Opini
Filosofi Tukang Parkir
Oleh: Maman El Hakiem
(Pegiat Literasi)
TanahRibathMedia.Com—Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melewati tukang parkir tanpa menyadari bahwa profesi ini menyimpan banyak pelajaran berharga tentang makna kehidupan. Tukang parkir, yang tampak sederhana, ternyata memiliki filosofi mendalam yang bisa menjadi motivasi bagi kita semua. Setidaknya ada lima pelajaran berharga dari tukang parkir untuk memperkaya jiwa.
Pertama, tidak merasa memiliki secara mutlak. Seorang tukang parkir menjaga banyak kendaraan, mulai dari yang mewah hingga yang sederhana. Namun, meskipun mengatur dan mengawasi kendaraan-kendaraan tersebut, ia sadar bahwa semua itu bukan miliknya. Sikap ini mencerminkan ketidakmelekatan terhadap materi.
Hikmahnya, dalam hidup kita juga sering diberi titipan berupa harta, jabatan, atau hubungan. Namun, seperti tukang parkir, kita harus menyadari bahwa semua itu hanyalah titipan dari Allah Swt. Ketika tiba saatnya untuk melepaskannya, kita harus ikhlas tanpa merasa kehilangan.
Kedua, mengatur dan memberikan arah dengan tenang. Sebagaimana kita ketahui, pekerjaan tukang parkir adalah mengatur posisi dan arah kendaraan agar teratur dan aman. Mereka melakukannya dengan tenang, tanpa memaksa, serta memberikan arahan dengan isyarat tangan atau peluit.
Ini mengajarkan kita bahwa dalam hidup, ketenangan dan kesabaran adalah kunci. Ketika menghadapi masalah, kita perlu berpikir jernih, mencari solusi, dan mengarahkan langkah dengan bijak tanpa tergesa-gesa.
Ketiga, melakukan pekerjaan tanpa mengeluh. Tukang parkir bekerja di bawah terik matahari dan hujan. Mereka tetap melayani orang lain dengan senyum meski pekerjaannya sering dipandang sebelah mata.
Hal ini menjadi pengingat bahwa setiap pekerjaan, sekecil apa pun, memiliki nilai dan keberkahan. Hidup tidak selalu tentang pekerjaan bergengsi, melainkan tentang bagaimana kita menjalani tugas dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan.
Keempat, menghargai dengan rasa syukur. Meskipun penghasilan mereka mungkin terbatas, hanya mengumpulkan uang recehan, seorang tukang parkir tetap menjalani hidup dengan rasa syukur. Mereka tidak menuntut lebih dari yang mereka terima dan merasa cukup dengan hasil kerja keras mereka.
Kita pun bisa belajar untuk lebih bersyukur atas apa yang dimiliki. Kebahagiaan sejati sering kali bukan berasal dari banyaknya harta, tetapi dari rasa cukup dalam hati.
Kelima, ikhlas melepas dan tidak merasa kehilangan pada yang bukan haknya. Setiap kendaraan yang dititipkan kepada tukang parkir pasti akan kembali kepada pemiliknya. Tukang parkir tidak berusaha mengeklaim kendaraan tersebut meskipun ia telah menjaganya dengan baik.
Sikap tukang parkir seperti ini, mengajarkan kita tentang keikhlasan untuk melepaskan sesuatu yang bukan hak kita. Dalam hidup, kita harus belajar menerima kehilangan dengan lapang dada karena semuanya hanya sementara.
Penutup
Dengan demikian, dari sosok tukang parkir, kita bisa mengambil banyak hikmah untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Mereka mengajarkan tentang keikhlasan, ketenangan, kerja keras, dan rasa syukur. Profesi ini membuktikan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada apa yang kita miliki, melainkan pada bagaimana kita memandang dan mensyukuri hidup ini.
Mari kita renungkan, di dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Rasulullah saw. memberikan kita nasihat, "Lihatlah kepada orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kalian."
Ini adalah pelajaran untuk selalu bersyukur dan tidak iri dengan orang lain, sehingga kita bisa menikmati kesederhanaan dengan hati yang tenteram. Apakah selama ini kita sudah menjalani hidup dengan filosofi tukang parkir? Jika belum, mungkin saatnya kita belajar dari kesederhanaan mereka untuk menemukan makna hidup yang lebih dalam.
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Opini
Posting Komentar