus dijaga, ditunaikan dengan penuh ketakwaan kepada Allah.
Sehingga kemaslahatan umat menjadi prioritas bagi mereka, karena makna penerapan politik Islam adalah "ri'ayatus su'unil ummah (mengurusi seluruh kepentingan ummat)" bukan perebutan kekuasaan untuk memperkaya diri, kelompok dan golongannya atau ajang 'aji mumpung' untuk mendapatkan harta dalam rangka mengembalikan modal politik partai yang besar yang sudah dipakai saat masa kampanye.
Kehidupan umat akan terurus dan masalah hidup akan terpecahkan dengan solusi sistemik yang dilakukan negara. Seluruh umat dan khususnya di kalangan gen Z pun akan merasakan kesejahteraan karena diatur oleh negara yang berasaskan akidah Islam sahih dengan penerapan Hukum Allah Swt. yang kafah dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyyah.
Media sosial yang saat ini ada digenggaman para gen z sudah sepatutnya menjadikan ladang dakwah untuk mencerdaskan umat. Gen z yang saat ini di gadang-gadang menjadi target para elit politik untuk mendulang hak pilihnya harus bersegera berpegang teguh pada Islam kafah dengan cara selalu rutin melakukan pembinaan secara intensif dan berguru pada ahlinya agar melek politik Islam. Selalu menyaksikan konten yang berbobot sehingga kepedulian pada politik saat ini semakin terbangun. Membaca artikel maupun buku-buku yang berbau politik Islam agar ilmu yang didapat semakin mantap.
Sudah saatnya gen z meninggalkan sistem sekuler demokrasi dan memahami sistem politik Islam agar menyadari jalan perjuangan yang harus ditapaki, dan tidak dibajak oleh demokrasi. Dan Saatnya gen z harus memutar haluan untuk ikut memperjuangkan tegaknya Islam kafah sebagai bentuk manifestasi keimanan kepada Allah Swt. untuk mentaati seluruh perintah dan larangan-Nya
Wallahu'alam bish shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar