Opini
Hujan Rahmat, Mengapa Berbuah Laknat?
Oleh: Aulia Rahmah
Kelompok Penulis Peduli Umat
TanahRibathMedia.Com—Hujan deras selama dua hari sejak Senin (2-12-2024) di Kabupaten Sukabumi mengakibatkan beragam jenis bencana alam. Dari banjir, tanah longsor, angin kencang hingga pergerakan tanah yang merusak rumah warga dan memutus jalan utama. Hingga kini pemerintah Kabupaten Sukabumi belum dapat memastikan status tanggap darurat bencana berakhir.
Mengingat bencana alam ini melanda 39 kecamatan dengan 328 titik mengalami tanah longsor, 282 titik terendam banjir, 34 titik mengalami angin kencang dan 670 titik mengalami pergerakan tanah. Akibatnya, 13.459 jiwa mengungsi, 10 orang dinyatakan meninggal dunia dan 2 orang hilang diduga tertimbun tanah. Ribuan rumah hancur. Akses jalan terputus, rusak oleh timbunan tanah (kompas.com, 13-12-2024).
Saat meninjau lokasi bencana, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mendapati bahwa pendangkalan sungai di beberapa tempat menjadi salah satu penyebab banjir. Di samping itu juga terjadi penggundulan hutan di lahan milik perhutani yang diduga menjadi penyebab tanah longsor. Wakil Kementerian PU, Diana Kusumastuti menjelaskan, bahwa di sepanjang jalan Pelabuhan Ratu terdapat lahan milik perhutani. Tampak potongan pohon tersisa begitu banyak. Belum diketahui lahan ini akan digunakan untuk kepentingan apa (jawapos.com, 7-12-2024).
Bencana kerap terjadi seiring turunnya hujan lebat. Angin kencang, banjir, dan tanah longsor. Banyak orang berasumsi penyebab bencana ini karena tingginya curah hujan. Padahal di dalam Al Quran, Allah menjelaskan bahwa hujan adalah rahmat. Seperti yang tertulis di surat Al A'raf ayat 57 yang artinya, "Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat. Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus). Lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan."
Hujan adalah nikmat yang patut disyukuri. Karena dengan turunnya hujan banyak sekali manfaat yang diperoleh. Terutama untuk menjaga kelestarian alam semesta. Namun nyatanya, hujan yang datang justru membawa bencana alam yang menyisakan penderitaan. Hujan lebat ini pun tak membawa perubahan pada daerah-daerah yang dilanda kekeringan.
Jika kita cermati, segala bentuk bencana alam yang menimpa manusia penyebabnya adalah karena kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Pendangkalan sungai misalnya, terjadi karena tumpukan sampah yang disebabkan kurangnya kesadaran hidup bersih di masyarakat. Dengan ringan mereka membuang sampah ke sungai tanpa memikirkan akibatnya. Hal ini terjadi juga karena pemerintah kurang memberi edukasi kepada mereka. Bagaimana cara mengelola sampah. Pemerintah juga kurang tanggap untuk mengecek saluran air, seperti sungai-sungai dan selokan saat musim hujan.
Alih fungsi lahan perhutanan menjadi daerah pariwisata, walau dengan alasan menambah pemasukan daerah, hal ini tidak dapat dibenarkan karena akibat dari penggundulan hutan sangat luar biasa besar. Merusak keindahan alam ciptaan Allah, hingga hilangnya nyawa makhluk Ciptaan-Nya tentu akan mengundang amarah dan laknat dari Sang Pencipta. Dampaknya, manusia akan menerima ujian berupa bencana alam.
Ribuan rumah, jalan, sekolah dan fasilitas umum lainnya rusak dan hancur di Sukabumi, tentu membutuhkan dana besar dan waktu yang lama untuk membangunnya kembali. Sebagai bentuk empati kita kepada saudara-saudara kita di Sukabumi dan di wilayah lainnya, yang saat ini dilanda bencana, mari kita muhasabah dan introspeksi diri akan tanggung jawab kita sebagai manusia yang diperintahkan untuk menjaga dan melestarikan bumi.
Bukankah Allah telah memuliakan kita di hadapan malaikat dan iblis, dan meminta mereka supaya bersujud kepada kita? Jika posisi kita sudah dimuliakan Allah, maka sungguh tak layak kita berbuat nista dengan merusak alam ciptaan Allah. Kita harus bertaubat dengan berupaya agar syariat Islam kaffah segera tegak di bawah kepemimpinan Islam. Dengan kepemimpinan Islam, pembangunan akan dilakukan tanpa harus merusak alam. Bencana alam dan dampak buruk pembangunan akan diminimalisisasi karena peran negara sebagai raa'in dan junnah akan memungkinkan hal itu terwujud. Dengan penerapan Islam kaffah, aparat negara yang yang amanah, masyarakat sholih dan individu yang bertakwa akan membawa kehidupan yang sejahtera penuh berkah.
Wallahu a'lam bi ash-showab
Via
Opini
Posting Komentar