Straight News
FDMPB: Revolusi Suriah Didesain Turki dan AS
TanahRibathMedia.Com—Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa (FDMPB), Dr. Ahmad Sastra, menilai bahwa revolusi Suriah yang menumbangkan rezim bengis Assad sesungguhnya telah didesain oleh Turki dan Amerika.
"Revolusi Suriah yang menumbangkan rezim bengis Assad sesungguhnya telah didesain oleh Turki dan Amerika," ujarnya kepada Tanah Ribath Media, pada Sabtu (14-12-24).
Sesungguhnya, kata Ahmad, peristiwa ini dikendalikan oleh Turki dan AS, dengan tujuan mendorong solusi politik baru di Suriah. Kemungkinan besar, mereka menginginkan pembentukan sistem pemerintahan koalisi di Suriah dengan beberapa wilayah memiliki otonomi khusus, seperti model Kurdistan Irak. Inilah mengapa, revolusi itu nampak begitu mudah dalam waktu yang sangat singkat.
Selanjutnya, ia mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, bahwa AS sama sekali tidak terkejut terhadap serangan yang dilakukan oleh oposisi Suriah.
"Itulah mengapa Amerika tidak terkejut dengan serangan yang dilakukan oleh oposisi Suriah," tandasnya.
Ia juga menututurkan, AS memulai konfrontasi militer di Suriah, dan kemudian mencegah Iran kembali dengan momentum militer ke teater Suriah untuk mendukung partainya di Lebanon, yaitu memutus komunikasi militer darat antara Iran dan partainya di Lebanon.
"Hal-hal tersebut terindikasi dari pernyataan pejabat Amerika dan Turki yang diuraikan di atas terkait melancarkan serangan di Suriah," ujarnya.
Awalnya, imbuhnya kembali, pergerakan ini tampaknya merupakan pesan peringatan kepada Bashar Assad karena tidak merespons permintaan Presiden Turki, Erdogan yang meminta Assad untuk bersedia berunding dalam kerangka normalisasi hubungan. Namun, Assad menolak dengan menuntut penarikan pasukan Turki dan terus menunda proses tersebut.
Menurutnya, lampu hijau yang diberikan oleh Erdogan kepada HTS karena Basar Assad tidak merespon permintaan Presiden Turki, Erdogan, untuk berunding.
"Hal ini memicu Erdogan untuk memberikan lampu hijau kepada HTS dan Tentara Nasional Suriah untuk bergerak, tetapi eskalasi di luar rencana. Serangan yang dimulai dengan tujuan untuk membebaskan zona de-eskalasi di sekitar Idlib berkembang lebih jauh," ujar Ahmad.
Iran dan Rusia sangat terkejut dengan perkembangan di Suriah. Akhirnya, Rusia memperkuat keamanan di pangkalan militer mereka di Khmeimim dan Tartus, sementara Iran berupaya mendamaikan situasi dengan Turki melalui jalur diplomasi. Sedangkan Turki, sambungnya, awalnya menginginkan penyelesaian politik dengan Assad, tetapi karena Assad terus menunda, Turki menggerakkan faksi-faksi oposisi dengan persetujuan Amerika Serikat.
Terakhir, ia menekankan bahwa Zionis mengawasi perkembangan ini dengan cermat.
"Sementara itu, Zionis mengawasi perkembangan ini dengan cermat, terutama terkait potensi peningkatan pengaruh Iran di Suriah," tutupnya.[] Novita Ratnasari
Via
Straight News
Posting Komentar