Opini
Banyaknya Musibah, Saatnya Berbenah, Terapkan Islam Kaffah
Oleh: Ummu Rosyid
(Aktivis Muslimah Gresik)
TanahRibathMedia.Com—Rabu (4-12-2024) pagi itu, Ineu Damayanti (38) serius melihat
informasi melalui gawainya yang mengabarkan sejumlah wilayah di kabupaten Sukabumi terdampak bencana akibat hujan deras yang mengguyur sejak Senin (2/12). Ia tidak sadar, hari itu sungai Cimandiri juga meluap (detik.com, 08-12-2024).
Kejadian seperti ini sering terjadi di berbagai wilayah maupun daerah lainnya.Karena bebagai faktor, bukan hanya alam saja tapi juga ulah tangan dan kemaksiatan manusia itu sendiri. Akibat banyaknya kerusakan yang terjadi oleh ulah tangan manusia bencana pun tak dapat di hindarkan, rakyatlah yang banyak menerima dampak kerusakan. Seperti di Sukabumi banyak rumah rusak, jalan terputus, dll.
Banyak sekali fakta yang mengambarkan bahwa banyaknya ekploitasi terhadap alam dengan berkedok pembangunan untuk rakyat. Seperti pembangunan IKN sebenarnya untuk siapa?
Penerapan sistim Islam kaffah yang tidak diterapkan dalam aturan kehidupan sehari-hari menjadikan umat jauh dari pemahaman Islam. Negara seharusnya bisa menerapkan aturan Islam dan memberi sanksi terhadap siapa saja yang melangar tidak pandang bulu, sehingga masyarakat akan takut dan mematuhi aturnnya. Itulah gunanya bernegara dalam islam.
Kejadian di atas mengambarkan bahwa banyaknya bencana harus segera membuat mausia bertaubat. Bukan masalah alam saja karena ketika banyaknya kemaksiatan maka mengakibatkan kemurkaan Allah Swt.
Jadi masalahnya ada pada diri masing masing dan juga masyarakat terutama negara, karena peran negara juga penting, negara punya kuasa besar dalam mengendalikan aturan dalam negeri, sehingga tidak adanya kemasiatan yang terjadi di dalam individu, masyarakt, dan negara.
Bencana alam juga bentuk ujian dan juga azab dari Allah. Adapun ujian agar manusia bertaubat, menyesali dosa, mengugurkan dosa dan mengangkat derajatnya. Adapun azab adalah bentuk balasan dari apa yang diperbuat sehingga membuat Allah murka.
Terjadinya bencana alam ini membuat kita harus muhasabah diri. Musibah yang terjadi di Sukabumi atau temapt lain ini adalah bersifat sistemis, karena dilihat dari seringnya terjadi bencana di tempat yang sama, penataan tata kelola lingkungan yang kurang memadai, banyaknya bangunan membuat lahan yang kurang resapan air. Ini adalah bentuk lalainya peran negara terhadap umat.
Sebenarnya hujan adalah rahmat bagi umat manusia dari Allah akan tetapi ketika manusia banyak maksiat di muka bumi ini maka air itu menjadi laknat bagi mereka; Allah Taala berfirman, “Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan.” (QS Al-A’raf [7]: 57).
Untuk solusinya tidak lain adalah untuk menerapkan sistem Islam secara kaffah. Seperti pembangunan diimbangi dengan daerah resapan air yang memadai. Akan tetapi faktanya sekarang pembangunan berkedok untuk umat nyatanya untuk segelintir kapitalis.
Penguasa seharusnya malu karena berita banjir setiap tahun ada di area itu itu saja. Hal ini membuktikan bahwa cara kinerja pemerintah sudah tidak layak dijadikan acuan saatnya berganti ke sistem yang adil dan mensejahterakan umat yaitu sistem Khilafah.
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS Ar-Rum [30]: 41).
Pembangunan harusnya untuk periayaan umat. Dan tidak ada unsur bisnis di dalamnya. Semua murni untuk kesejahteraan rakyat tanpa merugikan atau bahkan sampai menyebabkan datangnya murka Allah. Kalau ada yang sampai mendatangkan murka Allah berarti masih ada yang salah tata kelola dan melakukan pelangaran syariat.
Via
Opini
Posting Komentar