Opini
Derita Tak Kunjung di Penghujung Tahun
Oleh: Irohima
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Tak lama lagi kita akan memasuki tahun 2025, namun di penghujung tahun 2024 ini, kita kembali dibuat nelangsa dengan berita terkait bencana yang menimpa beberapa daerah di Indonesia. Meski sebelumnya Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membenarkan adanya potensi bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, angin kencang dan angin puting beliung) di akhir tahun 2024, sayangnya kita kerap lupa untuk melakukan langkah antisipasi dalam masalah ini.
Baru-baru ini, sejumlah wilayah di Sukabumi mengalami banjir karena derasnya hujan yang turun sejak tanggal 2 Desember 2024. Akibat hujan selama dua hari berturut-turut, sungai Cimandiri meluap dan menyebabkan puluhan rumah tenggelam. Beberapa daerah lainnya mengalami tanah longsor, angin kencang, dan pergerakan tanah. Setidaknya terdapat 328 titik bencana yang tersebar di 39 Kecamatan dengan bencana yang variatif telah di data oleh BPBD Kabupaten Sukabumi. Beberapa kerusakan yang timbul akibat bencana selain korban jiwa juga terdapat rumah-rumah warga yang rusak parah, tanah persawahan yang terkikis, jalan terputus dan lain sebagainya ( detikjabar, 08-12-2024 ).
Di sisi lain, Pandeglang juga tak luput dari bencana banjir akibat luapan sungai Cilemer, banjir setinggi 1-2,5 meter telah merendam pemukiman warga. Akibatnya akses jalan terbatas dan 202 warga terpaksa mengungsi. Lain halnya dengan Cianjur, Jawa Barat, bencana pergerakan tanah semakin meluas di 15 Kecamatan dan kemungkinan masih bertambah. Miris, bencana demi bencana datang merundung seperti derita yang tak berujung di penghujung tahun.
Mengingat prediksi dari BMKG yang mengatakan bahwa sejumlah daerah di Indonesia akan mengalami cuaca buruk sedikit menjelaskan bahwa daerah lain selain daerah Jawa Barat juga berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi.
Selama ini umum dipahami masyarakat bahwa penyebab bencana dikarenakan oleh faktor alam, padahal sejatinya bukan hanya sekedar alam yang mulai tidak bersahabat tapi juga karena ulah tangan-tangan manusia sendiri yang merusak. Al-qur’an telah menjelaskan dalam surat Ar-Rum ayat 41 yang artinya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia ; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar ).”
Keserakahan manusia menyebabkan mereka dengan ringan melakukan banyak pelanggaran syariat seperti melakukan eksploitasi alam dengan dalih pembangunan namun dilakukan secara eksploitatif. Penebangan hutan yang dilakukan besar-besaran saat ini merupakan salah satu faktor terjadinya longsor, alih fungsi lahan dari lahan resapan air menjadi lahan untuk gedung, perumahan atau industri membuat banjir menjadi bencana yang tak terelakkan, dan masih banyak lagi kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah manusia itu sendiri.
Berbagai kerusakan akibat tangan manusia tak lepas dari akibat tak diterapkannya aturan Islam dalam kehidupan. Terlebih lagi kita hidup dalam naungan kapitalisme, yang merupakan sebuah sistem yang memperbolehkan kita bebas mengeksploitasi apapun tanpa batas termasuk mengeksploitasi alam tanpa memikirkan dampak bagi lingkungan dan kehidupan manusia lain. Dalam kapitalisme, selama menghasilkan manfaat keuntungan yang besar, tak jadi masalah meski dampak dari apa yang kita lakukan sangat merugikan alam juga manusia.
Dalam Islam, umat diajarkan untuk menjaga kelestarian alam dan dilarang keras melakukan kerusakan di muka bumi. Larangan membuat kerusakan mencakup semua aspek, seperti merusak pergaulan, merusak jasmani dan rohani orang lain, merusak kehidupan dan sumber penghidupan (pertanian, perdagangan, dan lain sebagainya), serta merusak lingkungan. Allah Swt. telah menciptakan bumi beserta isinya yang semuanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia agar dapat diolah dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan. Allah juga telah menurunkan Islam sebagai aturan hidup dan sebagai pedoman manusia dalam menjalankan kehidupan termasuk memperlakukan alam sebagai mana mestinya. Dalam Islam juga terdapat aturan sanksi tegas terkait berbagai pelanggaran syariat, termasuk pelanggaran dalam memperlakukan alam.
Saatnya kita muhasabah diri dan bertobat serta berupaya akan tegaknya syariat di bawah kepemimpinan Islam. Karena hanya dengan Islam, pembangunan akan terwujud tanpa merusak, memperlakukan alam secara bijak, memberlakukan berbagai kebijakan yang tepat hingga bencana dapat diminimalisir dan ditangani secara cepat, dengan begitu kelak akan tercipta kehidupan rakyat yang nyaman dan layak.
Wallahulam bis shawab
Via
Opini
Posting Komentar