Opini
Childfree, Gagasan Penggenggam Paham Sekularisme
Oleh: Ai Nurjanah
(Penulis dan Aktivis Dakwah)
TanahRibathMedia.Com—Fenomena mengejutkan kembali menjadi sorotan publik. Di mana lahir sebuah ide atau pemikiran dari beberapa orang khususnya di luar negeri tentang childfree atau keputusan untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Dan pemikiran ini ternyata sudah menjalar ke negeri kita Indonesia.
Dalam sebuah wawancara bersama Pro 3 Radio Republik Indonesia (RRI) pada Jumat (15-11-2024) lalu, Maria Ulfah Anshor selaku Anggota Komnas Perempuan menyebutkan bahwa setiap perempuan bebas menentukan pilihan hidupnya dan ini merupakan salah satu kebebasan pada diri perempuan yang berlandaskan pada hak asasi manusia.
Sementara itu, Mufidiyati (Anggota Komisi IX DPR RI) menegaskan bahwa negara harus mempunyai jurus jitu untuk menghadapi ide atau pemikiran yang mungkin suatu saat akan berdampak dan merugikan negara dalam sisi pertumbuhan generasi. Karena Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat bahwa fenomena childfree ini tengah meningkat di angka 14.3 persen di wilayah Jakarta. Ada sekitar 72.000 perempuan Indonesia dengan usia antara 15 tahun sampai dengan 49 tahun yang telah mengaku untuk tidak ingin mempunyai anak (childfree).
Beberapa faktor yang menjadikan childfree ini sebagai pilihan hidup sebagian wanita di antaranya adalah biaya hidup yang makin tinggi dan menganggap anak sebagai beban untuk keluarga. Ada juga sebagian perempuan yang merasa terhambat dalam pencapaian karier ketika ia memiliki anak, yang terakhir adalah adanya perasaan trauma. Namun, di antara mereka adapula yang memutuskan untuk tidak memiliki anak tanpa memilki alasan yang pasti.
Sumber atau akar penyebab tumbuhnya pemikiran seperti ini adalah kehidupan sekulerisme yang sudah mengakar kuat di lingkungan masyarakat. Sekularisme adalah pemisahan agama dari kehidupan di mana agama tidak hadir dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dan hanya dijadikan aktivitas ritual saja. Sejatinya problematika ini menandakan bahwa ada kecacatan pada akidah seseorang dan hak asasi manusia dijadikan tempat perlindungan untuk mereka yang mempunyai ide-ide ini.
Padahal memiliki anak adalah bagian dari fitrah perempuan dan bahkan mempunyai anak merupakan suatu kebahagian yang tak tertandingi bagi para orang tua. Anak adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah Swt.
Sesungguhnya, ikatan pernikahan bukan hanya melampiaskan gharizah nau (naluri melestarikan jenis) saja, meskipun gharizah yang dimaksud adalah naluri atau fitrah yang ada sejak manusia itu terlahir ke dunia. Dalam sebuah pernikahan ada hal yang tidak boleh dihilangkan. Sebagaimana para ulama menjelaskan bahwa pernikahan mempunyai tujuan khusus diantaranya adalah menjaga kehormatan diri, memiliki anak, serta menjaga keutuhan rumah tangga sekuat mungkin. Dan ketiga tujuan tersebut harus terpenuhi dalam sebuah pernikahan dan tidak boleh digugurkan karena hal ini akan menjadi perselisihan dari sebuah tujuan utama pernikahan.
"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rejeki yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari nikmat Allah?" (TQS. An-Nahl: 72).
Salah satu keistimewaan seorang perempuan adalah bahwa Allah Swt. menciptakan rahim. Dan ini merupakan kenikmatan yang tidak bisa dirasakan oleh laki-laki. Pemikiran sekularisme sejatinya telah merampas kenikmatan ini.
Ketika sebuah pernikahan memiliki komitmen untuk childfree, maka harus di evaluasi ulang apa yang menjadi visi misi atau tujuan dari pernikahan tersebut. Akan ada kekosongan di masa depan ketika kita menua nanti. Keheningan yang mungkin membuat kita merasa kesepian. Karena pasangan hidup kita tidak akan selamanya ada. Sosok anak inilah yang akan menjadikan kita lebih berwarna dan bermakna.
Allah Swt. sebagai Maha Pencipta dan Pengatur, telah mengatur kehidupan di dunia ini dengan sangat sempurna. Aturan itu ada bukan untuk di ingkari. Memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme) sesungguhnya akan menjauhkan kita dari nikmat Allah yang telah diberikan. Hidup bukan hanya sekadar mencari kebahagiaan namun yang perlu kita tuju adalah mencari rida Allah Swt.
Menggenggam paham selain ideologi Islam hanya akan mendatangkan kemudharatan, namun jika kita hidup dalam naungan Islam, kebaikan yang didapat bukan hanya tentang kebahagiaan di dunia. Namun juga di akhirat kelak.
Bercita-cita lah untuk membina pernikahan yang indah sampai ke syurga dan memiliki keturunan pencetak generasi untuk memperjuangkan Islam. Kita harus ingat bahwa amalan yang tidak akan terputus dan dicintai oleh Allah Swt. adalah amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh. Jika dalam sebuah pernikahan berkomitmen untuk tidak memiliki anak sedangkan tidak ada alasan medis untuk ini, maka doa anak mana yang akan mengalir ketika kita di akhirat kelak?
Via
Opini
Posting Komentar